BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Dunia
Barat saat ini telah mencapai kemajuan yang sangat pesat terutama dalam bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun pada dasarnya kemajuan yang diciptakan
dunia Barat sekarang ini tidak terlepas dari transformasi dan kontribusi
intelektual Islam pada masa-masa sebelumnya atau pada masa kejayaan islam. Ketika
itu, dunia Barat masih berada pada masa kegelapan akibat doktrin gereja,
sedangkan di belahan timur umat Islam telah membentuk suatu peradaban gemilang
yang banyak menciptakan ilmu-ilmu pengetahuan maupun ilmiah yang berkembang
dengan pesat.
Kemajun
umat islam pada saat itu tidak hanya dirasakan oleh masyarakat muslim saja,
masyarakat nonmuslimpun merasakan kemajuan-kemajuan Islam, termasuk dunia
Barat. Namun seiring dengan berjalannya waktu umat Islam pun mulai mengalami
kemunduran pada abad pertengahan, yang pada akhirnya sentuhan Islam dengan
dunia Barat memunculkan transformasi intelektual dari Islam yang melahirkan
gerakan renaissance, reformasi dan rasionalisme di dunia Barat.
Dengan
demikian, kemajun-kemajuan ilmu pengetahun dunia Barat yang begitu berkembang
seperti sekarang ini tidak terlepas dari kontribusi kemajuan Islam pada saat
kejayaan umat Islam waktu itu.
B. Rumusan Masalah
- Bagaimana pengaruh peradaban islam di dunia ?
- Bagaimana kontribusi intelektual islam di dunia Barat ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masa Kegelapan Dunia Barat
Sejarah Eropa memiliki bentangan waktu yang panjang
dimulai dari zaman paleolithikum ribuan tahun yang lalu. Secara garis besar,
sejarah eropa dibagi menjadi 3 periode, yaitu, Eropa klasik, Eropa pertengahan,
dan Eropa modern. Di sini kita akan membahas tentang Eropa abad pertengahan
pada masa abad kegelapan. Abad
pertengahan adalah periode sejarah yang terjadi di daratan Eropa yang ditandai
sejak bersatunya kembali daerah bekas kekuasaan Kekaisaran Romawi Barat pada
abad ke-5 hingga munculnya monarkhi-monakhi nasional, dimulainya penjelajahan
samudera, kebangkitan humanisme, serta reformasi Protestan dengan dimulainya
renaissance pada tahun 1517.
Abad pertengahan sering diwarnai dengan kesan-kesan
yang tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh banyaknya kalangan yang
memberikan stereotipe kepada abad pertengahan sebagai periode buram sejarah
eropa mengingat dominasi kekuatan agama yang begitu besar sehingga menghambat
perkembangan ilmu pengetahuan, prinsip-prinsip moralitas yang agung membuat
kekuasaan agama menjadi begitu luas dan besar di segala bidang.
Kegelapan
Eropa atau The Dark Ages lebih disebabkan karena lupa diri
atas kemajuan yang dicapai oleh bangsa Yunani dan Romawi sebelumnya. Kekayaan
yang berlimpah menyebabkan para pemimpin Eropa itu sibuk dengan kehidupan
glamour dan kemewahan. Akibatnya kerajaan tidak terurus, kesejahteraan
masyarakat tidak lagi diperhatikan oleh para penguasa Eropa pada saat itu.
Akibatnya banyak terjadi pergolakan di sana-sini. Orang-orang Barbar, yang
sejak dulu telah lama mengincar Kejayaan Romawi sebagai penguasa Eropa pada
saat itu, seolah mempunyai kesempatan emas untuk mengambil alih kekuasaan.
Romawi yang telah lama menjadi negeri super power itu akhirnya runtuh. Kaisar
terakhir, Romulus Augustus, diturunkan oleh pemimpin suku Jerman bernama
Odoacer pada tahun 476 M. Sejak saat itu kegelapan mulai menyelimuti bumi
Eropa. Meski masih ada kerajaan Romawi yang masih berdiri di Timur jauh,
tepatnya di Byzantium.
Abad pertengahan merupakan abad kebangkitan religi di
eropa. Pada masa ini agama berkembang dan mempengaruhi hampir seluruh kegiatan
manusia, termasuk pemerintahan. Sebagai konsekuensinya, sains yang telah
berkembang di zaman klasik dipinggirkan dan dianggap sebagai ilmu sihir yang
mengalihkan perhatian manusia dari pemikiran ketuhanan.
Eropa dilanda Zaman Kegelapan sebelum tiba Zaman Pembaharuan.[1]
Eropa dilanda Zaman Kegelapan sebelum tiba Zaman Pembaharuan.[1]
B. Perkembangan Kebudayaan Islam Andalusia
Zaman Amawiyah 2
Di bawah kekuasaan Amawiyah 2,
kebudayaan Andalus dapat dikatakan masih berupa rintisan, terutama dalam bidang
kesusastraan, arsitektur, dan intelektual. Sebagai seorang perintis Abd Rahman
al-Dakhil mengusahakan terjadinya persatuan penduduk seluruh andalusia. Ia
mememerintah dari tahun 756-788 M.
Dalam bidang seni bangun (arsitektur),
Abd Rahman al-Dakhil merintis membangun kota cordova lengkap dengan istana,
taman, dan masjid. Masjid cordova yang dibangun tahun 786 oleh Al-Dakhil
mempunyai pola dasar bentuk masjid bani umayyah Damaskus. Kemudian masjid ini diperbesar oleh Abd Rahman II dan
Al-Hakam II sehingga menjadi masjid yang sangat indah. Pada masa Abd Rahman III
dibangun pula sebuah istana yang disebut Al-Zahra, yang runtuh pada tahun 1013
M karena adanya serbuan dari bangsa Barbar. Istana ini dibangun dari perpaduan
seni bangunan bergaya Byzantium dan islam.
Bidang ilmu keislaman yang berkembang
pada saat itu antara lain yaitu fiqih, hadits, tafsir, ilmu kalam, ilmu
sejarah, tata bahasa arab dan juga filsafat.
Dalam bidang sejarah, sejarawan pertama
Andalus yaitu Ibn Hayyan dan yang terkenal yaitu Ibn Khaldun (1332-1406) dengan
karyanya Muqaddimah. Sementara itu ilmu filsafat berkembang di spanyol dirintis
oleh Ibn Masarroh (883-931) yang berkembang pesat sesudah zaman Amawiyah II.
