BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Umat Islam
merupakan penduduk mayoritas Asia Tenggara, menurut para ahli, islamisasi di
kawasan ini berlangsung secara damai dan melalui proses panjang yang masih
terus berlangsung sampai sekarang. Tidak banyak terjadi
penaklukan secara militer, pergolakan politik, atau pemaksaan struktur
kekuasaan dan norma-norma masyarakat dari luar negeri. Karena itu, tidaklah
mudah untuk menjawab pertanyaan “bilamana”, “mengapa”, “darimana” dan “dalam
bentuk apa” Islam mulai menimbulkan dampak pada masyarakat-masyarakat Asia
Tenggara untuk pertama kalinya. Sesungguhnya, kini kita mulai menyadari bahwa
proses Islamisasi ini mungkin tidak mempunyai awal yang pasti, juga tidak
berakhir. Islamisasi kawasan ini lebih merupakan suatu proses sinambung yang
selain mempengaruhi masa kini, juga masa depan kita.
Selanjutnya kita dapat memperluas kompleksitas agama di kawasan ini melalui
pengamatan bahwa Islam bukanlah agama besar pertama yang tumbuh subur di lahan
subur Asia Tenggara. Sejarah agama di kawasan ini sendiri kompleks. Pertama
Hindu, kemudian Budha, Islam dan belakangan Kristen, menawarkan model-model
yang telah membentuk matriks budaya-agama pribumi selama ribuan tahun.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat diajukankan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana teori masuknya islam di
Asia Tenggara?
2.
Bagaimana Cara Masuknya Islam di Asia
Tenggara?
3.
Bagaimana
proses masuknya Islam di Asia Tenggara?
4.
Bagaimana perkembangan dan peradaban umat
Islam masa kini di Asia Tenggara?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori Masuknya
Islam di Asia Tenggara
Mengenai tempat
asal datangnya islam ke Asia Tenggara, ada tiga teori besar, yaitu:
1)
Teori yang
menyatakan bahwa islam datang langsung dari Arab (Hadramaut)
Teori
ini dikemukakan oleh Crawfurd (1820), Keyzer (1859), Nieman (1861), De Hollander
(1861), dan Veth (1878). Crawfurd menyatakan bahwa islam datang lansung dari
Arab. Keyzer menyatakan bahwa islam datang dari Mesir yang bermadzhab Syafi’I, sama
yang dianut muslim Nusantara umumnya. Teori ini juga dipegang oleh Nieman dan
De Hollander, tetapi dengan menyebut Hadramaut, bukan Mesir sebagai sumber
datangnya Islam. Sedangkan Veth hanya menyebut orang-orang Arab.
2)
Teori yang
menyatakan bahwa islam datang dari India, yakni Gujarat dan Malabar
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh
Pijnapel tahun 1872. Berdasarkan terjemahan Prancis tentang catatan perjalanan
Sulaiman, Marcopollo, dan Ibnu Batuta, ia menyimpulkan bahwa orang-orang Arab
yang bermadzhab Syafi’I dari Gujarat dan Malabar di India yang membawa Islam ke
Asia Tenggara. Melalui perdagangan, amat memungkinkan terselenggaranya hubungan
antara kedua wilayah ini, ditambah lagi dengan umumnya istilah-istilah Persia
yang dibawa dari India digunakan oleh masyarakat kota-kota pelabuhan di Asia
Tenggara. Teori inilebih lanjut dikembangkan oleh Snouch Hurgronye yang melihat
para pedagang kota pelabuhan Dekka di India Selatan sebagai pembawa Islam ke
wilayah Islam baru ini.
3)
Teori yang
menyatakan bahwa islam datang dari Benggali (Bangladesh)
Teori ini dikembangkan oleh Fatimi yang
mengutip keterangan Tome Pures yang
mengungkapkan bahwa kebanyakan orang terkemuka di Pasai adalah orang Benggali
atau keturunan mereka. Dan Islam muncul pertama kali di Semenanjung Malaya,
dari arah Pantai Timur, bukan dari barat (Malaka), pada abad ke-11 melalui
Kanton Phanrang, Leran, dan Trengganu.[1]
B.
Cara Masuknya
Islam di Asia Tenggara
Menurut Uka
Tjandra Sasmita, prorses masukya Islam ke Asia Tenggara yang berkembang ada
enam, yaitu:
1.
Saluran
perdagangan
Pada taraf
permulaan, proses masuknya Islam adalah melalui perdagangan. Kesibukan
lalu-lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 membuat pedagangpedagang
Muslim (Arab, Persia dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri
bagian Barat, Tenggara dan Timur Benua Asia.Saluran Islamisasi melaui
perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta
dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan
saham.Mereka berhasil mendirikan masjid dan mendatangkan mullah-mullah dari
luar sehingga jumlah mereka menjadi banyak, dan karenanya anak-anak Muslim itu
menjadi orang Jawa dan kaya-kaya.
2. Saluran
perkawinan
Dari sudut
ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada
kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi terutama puteri-puteri bangsawan,
tertarik untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu.Sebelum dikawin mereka
diislamkan terlebih dahulu.Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan
mereka makin luas, akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan
Muslim.
Dalam
perkembangan berikutnya, ada pula wanita Muslim yang dikawini oleh keturunan
bangsawan; tentu saja setelah mereka masuk Islam terlebih dahulu. Jalur
perkawinan ini jauh lebih menguntungkan apabila antara saudagar Muslim dengan
anak bangsawan atau anak raja dan anak adipati, karena raja dan adipati atau
bangsawan itu kemudian turut mempercepat proses Islamisasi. Demikianlah yang
terjadi antara Raden Rahmat atau sunan Ampel dengan Nyai Manila, Sunan Gunung
Jati dengan puteri Kawunganten, Brawijaya dengan puteri Campa yang mempunyai
keturunan Raden Patah (Raja pertama Demak) dan lain-lain.
3. Saluran
Tasawuf
Pengajar-pengajar
tasawuf atau para sufi mengajarkan teosofi yang bercampur dengana jaran yang
sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam soal magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan.
Diantara mereka juga ada yang mengawini puteri-puteri bangsawab setempat. Dengan
tasawuf, “bentuk” Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai
persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu,
sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan diterima. Diantara ahli-ahli
tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran
Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syekh Lemah Abang, dan
Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih dikembangkan di
abad ke-19 M bahkan di abad ke-20 M ini.
4. Saluran pendidikan
Islamisasi juga
dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang diselenggarakan
oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama.Di pesantren atau pondok itu, calon
ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikan agama.Setelah keluar dari
pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing atau berdakwak ketempat
tertentu mengajarkan Islam.Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden rahmat
di Ampel Denta Surabaya, dan Sunan Giri di Giri.Kleuaran pesantren ini banyak
yang diundang ke Maluku untuk mengajarkan Agama Islam.
5. Saluran
kesenian
Saluran
Islamisasi melaui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan
wayang.Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam
mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia
meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian
besar cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi
dalam serita itu di sisipkan ajaran nama-nama pahlawan Islam.Kesenian-kesenian
lainnya juga dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad dan
sebagainya), seni bangunan dan seni ukir.
6. Saluran
politik
Di Maluku dan
Sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam
terlebih dahulu.Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di
daerah ini.Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia Bagian
Timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi
kerajaan-kerajaan non Islam.Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak
menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.[2]
C.
Proses Masuknya
Islam di Asia Tenggara
Islam
masuk ke Asia Tenggara disebarluaskan melalui kegiatan kaum pedagang dan para
sufi. Hal ini berbeda dengan daerah Islam di Dunia lainnya yang disebarluaskan
melalui penaklukan Arab dan Turki.Islam masuk di Asia Tenggara dengan jalan
damai, terbuka dan tanpa pemaksaan sehingga Islam sangat mudah diterima
masyarakat Asia Tenggara.Mengenai kedatangan Islam di negara-negara yang
ada di Asia Tenggara
Hampir semuanya
didahului oleh interaksi antara masyarakat di wilayah kepulauan dengan para
pedagang Arab, India, Bengal, Cina, Gujarat, Iran, Yaman dan Arabia Selatan.