Dalam bidang kesenian mencapai puncaknya
dengan dibangunnya istana Al-Hamra di Granada yang dimulai tahun 1246 atas
perintah sultan Nasriyyah. Pada masa itu muncul juga ilmu yang menjadi cikal
bakal ilmu-ilmu pengetahuan modern seperti kedokteran, farmasi, botani dan
geografi. Diantara dokter terkemuka di spanyol diantaranya yaitu Ibn Zuhr, Ibn Rusyd,Ibn al-Khotib, dan Ibn
Khotima.
Sementara itu perkembangan islam di
Afrika Utara ditandai dengan berdirinya dinasti-dinasti seperti Dinasti
Murabbitun, Dinasti Muwahhidun, Dinasti Fathimiyah, dan Dinasti Ayyubiyah.[2]
C. Penyebaran Peradaban Islam di Asia
1) Peradaban Islam di Turki
Sebelum Dinasti Utsmani berkuasa, diwilayah Anatoli
dan Turki terdapat beberapa dinasti: Saljuk, Danishmandiyah dan Qarramaniyah.
Mereka mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan peradaban
Islam. Hal ini tampak,terutama setelah hancurnya Baghdad (ibu kota Dinasti
Abbasiyah) oleh bangsa Mongol. Mereka (orang-orang Turki) mempertegas
kemandirian mereka dalam membangun kekuasaannya sendiri, seperti yang dilakukan
oleh Turki Utsmani. Pengaruh Dinasti ini menjangkau wilayah yang luas termasuk
Eropa Timur, Asia Kecil, Asia Tengah, Timur Tengah, Mesir dan Afrika Utara.
Mengingat di antara dinasti-dinasti tersebut terdapat dinasti yang paling
berperan dan usia pemerintahannya pun cukup lama yaitu Turki Utsmani.[3]
2) Asal Usul Dinasti Utsmani
Dinasti
Utsmani berasal dari suku bangsa pengembara Qayigh Oghuz salah satu anak
suku Turki yang mendiami sebelah barat gurun Gobi, yang dipimpin oleh Sulaiman.
Dia mengajak anggota sukunya untuk menghindari serbuan bangsa mongol yang
menyerang dunia Islam yang berada di bawah kekuasaan Dinasti Khawarizm pada
tahun 1219-1220. Sulaiman dan anggota sukunya lari ke arah barat dan meminta
perlindungan kepada Jalaluddin, pemimpin terakhir Dinasti Khawarizm di
Transoxiana. Jalaluddin menyuruh Sulaiman agar pergi ke arah Barat (Asia
Kecil). Kemudian mereka menetap di sana dan pindah ke Syam dalam rangka
menghindari serangan Mongol. Dalam usahanya ke Syam itu, pemimpin orang orang
Turki mendapat kecelakaan. Mereka hanyut di Sungai Euphrat(Efrat) yang
tiba-tiba pasang karena banjir besar, pada tahun 1228. Akhirnya mereka terbagi
menjadi dua kelompok, yang pertama ingin pulang ke negeri asalnya dan yang
kedua meneruskan perjalanannya ke Asia Kecil. Kelompok kedua berjumlah sekitar
400 keluarga yang dipimpin oleh Ertugril(Arthogrol) ibn Sulaiman. Mereka
menghambakan dirinya kepada Sultan Alaud-Din II dari Dinasti Saljuk Rum yang
pusat pemerintahannya di Kuniya, Anatolia, Asia Kecil. Tatkala Dinasti Saljuk
berperang melawan Romawi Timur (Bizantium), Erthogrol membantunya sehingga
Dinasti Saljuk mengalami kemenangan. Sultan merasa senang dan memberi hadiah
kepada Erthogrol wilayah yang dulu bernama Dorylaeum, sekrang berbatasan dengan
Bizantium. Mereka menjadikan Sogud sebagai ibukota pemerintahan independen yang
berdiri pada tahun 1258. Di sinilah lahir Utsman pada tahun 1258, bertepatan
dengan waktu hancurnya Baghdad oleh Hulagu Khan.
Erthogrol
yang meninggal pada tahun 1288 meningglkan seorang putra yang bernama Usman.
Dari mana Usman inilah, kemudian muncul nama Dinasti Utsman. Utsman ini pula
yang dianggap sebagai Dinasti Utsmani. Sebagaimana ayahnya, dia banyak berjasa
kepada Sultan Alaud-Din II dengan keberhasilanya menduduki benteng-benteng
Bizantium yang berdekatan dengan kota Broessa. Pada tahun 1300, bangsa Mongol
menyerang Dinasti Saljukdan Sultan Alaud-Din II terbunuh. Dinasti Saljuk pun
pecah menjadi beberapa dinasti kecil. Usman menyatakan kemerdekaan dan berkuasa
penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak saat itulah Dinasti Utsmani
dinyatakan berdiri secra independen dan penguasa pertamanya adalah Usman ibn
Erthogrol atau dikenal dengan Usman I. Dinasti Utsman berkuasa kurang lebih
selamatujuh abad.
3) Hasil Peradaban
Meskipun
Dinasti Utsman berkuasa cukup lama, ia tidak berarti bahwa peradabannya maju
pesat seperti Dinasti Abbasiyah. Hal itu dikarenakan politik ekspansinya yang
tidak diikuti dengan pembinaan wilayah taklukannya, di samping seratus tahun
setelah penaklukan Constatinopel para sultannya lemah-lemah. Namun demikian,
Dinasti Utsmani masih lebih baik pemerintahannya dan tingkat kemakmurannya
dibanding dengan seluruh bagian Eropa yang dikuasai oleh kaum Kristen. Demikian
juga penduduk Kristen di bawah kekuasaan Dinasti Utsmani dapat menikmati hasil
bumi, kemerdekaan pribadi dan hasil usaha lainnya, di banding dengan
teman-teman mereka yang berada di berbagai kerajaan Kristen.
Kelihatannya,
sultan-sultan Dinasti Utsmani keras, tetapi mereka bersikap liberal dan pemurah
terhadap penduduk yang beragama Kristen. Mereka melaksanakan administrasi
pemerintahan yang adil di samping menggiatkan ekonomi dengan menganjurkan
perdagangan di antara mereka.