Pada abad ke-5 sebelum Masehi Kepulauan Melayu telah menjadi tempat
persinggahan para pedagang yang berlayar ke Cina dan mereka telah menjalin
hubungan dengan masyarakat sekitar Pesisir.Kondisi semacam inilah yang
dimanfaatkan para pedagang Muslim yang singgah untuk menyebarkan Islam pada
warga sekitar pesisir.
Asia
Tenggara dipilah dalam dua kelompok: Asia Tenggara Daratan yaitu: Kamboja,
Laos, Myanmar, Thailand, Vietnam. Dan
Asia Tenggara Maritim yaitu: Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Malaysia,
Singapura, Timor Leste.
Sejak
abad pertama, kawasan laut Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka sudah
mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan pelayaran dan
perdagangan internasional yang dapat menghubungkan negeri-negeri di Asia Timur
Jauh, Asia Tenggara dan Asia Barat. Perkembangan pelayaran dan perdagangan
internasional yang terbentang jauh dari Teluk Persia sampai China melalui Selat
Malaka itu kelihatan sejalan pula dengan muncul dan berkembangnya kekuasaan
besar, yaitu China dibawah Dinasti Tang (618-907), kerajaan Sriwijaya (abad
ke-7-14), dan Dinasti Umayyah (660-749).
Sejak
abad ke-7 dan abad selanjutnya Islam telah datang di daerah bagian Timur Asia
dan Asia Tenggara.Sebagaimana dikemukakan diatas Selat Malaka sejak abad
tersebut sudah mempunyai kedudukan penting.Karena itu, para pedagang dan
mubaligh Arab dan Persia yang sampai di China Selatan juga menempuh pelayaran
melalui Selat Malaka. Kedatangan Islam di Asia Tenggara dapat dihubungkan
dengan pemberitaan dari I-Cing, seorang musafir Budha, yang mengadakan
perjalanan dengan kapal yang di sebutnya kapal Po-Sse di Canton pada tahun 671.
Ia kemudian berlayar menuju arah selatan ke Bhoga (di sekitar daerah Palembang
di Sumatera Selatan). Selain pemberitaan tersebut, dalam Hsin-Ting-Shu dari
masa Dinasti yang terdapat laporan yang menceritakan orang Ta-Shih mempunyai
niat untuk menyerang kerajaan Ho-Ling di bawah pemerintahan Ratu Sima
(674).Dari sumber tersebut, ada dua sebutan yaitu Po-Sse dan Ta-Shih.Menurut
beberapa ahli, yang dimaksud dengan Po-Sse adalah Persia dan yang dimaksud
dengan Ta-Shih adalah Arab.Jadi jelaslah bahwa orang Persia dan Arab sudah hadir
di Asia Tenggara sejak abad-7 dengan membawa ajaran Islam.[3]
D.
Perkembangan dan Peradaban Umat Masa Kini islam di Asia Tenggara
1.
Indonesia
Proses masuknya
islam di Indonesia dimulai sejak abad ke 7 M, yang dibawa oleh para pedagang
dan muballigh dari negara Arab. Islam masuk ke Indonesia secara damai, sehingga
masyarakat menerima kedatangan islam. Daerah pertama kali dimasuki agama Islam
adalah pantai barat pulau Sumatera yaitu daerah Baros. Berkembangnya Islam di Indonsesia ditandai
adanya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara ini, kerajaan pertama kali adalah
kerajaan Perlak, yang telah berdiri pada abad ke 3 Hijriyyah atau abad ke 9
Masehi. Selanjutnya kerajaan Samudra Pasai dibawah kekuasaan Al-Malik As-Salih
sebagai sultan pertama, kerajaan Demak (di Jawa), kerajaan Tanjung Pura
(kerajaan pertama di Kalimantan), kerajaan Gowa di Sulawesi selatan, kerajaan
Bacan di Maluku yang menjadi sultan pertama kali adalah Kaitjil Buka, dan
lain-lain.
Saat ini,
dengan perkiraan jumlah penduduknya sekitar 165 juta dengan 90% darinya
beragama islam, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk Muslim
terbesar di dunia.Sebagian besar penduduk Indonesia adalah Muslim. Selain
Islam, agama-agama Budha, Hindu, Katolik, dan Protestan merupakan agama yang
diakui negara. Kemajuan dan perkembangan Islam di Indonesia tidak lepas
dari peran kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia dan juga peran perjuangan
dakwah para wali songo dalam menyebarkan agama Islam.
Indonesia memang bukan negara agama (teokrasi), dan bukan negara Islam,
tetapi juga bukan negara sekuler. Indonesia adalah negara beragama yang
mendukung kehidupan beragama warganya. Hal ini ditegaskan dengan dibentuknya
Departemen Agama, Pengadilan Agama, pembinaan masyarakat beragama, waqaf, dan
zakat. Selain itu, di Indonesia tumbuh dan berkembang banyak organisasi
keagamaan, seperti MUI, ICMI, Muhammadiyah, NU dan lain-lain. Di Indonesia juga
telah tumbuh sejak lama dan berkembang pendidikan agama Islam dari tingkat
rendah sampai Perguruan Tinggi, dari pondok pesantren tradisional sampai yang
modern.
Sebagai kesimpulan, kita dapat melihat betapa ajaran Islam telah meresap ke
dalam lubuk hati sebagian besar bangsa Indonesia, telah berakulturasi
sedemikian rupa, dan telah mewarnai berbagai aspek kehidupan masyarakatnya.
Peninggalan peradaban Islam di Indonesia antara lain:
a)
Masjid
Masjid-masjid
di Nusantara dirancang bangunan bersifat local tradisional, seperti berdiri
diatas batu tebal dan berdenah bujur sangkar, berundak-undak, memiliki pagar
keliling, berarsitektur rumah joglo, dan bahkan banyak diantaranya yang beratap
tumpang dua tingkat (masjid agung Cirebon), lima tingkat (Masjid Agung Banten),
tujuh tingkat (Masjid Agung lama Ternate), dan lain-lain.
b)
Bangunan
sekuler
Salah satu
produk budaya Islam di Nusantara adalah Istana atau keraton, yang termasuk
kelompok bangunan sekuler.Pola arsitek keraton di jawa seringkali mengacu pada
tradisi rancang bangun dimasa sebelumnya, yang dipengaruhi oleh unsur-unsur
budaya hinduistik.
c)
kaligrafi Islam
pengaruh seni
Islam ini melimpah kedalam seni rupa, seperti seni kaligrafi dan dekoratif,
sebagaimana tampak pada halaman-halaman, rak-rak buku, sajadah, mimbar masjid,
dinding, lampu, serta perabotan lain.[4]
2.