Dinasti
Utsmani banyak mengambil ajaran etika dan politik dari bangsa Persia. Dalam
bidang kemiliteran dan pemerintahan, Dinasti Utsmani dipengaruhi oleh
Bizantium. Namun, jauh sebelum mereka berasimilasi dengan bangsa-bangsa
tersebut, sejak pertama mereka masuk Islam bansa Arab telah menunutun mereka
dalam bidang agama, prinsip-prinsip kemasyarakatan dan hukum. Oleh karena itu
huruf Arab dijadikan huruf resmi kerajaan.
Otoritas
sultan-sultan Utsmani juga didasarkan kepada sebuah kultur kosmopolitan yang
terdiri dari unsur-unsur kultur Arab, Persia, Bizantium dan unsur kultur bangsa
Eropa. Muhammad II mengembangkan syair-syair Persia dan juga seni lukis Eropa.
Sastrawan Arab dan Persia, pelukis Italia, dan pujangga Yunani dan Serbia
berdatangan di istananya. Meskipun demikian, beberapa rezim melepaskan diri
dari unsure pengaruh Kristen dan pengaruh Eropa menuju sebuah kesenian yang
lebih bercorak Islam dan Turki.
Sebagaimana
terdapat pada istana sultan-sultan Arab dan Persia,syair merupakan ekspresi
utama kesenian raja. Syair istana didasarkan pada aruz. Beberapa bentuk
kesenian yang utama adalah beberapa bentuk kesenian yang sebelumnya telah
dikembangkan dalam syair-syair istana Persia.
Penulisan
sejarah periode awal Utsmani disusun dalam bahasa Arab yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Turki untuk melegitimasi asal-usul dinasti ini dan kebangkitannya
meraih kekuasaan dan mengurutkan peristiwa keseharian di istana dan berkenaan
dengan kemiliteran. Karya Mustafa Ali(1541-1599) Kunch al-Akhbar memuat
catatan sejarah dunia dari adam sampai Yesus, sejarah Islam masa awal, sejarah
bangsa Turki sampai kebangkitan imperium Utsmani, diakhiri dengan sejarah
Utsmani. Pada abad ke 17, sejarawan dipekerjakan untut mencatat peristiwa
sehari-hari di istana.
Ilustrasi
manuskrip Utsmani juga mengekspresikan sikap Utsmani terhadap nasib kerajaan.
Sejak masa Muhammad II, Dinasti Utsmani mempertahankan sebuah studio istana
atau nakkasbane yang memperkerjakan ahli-ahli geografis, pelukis,
illuminator, dan penjilid buku yang menghasikan manuskrip dan untuk
mengembangkan pola-pola (desain) keramik, kerajinan kayu, kerajinan logam,
tekstil, karpet yang khas Utsmani. Antara tahun 1451 dan 1520, beberapa
preseden menjadi basis bagi seni manuskrip Utsmani. Sejumlah seniman dari
Shiraz, Tabriz, dan Herat berdatangan di Istambul. Beberapa karya yang paling
awal mengilustrasikan salinan dari karya-karya Persia Klasik seperti Attar Language
of the Birds,The Love Story of Khosraw and Shirin, dan karya Amir
Khasraw Khamsa dan fabel Kalila wa Dimna.
Manuskrip
abad 16 beralih dari ilustrasi literaturklasik kepada peristiwa-peristiwa kontemporer
seperti upacara penjamuan duta besar, pengumpulan pajak, dan penaklukan
wilayah-wilayah perbatasan di Balkan. Pada akhir abad enam belas , ilustrasi
kesejarahan,yang mengingatkan pada kemegahan Negara Utsmani dan penaklukan yang
dicpainya, merupakan kontribusi bangsa Turki yang sangat berharga bagi tradisi
manuskrip Timur Tengah dan tradisi manuskrip muslim yang tercerahkan. Seni
Manuskrip Utsmani mengingatkan pada kesadaran dari kalangan elite Utsmani
sebagai kekuatan sejarah dunia.
Dalam
bidang arsitektur, masjid-masjid di sana membuktikan kemajuannya. Sejumlah
masjid dan perguruan Utsmani mengekspresikan besarnya perhatian Utsmani
terhadap ajaran Islam juga merancang beberapa feature, seperti kubah
tunggal yang sangat besar, menara-menara tinggi yang menjulang, sejumlah
bangunan tiang yang menyangga ruang tengah istana, menunjukan pengaruh kuat
model Aya Shopia, gereja Bizantium yang terbesar. Aya Shopia dijadikan masjid
sejak masa pemerintahan Muhammad al Fatih sampai dengan Kemal Atta Turk. Oleh Kemal,
Aya Shopia dijadikan museum sampai sekarang. Demikianlah masjid-masjid Utsmani
memperagakan pola gereja-gereja Kristen timur yang terbesar, misalnya “Kubah
Batu” di Yerusalem, dan mengekspresikan ketinggian Islam dalam persaingannya
dengan Kristen. Hoja Sinan(1490-1578) adalah tokoh besar dalam bidang seni
arsitektur ini.
Dalam
bidang pendidikan, Dinasti Utsmani mengantarkan pada pengorganisasian sebuah
sistem pendidikan madrasah yang tersebar luas. Madrasah Utsmani pertama
didirikan di Izmir pada tahun 1331, ketika itu sejumlah ulama’ didatangkan dari
Iran dan Mesir untuk mengembangkan pengajaran muslim di beberapa territorial
yang baru. Beberapa sultan masa belakangan mendirikan beberapa perguruan di
Bursa, Edirne dan di Istambul. Pada akhir abad limabelas beberapa perguruan ini
disusun dalam sebuah hirarki yang menentukan jenjang karir bagi ulama-ulama
besar. Perguruan yang dibangun oleh Sulaiman pada tahun 1550 dan 1559 benar
benar menjadi perguruan yang tinggi rankingnya. Ranking yang dibawahnya adalah
sejumlah perguruan yang diidirikan oleh sultan sultan terdahulu dan menempati
ranking di bawah beberapa perguruan tersebut adalah sejumlah perguruan yang
didirikan oleh kalangan pejabat Negara dan ulama’ madrasah tidak hanya
diorganisir secara ranking, tetapi juga dibeda-bedakan berdasarkan beberapa
fungsi pendidikan mereka. Madrasah tingkat terendah mengajarkan nahwu (tata
bahasa Arab) dan sharaf (sintaksis), mantiq (logika), teologi,
astronomi, geometri dan retorika. Perguruan tingkat tertinggi mengajarkan hukum
dan teologi.