Malaysia
Sekitar abad
ke-14 agama Islam masuk ke Malaysia dibawa oleh pedagang dari Arab, Persia,
Gujarat dan Malabar.Disamping itu, ada seorang ulama bernama Sidi Abdul Aziz
dari Jeddah yang mengislamkan pejabat pemerintah Malaka dan kemudian
terbentuklah kerjaan Islam di Malaka dengan rajanya yang pertama Sultan
Permaisura.Setelah beliau wafat diganti oleh Sultan Iskandar Syah dan penyiaran
Islam bertambah maju, pada masa Sultan Mansyur Syah (1414-1477 M). Sultan suka
menyambung tali persahabatan dengan kerajaan lain seperti Syam, Majapahit, dan
Tiongkok. Kejayaan Malaka dapat dibina lagi sedikit demi sedikit oleh Sultan
Aludin Syah I, sebagai pengganti Muhammad Syah.Kemudian pusat pemerintahannya
dari Kampar ke Johor (Semenanjung Malaka).Sultan Alaudin Syah I dikenal sebagai
Sultan Johor yang pertama dan negeri Johor makin nertambah ramai dengan
datangnya para pedagang dan pendatang.Dalam sejarah negeri Kedah Islam masuk di
Malaysia dikatakan tahun 1501 M. pada suatu hari datanglah seorang alim bangsa
Arab Kedah yang bernama Syekh Abdullah Yamani Syekh Abdullah ini mengislamkan
raja dan pembesar serta anak negeri Kedah.[5]
Cara pertama masuknya islam di Malaysia
melalui jalur perdagangan dan ekonomi yang
melibatkan orang dari berbagai etnik dan ras yang berbeda-beda bertemu dan
berinteraksi, serta bertukar pikiran tentang masalah perdagangan, politik,
sosial dan keagamaan. Di tengah komunitas yang majemuk ini tentu saja
terdapat tempat mereka berkumpul dan menghadiri kegiatan perdagangan
termasuk dirancang strategi penyebaran agama Islam mengikuti jaringan-jaringan
emporium yang telah mereka bina sejak lama. Seiring itu pola kedua mulai
menyebar melalui pihak penguasa dimana istana sebagai pusat kekuasaan berperan
di bidang politik dan penataan kehidupan sosial, dengan dukungan ulama yang
terlibat langsung dalam birokrasi pemerintahan, hukum Islam dirumuskan dan
diterapkan, kitab sejarah ditulis sebagai landasan legitimasi bagi
penguasa Muslim.
Sisa-sisa
peninggalan sejarah yang juga membuktikan perkembangan Islam di Malaysia dapat
dilihat sesudah abad ke sepuluh, pada abad ke-15 misalnya dan ketika itu Brunei
masih bergabung dengan malaysia, Salah satu sumber dari cina menyebutkan ada
enam masjid di Malaysia dan ditemukan batu nisan silsilah keturunan raja-raja
Brunei. Sultan Brunei ketika itu adalah Abdul Djalil Jabar tahun 1660,
isterinya adalah putri sultan Sukadana dari Sambas. Kemudian pada tahun 1852
ada masjid jami dibangun di daerah Kucing, pada tahun 1917 dibangun madrasah di
Malaysia yang disebut Madrasah Al-Mursyidah. Fakta-fakta sejarah ini mengindikasikan bahwa Islam di Malaysia
terus mengalami perkembangan yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetauan
dan pendidikan Islam semakin mengalami kemajuan.
Dengan
adanya proses islamisasi di Malaysia yang memainkan peranan penting dalam
mengembangkan ajaran Islam adalah ulama atau pedagang dari jazirah Arab yang
pada tahun 1980-an Islam di Malaysia mengalami perkembangan dan kebangkitan
yang ditandai dengan semaraknya kegiaan dakwah dan kajian Islam oleh kaum
itelektual dan menyelenggarakan kegiatan intenasional yaitu Musabaqah ilawatil
Al-Qur’an yang selalu diikuti qari qariah Indonesia. Selain tersebut perkembangan Islam di Malaysia makin bertambah
maju dan pesat, dengan bukti banyaknya masjid-masjid yang dibangun, juga
terlihat dalam penyelenggaraan jamaah haji yang begitu baik. Sehingga dapat
dikatakan bahwa perkemabangan Islam di Malaysia, tidak banyak mengalami
hambatan. Bahkan, ditegaskan dalam konstitusi negaranya bahwa Islam merupakan
agama resmi negara. Di kelantan, hukum hudud (pidana Islam) telah diberlakukan
sejak 1992.
Namun
demikian Malaysia yang menganut agama resmi Islam tetap menjamin agama-agama
lain dan oleh pemerintah diupayakan menciptakan ketentraman, kedamaian bagi
masyarakat walaupun pemegang jabatan adalah pemimpin-pemimpin muslim, tidak
berarti Islam dapat dipaksakan oleh semua pihak, sebagai konsekwensi semua
masyarakat termasuk non muslim harus menghargai dan menjunjung tingi konstitusi
negara kebangsaan Malaysia.
Masyarakat Muslim
di Malaysia sebagian besar
berlatarbelakang pedesaan dan mayoritas mereka bekerja sebagai petani.
Mereka cenderung dalam kehidupan komunitas masyarakat kampung.
Warga perkampungan Malaysia menjalankan praktek-praktek
keagamaan, meyakini terhadap roh-roh suci, tempat suci, dan meyakini para wali
yang dikeramatkan baik di kalangan Muslim maupun non Muslim. Diantara warga
Muslim dan non Muslim dapat hidup rukun tanpa ada permusuhan sehingga
masyarakat di sana tentram dan damai.
Perkembangan
Islam di Malaysia telah membawa peradaban-peradaban baru yang diakui Dunia
Islam. Sampai saat ini Muslim Malaysia dikenal sebagai Muslim yang taat
ibadahnya, kuat memegang hukum Islam dan juga kehidupan beragamanya yang damai
serta mencerminkan keIslaman
agamanya baik di perkampungan maupun
dalam pemerintahan. Peranan seorang ulama di sana sangat penting baik dalam
segi dakwah dan dalam pengelolaan sekolah-sekolah. Mengenai hasil peradaban
Islam di Malaysia ini juga tidak kalah dengan negaranegara Islam yang lain,
seperti:
a.
Adanya
bangunan-bangunan masjid yang megah seperti Masjid Ubaidiyah di Kuala Kancong.
b.
Banyaknya
bangunan-bangunan sekolah Islam.
c.
Berlakunya
hukum Islam pada pemerintahan Malaysia (hukum Islam di sana mendapat kedudukan
khusus karena dijadikan hukum negara).[6]
3.
Singapura
Perkembangan Islam di singapura boleh dikatakan tidak ada hambatan,
baik dari segi politik maupun birokratis.Muslim di Singapura ± 15 % dari jumlah
penduduk, yaitu ± 476.000 orang Islam.Sebagai temapt pusat kegiatan Islam ada ± 80 masjid yang ada di sana. Pada
tanggal 1 Juli 1968, dibentuklah MUIS (majelis Ulama Islam Singapura) yang
mempunyai tanggung jawab atas aktivitas keagamaan, kesehatan, pendidikan,
perekonomian, kemasyarakatan dan kebudayaan Islam. Singapura menjadi satu
diantara pusat Islam paling penting di Asia Tenggara.Hal tersebut diebabkan
oleh keunggulannya sebagai pintu masuk perdagangna Internasional. Posisinya
yang strategis juga telah memungkinkannya menjadi pusat informasi dan
komunikasi dakwah islam, baik pada kesultanan Malaka, masa colonial sampai awal
abad ke 20.[7]
4.
Brunai Darussalam
Agama Islam di Brunei dapat berkembang dengan baik tanpa ada
hambatan-hambatan.Bahkan, agama Islam di Brunei merupakan agama resmi
negara.Untuk pengembangan agama Islam lebih lanjut telah didatangkan
ulama-ulama dari luar negeri, termasuk dari Indonesia.Masjid-masjid banyak
didirikan.Umat Islam di Brunei menikmati kehidupan yang benar-benar sejahtrera
sesuai dengan namanya Darussalam (negeri yang damai).Pendapatan perkapita
negara ini termasuk tertinggi di dunia.Pendidikan dan perawatan kesehatan
diberikan secara cuma-cuma oleh pemerintah.Penduduk Brunei Darussalam mayoritas
beragama Islam.
Upaya mencapai kemerdekaan Brunei semakin menggelora
setelah pada tahun 1952.Azahari kembali dari Indonesia dan kemudian aktif
menjadi pemimpin dalam memperjuangkan hasrat bangsa Brunei.Berbekal dukungan
kuat masyarakat Brunei, pada januari 1955 Azahari secara resmi mengumumkan
pendirian Partai Rakyat Brunei (PRB).