D. Penyebaran Peradaban Islam di Afrika
1)
Kedatangan
Islam di Afrika Utara
Kehidupan sosial masa lalu Afrika Utara adalah
sebuah kehidupan masyarakat pedesaan yang bersifat kesukuan, nomad
(berpindah-pindah tempat) dan patriarkhi. Ketika daerah ini berada dibawah
kekuasaan Romawi, tak pelak pengaruhnya sangat besar bagi masyarakat Barbar. umumnya
mereka dipengaruhi oleh para elit kotayang mengadopsi bahasa, gagasan dan adat
istiadat para penguasa. Tetapi elit-elit ini tidak banyak. Selanjutnya, setelah
orang-orang Vandal (Barbar) memperoleh kemenangan, pengaruh Romawi di sebagian
besar Afrika mulai berhenti, kecuali pengaruh ekonomi dan peradaban Barbar lama
secara bertahap muncul kembali. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada abad
1H/7M kehidupan sosial Afrika Utara lebih merupakan kehidupan masyarakat Barbar
yang bersifat kesukuan, normad dan patriarkhi.
Islam
masuk wilayah Afrika Utara pada saat itu berada di bawah kekuasaan kekaisaran
Romawi sebuah imperium yang amat luas yang melingkupi berbagai Negara dan
berjenis jenis bangsa manusia. Penaklukan daerah ini pada dasarnya sudah mulai
dirintispada masa kekhalifahan umar bin Khatab. Pada tahun 640M ‘Amr ibn al-Ash
berhasil memasuki Mesir setelah sebelum mendapat ijin bersyarat dari khalifah
Umar untuk menaklukan daerah itu.
Pada
masa kekhalifahan Utsman ibn Affan penaklukan Islam sudah meluas sampai ke
Barqah dan Tripoli.penaklukan ataskedua kotaitu dimaksutkan untukmenjaga
keamanan daerah Mesir. Penaklukan itu tidak bertahan lama, karena gubernur
gubernur Romawi menduduki kembali wilayah-wilayah yang telah ditinggalkan itu.
Namun kekejaman dan pemerasan yang mereka lakukan telah mengusik ketentraman
penduduk asli, sehingga tidaklama kemudian penduduk asli sendiri memohon kepada
orang-orang muslim untuk membebaskan mereka dari kekuasaan Romawi. Permohonan
itu disanggupi oleh khalifah sepeninggal Utsman yang pada waktu itu sudah
berpindah ke tangan Muawiyah ibn Sufyan., khalifah pertama daulah Bani Umayah.
Ia bertekad memberikan pukulan terakhir kepada kekuasaan romawi di Afrika
Utara, dan mempercayakan tugas ini kepada seorang panglima yang masyhur, yakni
‘Uqbah ibn Nafi’ al-Fihri (W. 683M), yang telah menetap di Barqah sejak daerah
itu ditaklukan.
Akan
tetapi, pada tahun 683 M orang-orang islam di Afrika Utara mengalami kemunduran
yang hebat, karena orang-orang Barbar di bawah kepemimpinan Kusailah bangkit
memberontak dan mengkalahkan ‘Uqbah. Dia dan pasukannya tewas dalam
pertempuran. Sejak saat itu orang orang Islam tidak berdaya mengembalikan
kekuasaannya di Afrika Utara, karena selain berhadapan dengan bangsa Barbar,
mereka juga harus berhadapan dengan bangsa Romawi yang memanfaatkan kesempatan
dalam pemberontakan Kusailah tersebut.
Pada
saat pemerintahan dipegang oleh Abdul malik ibn Marwan(685-705M), daulah Bani
Umayah mulai bangkit kembali untuk merebut Afrika Utara. Dia mengirimkan
pasukan di bawah pimpinan Hasan ibn Nu’man al Ghassani untuk memulihkan prestise
Islam yang hilang. Pasukan ini berhasil menumpas tentara Romawi dan menghalau
mereka dari Afrika Utara serta berhasil menindas perlawanan bangsa Barbar.
Sejak saat itu Afrika Utara dan daerah Maghribi tidak lagi termasuk lingkungan
daerah Mesir, tetapi telah berdiri sebagai wilayah tersendiri yang diperintah
oleh seorang gubernur yang diangkat oleh khalifah.[4]
2) Aspek-aspek Kemajuan dalam Peradaban
Sejak
awal kedatangan Islam di Afika Utara, kebudayaan dan peradaban Islam sudah
mulai menampakan perkembangannya. Hal ini ditandai dengan berkembangannya
Qirawan yang dibangun oleh ‘Uqbah ibn Nafi pada tahun 50 H/670 M yang tidak
hanya menjadi kota militer semata, tetapi menjadi salah satu pusat ilmu dan
peradaban yang cemerlang dalam sejarah Islam.
Kebijakan
islamisasi musa ibn Nushair yang diterapkan di daerah itu, meskipun tidak
menjadikan seluruh penduduknya menganut Islam, dapat dikatakan sebagai langkah
rintisan bagi proses perkembangan kebudayaan dan peradaban islam. Paling tidak
dengan kebijakan itu bahasa Arab dijadikan sebagai bahasa resmi Negara dan
pergaulan. Langkah ini sangat efektif, sehingga bahasa Arab dapat menggeser
posisi bahasa Latin, meskipun ia sangat sedikit mempengaruhi dialek dialek asli
bangsa Barbar. Pada gilirannya, kemajuan dalam kemajuan dalam berbagai disiplin
ilmu (yang berkaitan dengan masalah teologi, hukum, sejarah, sastra, puisi,
filsafat, dan biografi) di kemudian hari semua ditulis dalam bahasa Arab.
Arsitektur
Maghribi yang indah dengan pengaruh aransemen timur yang kuatdalam bangunannya,
lahir di kota Qairawan, segara setelah dinasti Aghlabiyah (800-900 M)
menjadikannya sebagai pusat peradaban. Hal ini bisa dilihat pada bangunan
masjid besar Qairawan dan benteng Raqqada, serta kota kediaman para penguasa
yang dibangun tidak jauhdari Qairawan. Beberapa waduk besar untuk irigasi dan
pasokan air bersih bagi penduduk kota, juga berhasil dibangun.
Pada
saat itu, Qairawan bukan hanya menjadi model bagi kehidupan kota orang-orang
Islam di Afrika Utara, tetapi juga menjadi sebuah pusat kebudayaan yang sangat
penting. Para penguasa dinasti Aghlabiyah sangat perduli terhadap masalah
intelektual, dan mereka memiliki jasa yang sangat besar dalam membantu
perkembangan di kota itu. Maka lahirlah berbagai bidang ilmu pengetahuan,
seperti teologi, hukum dan puisi Maghribi. Bahkan dapat dikatakan sampai akhir abad
3H/9M, perkembangan intelektual di Qairawan dapat dipersamakan dengan
pusat-pusat kebudayaan muslim yang lain pada masanya. Diantara ilmu-ilmu
terkemuka lulusan sekolah Qairawan adalah Sahnun, seorang ahli hukum bermadzhab
Maliki yang pengaruhnya masih terasa sampai sekarang.
Di
samping Qairawan, Tahart (Tiaret) juga mengalami kemajuan yang cukup pesat. Di
bidang ekonomi, daerah mengalami kemakmuran material yang luar biasa. Ia
menjadi terminal dari salah satu rute kafilah trans-sahara, sehingga dinamakan
“Irak Kecil”, di samping menjadi pusat kesarjanaan. Segala macam pajak yang
sangat memberatkan rakyat dihapuskan. Penghasilan yang dapat dikumpulkan untuk
negara sebesar 120.000 pound emas. Kehidupan masyarakat subur makmur dan rakyat
merasa tentram dan damai. Sementara itu daerah Maroko merupakan tempat
penyebaran kultur Islamdi kalangan masyarakat Barbar, khususnya kultur Syi’ah.
Hal
lain yang mencerminkan ketinggian peradaban Islam di Afrika Utara adalah
kemajuan di bidang ilmu kebahasaan. Pada masa ini muncullah tokoh-tokoh Lexicographer.
Sementara kemajuan di bidang kesehatan dapat dilihat dengan berdirinya
sebuah rumah sakit yang besar di Marrakesh.
Di
bidang kedokteran ada tokoh terkenal yaitu Abu Marwan ibn Abdul Malikibn Zuhr
yang lebih dikenal Ibn Zuhr. Ia adalah seorang tabib dan ahli bedah terkenal
yang hidup sezaman dengan Ibn Rusyd (w. 1198 M). Dia lahir di Penaflor sebagai
keturunan kabilah Arab, Iyaz ibn Nizar, sehingga di belakang namanya biasanya
ditambah al-Iyazi. Keahliannya itu kemudian diabadikan kepada Yusuf ibn
Tasyfin, khalifah Bani al-Murabithun. Dialah yang pertama kali memikirkan Bronchotomi
dengan menunjukan secara jelas cerai sendi dan patah tulang. Puteranya, Marwan,
juga mengikuti jejak ayahnya menjadi ahli bedah dan dokter tentara Yusuf ibn
Tasyfin.
Di
bidang sejarah dan sosiologi, tokoh Ibn Khaldun (w. 1406 M) menjadi maestro
terbesar dalam sejarah Islam. Dia adalah keturunan Yaman yang lahir Tunis pada
tahun 1332 M. Keluarganya berasal dari Hadramaut yang berimigrasi ke Afrika
Utara ratusan tahun sebelumnya, sehingga di belakang namanya kadang-kadang
ditambah al-Hadrami. Di samping dikenal sebagai “bapak filsafat sejarah” dia
juga dikenal sebagai “bapak sosiologi” yang teori-teorinya masih menjadi
rujukan para sosiolog modern dewasa ini. Kitab sejarahnya yang besar adalah Kitab al-Ibar yang ditulis selama 4 tahun
di suatu daerah dekat Oran. Sementara karya masterpiece-nya adalah kitab
Muqaddimah. Dalam kitab itu dia menyelidiki asal-usul masyarakat,
perkembangan peradaban, hukum-hukum perubahan sosial, sebab-sebab timbul dan
jatuhnya kerajaan-kerajaan dan dinasti-dinasti, juga pengaruh iklim atas
pembentukan watak bangsa.[5]
E. Pengaruh Peradaban Islam di Barat
Ilmu pengetahuan islam pada mulanya
berkembang di daratan Eropa yaitu Tolado, Kardova, dan Sevilla, Dinogari
Andalusia. Kemudian mengalir ke negara-negara Barat lewat kaum terpelajar
Barat. Mereka menerjemahkan buku-buku karangan umat islam dalam bahasa Barat.
Di antara pelajar Barat tersebut adalah :
1) Abolart Bath. Beliau berpendidikan islam
di Tolado, kemudian ahli matematika dan sebagai ahli filsafat Inggris yang
mashur.
2) Mazarabez. Beliau beragama islam, tetapi
karena terpaksa oleh lingkungan Barat yang kristen dan supaya tidak dicurigai
maka beliau mengubah namanya menjadi Petrus al-Phonsi. Beliau ke Inggris dan
menjadi doktor istana raja Inggris Henri I. dia membuka perguruan tinggi serta
mengajarkan pengetahuan islam.
3) Archedeacon Dominico Gundisavi. Beliau
mendirikan Bait al-Hikmah. Di sini adalah tempat buku-buku bahasa arab.
4) Ibnu Dawud. Seorang islam bangsa Yahudi.
Di Barat terkenal dengan nama Avendeath. Beliau menyalin buku-buku berbahasa
arab ke bahasa lain mengenai ilmu astronomi dan astrologi.
5) Gerard Cremona. Beliau lahir di Cremona
Italia tahun 1114 M. beliau menerjemahkan buku tentang filsafat, matematika,
kedokteran.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa masa keemasan bani Abbasiyah dicapai pada periode pertama. Masa keemasan
tersebut bisa kita lihat dari makin luasnya pemerintahan Bani Abbasiyah, dan
berpindahnya ibu kota ke Baghdad, di mana ibu kota Baghdad merupakan pusat
intelektual pada masa itu. Pada periode ini yang biasa kita sebut dengan The
golden age.
Sebenarnya pada masa pemerintahan Bani
Abbasiyah banyak terjadi pemberontakan-pemberontakan. Tetapi pada periode
pertama ini pemberontakan-pemberontakan dapat diatasi, meskipun belum sampai ke
akar-akarnya. Pemerintah Bani Abbasiyah mencapai keemasan juga didukung oleh
beberapa faktor, diantaranya sebagai penerjemah memberi pendapatnya. Hal ini dilakukan
karena keterbatasan manusia dalam berfikir cara inilah yang terbaik dalam
memajukan ilmu pengetahuan. Cara seperti ini juga tidak akan berhasil jika
tidak didukung oleh seluruh rakyat. Dari sinilah muncul para intelektual muslim
yang sangat berpengaruh dalam ilmu pengetahuan.