Brunei baru
mengumumkan kemerdekaannya pada 1 Januari 1984 (merupakan negara termuda di
Asia Tenggara), dengan menempuh perjuangan melalui jalur diplomasi pihak
kerajaan.Setelah Brunei merdeka, kerajaan berusaha menjadikan Islam sebagai
landasan undang- undangnya dalam falsafah Negara, yang disebut Melayu Islam
Beraja (MIB).Jika ditelusuri lebih lanjut, asas MIB telah digagas sejak sebelum
lahirnya Pelembagaan Brunei 1959, yang mewadahi semangat dan aspirasi Sultan
Haji Omar Ali Saifuddin dan Jawatan Kuasa Penasehat Pelembagaan
1954.Pelembagaan Brunei 1959 memuat pasal-pasal yang dapat dipahami sebagai
identitas terpenting Negara itu, yaitu MIB.[8]
Di masa
sekarang ini, Kerajaan Brunei menggunakan asas syariat Islam dalam penerapan
hukum perundang-undangannya yang disebut sebagai hukum syarak.Hukum
syarak tersebut mencakup undang-undang jenayah Islam (hukum
Islam), muammalah, undang-undang keluarga, serta undang-undang
keterangan acara. Penerapan hukum Islam ini tak lain karena pengaruh kuat dari
Sultan Sharif Ali yang kukuh ingin menjadikan penduduk Brunei sebagai muslim
sejati. Hal ini kemudian berimplikasi terhadap perilaku penduduk Brunei yang
senantiasa mendasarkan perilakunya sesuai dengan syariat Islam. Hal yang paling
menonjol terlihat dari busana wanita-wanita Brunei yang dikenal dengan sebutan
”baju kurung” yang tak lain merupakan pengejawantahan syariat Islam dalam
kehidupan sehari-hari.
Cara pengamalan
Islam di Brunei didasarkan pada mazhab Syafi‘i dalam bidang fikih dan ahlusunnah
waljamaah di bidang akidah.Semenjak diproklamirkan sebagai negara
merdeka, Brunei menerapkan konsep "Melayu Islam Beraja" sebagai falsafah
negara yang kemudian menjadi pedoman hidup penduduk Brunei hingga kini.
Penduduk Brunei
hanya berjumlah 370 ribu orang dengan pendapatan berkapita sekitar 23,600
dollar Amerika atau sekitar 225 juta rupiah, Penduduknya 67% beragama Islam,
Budha 13%, Kristen 10% dan kepercayaan lainnya sekitar 10%. Islam adalah agama
resmi kerajaan Brunei Darusalam yang dipimpin oleh Haji Hassanal Bolkiah
Mu’izzaddin Waddaulah (1967-kini).
5.
Philiphina
Berdasarkan catatan Kapten
Tomas Forst tahun 1775 M, ada orang Arab yang mula-mula masuk pulau Mindanau
(Filiphina) adalah Mubalig yang bernama Kebungsuan pada abad ke-15 M. Sedangkan
yang menyebarkan agama Islam di pulau sulu ialah Sayid Abdul Aziz (Sidi Abdul
Aziz) dari Jeddah. Ulama ini juga mengislamkan raja Malaka pertama yang semula
beragama Hindu, yakni Permaisura diganti dengan Muhammad Syah.Kemudian yang
disusun dengan mubalig Abu Bakar yang menyebarkan Islam ke Pulau Sulu, Pulau
Luzon dan sebagainya.Muslim di Filipina adalah minoritas dan nasib mereka
sekarang sangat memprihatinkan. Seperti nasib muslim di Thailand, Kamboja,
Vietnam, Myanmar, di situ umat Islam mendapat gangguan, tekanan bahkan
pembasmian dari pihak-pihak yang memusuhinya. Hingga kini muslim Moro terus berjuang
untuk memperoleh otonomi karena mereka selalu ditindas dan diperlakukan sebagai
warga kelas dua oleh pemerintah Manila. Oleh karena itu, muslim Moro terus
berjuang mempertahankan diri, agama dan identitas sebagai muslim.