Al-Mahdi, Al-Hadi, Harun ar-Rasyid,
al-Ma’mum, al-Mu’tashim, al-Wasiq, dan al-Mutawakil merupakan orang-orang
piawai dengan ilmu pengetahuan dan akhlak yang mulia bisa membawa nama baik
sebuah bangsa umumnya dan kekhalifahan pada khususnya, sehingga dimata dunia
disebut sebagai tokoh-tokoh (ilmuan) masa keemasan di zaman khalifah Abbasiyah.
Dari beberapa khalifah yang memimpin
pada periode pertama dapat disimpulkanbahwa masa keemasan dicapai pada masa
pemerintahan khalifah al-Mahdi, al-Hadi, Harun ar-Rasyid, al-Ma’mun,
al-Mu’tashim, al-Wasik, dan al-Mutawakil.
Tetapi ada anggapan bahwa pada masa
khalifah Harun ar-Rasyid lah puncak keemasan di antara khalifah-khalifah
lainnya. Salah satu sebab timbulnya anggapan tersebut adalah beliau mendirikan
Baitul Hikmah yang merupakan institusi kebudayaan dan pikiran yang cemerlang
saat itu.
Pada masa keemasan Bani Abbasiyah juga
lahir tokoh-tokoh intelektual muslim, diantaranya al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu
Rusyd, al-Ghazali, al-Khawarijmi, dan al-Battani. Semua tokoh-tokoh di atas
sangat berperan dalam perkembangan ilmu pengetahuan di masa Bani Abbasiyah
tersebut.[6]
F. Kontribusi Intelektual Islam Terhadap Dunia
Barat
Dalam masa lebih dari tujuh abad,
kekuasaan islam di Spanyol. Umat islam telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak
prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan kemudian
dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks.
Spanyol adalah negeri yang subur.
Kesuburannya itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan banyak
menghasilkan pemikir. Masyarakat Spanyol islam merupakan masyarakat majmuk yang
terdiri dari komunitas-komunitas arab.[7]
Tidak hanya itu, perkembangan ilmu
pengetahuan dalam dunia islam di abad pertengahan juga didukung dengan adanya
kekuatan sistem pendidikan islam yang integral dan dinamis. Sehingga mampu
menghasilkan cendekiawan-cendekiawan besar pada hampir disegala bidang
keilmuan. Hal inilah yang pada akhirnya dapat memberikan konstribusi yang besar
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di masa-masa selanjutnya terutama di
Barat. Di samping itu, dinamika yang demikian masih terbungkus dengan akhlak
islami yang diperlihatkan.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang
dihasilkan oleh para ilmuan muslim telah melahirkan berbagai karya besar
diberbagai bidang keilmuan yang menjadi referensi bagi ilmuan Barat pada masa
selanjutnya.[8]
Di antara kontribusi intelektual islam
atas dunia Barat di bidang intelektual adalah :
1)
Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu
lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentang sejarah islam. Ia berperan
sebagai jembatan penyebrangan yang dilalui ilmu pengetahuan. Yunani Arab datang
ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai
dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang
ke-5 Muhammad Abd ar-Rahman (832-886 M).
Atas inisiatif al-Hakam (961-979 M)
karya-karya ilmiah dan filosofis diimport dari timur dalam jumlah besar,
sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu
menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan didunia islam. Apa yang
dilakukan oleh para pemimpin dinasti Bani Umayyah di Spanyol ini merupakan
persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya.
Tokoh utama pertama dalam sejarah
filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakar Muhammad ibn as-Sayigh yang lebih
dikenal dengan Ibn Bajah dilahirkan di Saragosa. Ia pindah di Sevilla dan
Granada. Meninggal karena keracunan di Fez tahun 1938 M dalam usia yang masih
muda.
Tokoh utama kedua adalah Abu Bakar ibn
Tuffail penduduk asli Wadi Asy sebuah dusun kecil disebelah timur Granada dan
wafat pada usia lanjut tahun 1985 M. Ia banyak menulis masalah kedokteran,
astronomi, dan filsafat. Karya filsafatnya yang terkenal adalah Hay ibn
Yaqzhan.
Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi
munculnya pengikut aristoteles yang terbesar digelanggang filsafat dalam islam
yaitu ibn Rusyd dari Cordova. Ia lahir pada tahun 926 M dan meninggal pada
tahun 998 M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menggeluti masalah-masalah
menahun tentang keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli fiqh dengan
karyanya Bidayah al-Mujtahid. Karya-karya Ibn Rusyd yang terkenal adalah
Mabadu Falasifah, Kulliyat, Tafsir Urjuza, Kasful Afillah, kitab
dogma-dogma dan lainnya. Ibn Rusyd juga seorang dokter di samping filosof. Buku
kedokterannya yang terkenal adalah al-Hawi.
2) Sains
Ilmu-ilmu kedokteran, musik, astronomi,
kimia dan lain-lain juga berkembang dengan baik, Abbas ibn Farnas termasyhur
dalam ilmu kimia dan astronomi. Ibrahim dan Ibn Yahya an-Naqash terkenal dalam
ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan
menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang bisa
menentukan jarak antara tata surya dan bintang. Ahmad ibn Ibbas dari Cordova
adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm al-Hasan binti Abi Ja’far dan saudara
perempuan al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.
Para dokter ahli
kedokteran yang terkenal antara lain :
a) Thabib ibn Qurra’ (221-228 H/836-901 M)
dianggap sebagai bapak ilmu kimia.
b) Ar-Razi atau Razes (251-313 H/809-873 M)
karangannya terkenal dalam bidang penyakit campak dan cacar yang diterjemahkan
dalam bahasa latin.
c) Ibnu Sina (370-428 H/980-1037 M) orang
eropa menyebutnya Avicena. Di samping seorang filosof, ia juga seorang
dokter dan ahli musik. Karangannya yang terkenal adalah Shafa (terdiri
dari 18 jilid), Najat, Sadidiya (terdiri dari 5 jilid), Danes Nameh,
al-Qanun fi at-Thib (buku tentang kedokteran yang diterjemahkan dalam
bahasa latin).
Dalam bidang sejarah dan geografi,
melahirkan banyak pemikir terkenal. Ibnu Jubar dari Valencia (1145-1228 M)
menulis tentang negeri-negeri muslim Mediteronia dan Seolia dan Ibnu Batuthah
dari Fagier (1304-1377 M) mencapai Samudra Pasai dan Cina. Ibnu al-Khatib
(1317-1374 M) menyusun riwayat Granada sedangkan Ibnu Khaldun dari Tunis adalah
perumus filsafat sejarah.
3) Fiqih
Dalam bidang fiqih Spanyol Islam dikenal
sebagai penganut madzhab Maliki. Yang memperkenalkan mazdhab Maliki di sana
adalah Ziyad ibn Abd ar-Rahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibnu
Yahya yang menjadi qadhi pada masa Hisyam ibn Abd ar-Rahman. Ahli-ahli fiqih
lainnya di antaranya adalah Abu Bakar ibn al-Quthiyah, Munzir ibn Said
al-Baluthi, dan Hazm yang terkenal.
4) Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan seni suara islam
mencapai kecermelangan dengan tokohnya al-Hasan ibn Nafi’ yang dijuluki Zaryab.
Setiap kali diselenggarakan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil dan
mempertunjukkan kebolehannya.
5) Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa
administrasi dalam pemerintahan islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh
orang-orang islam dan non islam, bahkan penduduk asli Spanyol menomorduakan
bahasa asli mereka. Juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab. Baik
keterampilan berbicara maupun tata bahasa seperti Abu Ali al-Isybili, Abu
al-Hasan ibn Usfur dan Abu Hayyan al-Gharnathi.
Seiring dengan kemajuan bahasa itu,
karya-karya sastra banyak bermunculan seperti al-Iqd al-Farid karya Ibnu
Abd Rabbih, al-Dzakirah fi Mahasin ahl al-Jazirah oleh ibn Bassam, dan
kitab al-Qalaid karya al-Fath ibn Khaqan.[9]
G.
Kebangkitan Bangsa Eropa Dari Zaman
Kegelapan
Setelah
runtuhnya imperium Romawi akibat keserakahaan para pemimpinnya, rakyat Eropa
mulai menjadi terbelakang. Mereka buta akan ilmu pengetahuan karena pada saat
itu buku susah didapat dan harganya pun lumayan mahal. Oleh Karena itu zaman
ini sering disebut sebagai zaman kegelapan (Dark Age).
Selama
kebodohaan mencengkram Eropa, ada pula beberapa pemimpin yang berusahaa bangkit
dan belajar. Mereka adalah raja bangsa Frank, Charlemagne, Alfred The Great
Penguasa Inggris, dan Frederick II yang berkuasa di Eropa Sejak 1212.
Setalah
itu di Eropa mulai didirikan sekolah-sekolah. Frederick II juga mendirikan
Universitas Napoli (Naples) pada 1224 dan memperbesar Universitas Salerno, yang
nantinya menjadi pusat ilmu kedokteran terbaik di seluru Eropa. Mulailah
orang-orang Eropa mengejar ilmu pengetahuaan. Mereka banyak mengambil sumber
ilmu pengetahuaan dari Arab, karena pada saat itu orang-orang timur (Arab)
sedang berada pada puncak kejayaan.
Seorang
biarawan bernama Constantine dari Chartage muali belajar ke Timur tengah dan
menguasai ilmu-ilmu pengobatan Islam. lalu dia mengajarkan ilmu-ilmu nya ke
Universitas Salerno dan menerbitkan beberapa buku tantang kedokteran.
Selain
Biarawan tersebut, Ada lagi seorang bernama Leonardo of Pisa atau lebih di
kenal dengan sebutan Fibonacci, mulai memperkenalkan ilmu peradaban Islam yang
sangat penting dalam perkembangan sejarah dunia, yakni angka-angka Arab (Arabic
Numerals). Dia juga menulis banyak buku tentang Aritmatika, geometri dan
trigonometri yang kemudian berkembang luas di Italia pada masa renaisans.
Pada
abad ke-12, praktis semua ilmu yang lebih maju yang berasal dari orang-orang
Arab telah habis di terjemahkan dan ditransfer ke Eropa. Ilmu astronomi,
kedokteraan, filsafat ilmu pengetahuaan, matematika dan angka-angka Arab dari
para genius muslim dan Yunani telah diserap abis-abisan.
Orang
eropa juga akhirnya berhasil mendapatkan rahasia yang sangat berharga dari
tangan muslim, yaitu rahasia cara membuat kertas. Hal-hal seperti ini mendorong
akselerasi pertumbuhan intelektual Eropa dan melahirkan banyak pemikir-pemikir
besar bidang ilmu pengetahuaan.
Beberapa Kosakata Bahasa Inggris yang berasal dari Bahasa Arab:
·
Admiral : Amir al-rhal (komandan
angkatan laut)
·
Alchemy, chemical : Al-kimiya'
·
Alcohol : Al-khul
·
Algebra : Al-jabr
·
Algorithm : Al-khwarizmi
·
Banana : Banana (jari)
·
Cable : Habl (tali)
·
Candy : Qandi (Gula tebu yang
diperas)
·
Check : Sakk (Perjanjian tertulis)
·
Cotton : Quthn
·
Coffee : Qahwa
·
Guitar : Qitar
·
Lemon : Limun
·
Magazine : Makhazin
·
Orange : Naranj
·
Risk : Rizq
·
Sugar : Sukkar
·
Zero : Sifr (nol)
Para
Astronom Arab juga yang memberi nama salah satu bintang yang paling terang di
ankasa, Altair. Al-Tair dalam bahasa Arab berarti sang elang terbang.
Bill Gates pemimpin Microaoft dalam salah satu peristiwa terpenting dalam
hidupnya di tahun 1975, melihat untuk petama kalinya sebuah komputer pribadi
generasi pertama yang revolusioner, Altair 8800.
H. Sumbangsi
Peradaban Islam pada Dunia yang Masih Kita Nikmati
- Teknologi Pesawat Terbang
Abbas Qasim Ibnu Firnas (di Barat
dikenal dengan nama Armen Firman) dilahirkan pada tahun 810 Masehi di Izn-Rand
Onda, Al-Andalus (kini Ronda, Spanyol). Dia dikenal ahli dalam berbagai
disiplin ilmu, selain seorang humanis, penemu, musisi, ahli ilmu alam, penulis
puisi, dan seorang penggiat teknologi. Pria keturunan Maroko ini hidup pada
saat pemerintahan Khalifah Umayyah di Andalusia (Spanyol).
Pada masa pemerintah Khalifah Abdul
Rahman II tahun 852, Ibnu Firnas memutuskan untuk melakukan uji coba “terbang”
dari menara Masjid Mezquita di Cordoba dengan menggunakan semacam sayap dari
jubah yang disangka kayu. Sayap buatan itu ternyata membuatnya melayang
sebentar di udara dan memperlambat jatuhnya, ia pun berhasil mendarat walau
dengan cedera ringan. Alat yang digunakan Ibnu Firnas inilah yang kemudian
dikenal sebagai parasut pertama di dunia.
Saat usianya memasuki 65 tahun pada
tahun 875, Ibnu Firnas merancang dan membuat sebuah mesin terbang yang mampu
membawa manusia. Setelah versi finalnya berhasil dibuat, ia sengaja mengundang
orang-orang Cordoba untuk turut menyaksikan penerbangan bersejarahnya di Jabal
Al-‘Arus (Mount of the Bride) di kawasan Rusafa, dekat Cordoba. Penerbangan
yang disaksiakn secar luas oleh masyarakat itu terbilang sangat sukses.
Sayangnya, karena cara meluncur kurang baik, Ibnu Firnas terhempas ke tanah
bersama pesawat layang buatannya. Dia pun mengalami cedera punggung yang sangat
parah. Cederanya inilah yang membuat Ibnu Firnas tak berdaya untuk melakukan
ujicoba berikutnya. Abbas Ibnu Firnas wafat pada tahun 888, dalam keadaan
berjuang menyembuhkan cedera punggung yang diderita akibat kegagalan melakukan
ujicoba pesawat layang buatannya.
Meskipun percobaan terbang mengunakan
sepasang sayap dari bulu dan rangka kayu tidak berhasil dengan sempurna, namun
gagasan inovatif Ibnu Firnas kemudian dipelajari Roger Bacon 500 tahun setelah
Firnas meletakkan teori-teori dasar pesawat terbangnya. Kemudian sekitar 200
tahun setelah Bacon (700 tahun pasca uji coba ibnu Firnas), barulah konsep dan
teori pesawat terbang dikembangkan.[10]
- Operasi Bedah
Banyak instrumen bedah modern didesain
sama persis seperti yang pernah dirancang pada abad ke-10 oleh seorang ahli
bedah Muslim bernama al-Zahrawi. Seperti pisau bedah, gergaji tulang, tang,
gunting halus untuk bedah mata dan banyak dari 200 instrumen yang ia rancang
akan kita kenali dalam peralatan kedokteran bedah modern.
Al-Zahrawi menerbitkan sebuah buku
ensiklopedia setebal 1.500 halaman ilustrasi operasi yang digunakan di Eropa
sebagai referensi medis pada 500 tahun berikutnya. Di antara sekian banyak
penemuan, Al-Zahrawi dilaporkan melakukan operasi caesar pertama.
Pada abad ke-13, medis Muslim lain
bernama Ibn Nafis menggambarkan sirkulasi darah, 300 tahun sebelum William
Harvey menemukannya. Dokter Muslim juga menemukan obat bius dari campuran opium
dan alkohol dan jarum berongga untuk menyedot katarak dari mata, ini merupakan
sebuah tehnik yang masih digunakan sampai sekarang.[11]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada kebudayaan Andalusia bidang ilmu
keislaman yang berkembang saat itu antara lain yaitu fiqih, hadits, tafsir,
ilmu kalam, ilmu sejarah, tata bahasa arab dan juga filsafat.
Islam
masuk wilayah Afrika Utara pada saat itu berada di bawah kekuasaan kekaisaran
Romawi sebuah imperium yang amat luas yang melingkupi berbagai Negara dan
berjenis jenis bangsa manusia. Penaklukan daerah ini pada dasarnya sudah mulai
dirintispada masa kekhalifahan umar bin Khatab. Pada tahun 640M ‘Amr ibn al-Ash
berhasil memasuki Mesir setelah sebelum mendapat ijin bersyarat dari khalifah
Umar untuk menaklukan daerah itu.
Di antara kontribusi intelektual islam
atas dunia Barat di bidang intelektual adalah :
- Filsafat
2. Sains
3. Fiqih
4. Musik dan Kesenian
5. Bahasa dan Sastra
B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun,
kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
A. Hasjmy, Sejarah
Kebudayaan Islam, PT Karya Uniperss, Jakarta; 1979
Badri Yatim, Sejarah Peradaban
Islam Dirasah Islamiyah II, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta; 2004
Dudung Abdurahman, Sejarah
Peradaban Islam, LESFI, Yogjakarta; 2009
Fatah Syukur, Sejarah
Peradaban Islam, PT Pustaka Rizki Putra, Semarang; 2012
Murtafi’atun, Wow 200 Temuan Islam
Terbesar dan Terhebat Sepanjang Sejarah, IndoLiterasi, Yogjakarta, 2013
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam
Klasik, Prenada Media, Jakarta; 2003
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, cet
ke-1(Jakarta: Kalam Mulia, 2011), 105.
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan
Islam, Kencana Prenada Media Group, Jakarta; 2009
[1]
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, Kalam Mulia, Jakarta; 2011, hlm 105.
[2] Musyrifah Sunanto, Sejarah
Islam Klasik, Prenada Media, Jakarta; 2003, Hal 126-131
[3] Dudung Abdurahman, Sejarah
Peradaban Islam, LESFI, Yogjakarta, 2009, Hal. 127-128
[4]
Dudung Abdurahman, Ibid, Hal
220-222.
[5]
Dudung Abdurahman, Ibid, Hal 230-233.
[7] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta; 2004,
Hal 100
[8] Samsul Nizar, Sejarah
Pendidikan Islam, Kencana Prenada Media Group, Jakarta; 2009, Hal 146-147
[9] Ibid, Hal
125-128
[10]
Murtafi’atun, Wow 200 Temuan Islam Terbesar dan Terhebat Sepanjang Sejarah,
IndoLiterasi, Yogjakarta, 2013, hlm. 58-59
Tidak ada komentar:
Posting Komentar