Kaum muslimin Philipina tetap memegang teguh tradisi , karena bagi
mereka agama merupakan hal yang sangat penting. Dalam hal pendidikan umum kaum
muslim Filipina ada yang mau menerima dan ada yang menolaknya.Mereka yang
menerima pendidikan sekuler biasanya mudah menyatu dengan Negara Filipina,
sebaliknya mereka yang hanya mendapatkan pendidikan agama secara tradisional
tidak menghendaki integrasi dengan pemerintah.[9]
Muslim tersebar ke seluruh Filipina, ditandai
dengan sebuah masjid kecil yang sekarang dapat ditemui di setiap provinsi dan
kota. Walaupun belum pernah dilakukan sensus, diperkirakan lebih dari satu juta
warga Muslim tinggal di luar Mindanao.Kelompok terbesar berada di wilayah Metro
Manila. Di sana para pedagang Muslim terlihat menonjol dalam perdagangan mutiara dan DVD. Menyedihkannya,
masyarakat ini menghadapi prasangka anti-Muslim yang meningkat, dipicu oleh
sikap pasca 11/9 yang mengaitkan terorisme dengan Islam.
Kedua, sebagian warga Muslim yang cinta damai
dan konservatif kembali ke agama dan bergabung dengan kelompok-kelompok
fundamentalis seperti Tabligh.Kegagalan modernisasi dan globalisasi memperbaiki
kehidupan membuat mereka berpaling ke ajaran-ajaran dasar Islam sebagai bentuk
pertahanan terhadap kekosongan moral yang dibopong dunia modern dan prasangka
anti-Muslim.
Kaum muda Muslim Filipina berlari kembali ke
agama ketika menghadapi masa depan yang semakin dipersulit oleh prasangka
anti-Muslim dan ketidakadilan. Faktor-faktor ini, digenapi oleh ketidakbecusan
pemerintah menyediakan berbagai layanan masyarakat dan peluang ekonomi (setelah
satu dekade setelah penandatanganan perjanjian perdamaian yang menjanjikan
kehidupan yang lebih baik), telah mendorong banyak kaum muda Muslim bergabung
dengan elemen-elemen radikal.
6.
Thailand
Agama Islam masuk ke Thailand dengan melalui Kerajaan Pasai
(Aceh).Ketika Kerajaan Pasai ditaklukan Thailand, raja Zainal Abidin dan
orang-orang Islam banyak yang ditawan.Setelah mereka membayar tebusan mereka
dikeluarkan dari tawanan, dan para tawanan tersebut ada yang pulang dan ada
juga yang menetapa di Thailand, sehingga mereka menyebarkan agama Islam. Ketika
raja Thailand menekan Sultan Muzaffar Syah (1424-1444) dari Malak agar tetap
tuduk kepada Thailand dengan membayar upeti sebanyak 40 tahil emas per tahun
ditolaknya, kemudian Raja Pra Chan Wadi menyerang Malaka, tetapi penyerangan
tersebut gagal. Pada masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah (1444-1477) tentara
Thailand di Pahang dapat dibersihkan.Wakil Raja Thailand yang bernama Dewa Sure
dapat ditahan, tetapi beliau diperlakukan dengan baik.Bahkan, puterinya diambil
istri oleh Mansyur Syah untuk menghilangkan permusuhan antara Thailand dengan
Malaka. Pada akhir-akhir ini, muslim Pattani cukup lama mendapat tekanan dan
penindasan dari rezim Bangkok yang memeluk Budha.[10]
Dalam tatanan sosial, muslimin Thailand
mendapatkan julukan yang kurang enak untuk didengar.Yaitu Kheik atau
khaek yang berarti orang luar, yang secara harfiah berarti pendatang atau orang
yang datang menumpang. Dalam bahasa Thai, istilah ini juga selama berabad-abad
sudah dikenal untuk menyebut kaum pendatang berkulit hitam dari daerah Melayu
dan Asia Selatan, orang-orang Thai-Islam menolak sebutan ini dan menyatakan
bahwa kedatangan mereka (khususnya di kawasan Thailand Selatan), jauh lebih
awal daripada kedatangan orang-orang Budha Thailand. Hingga istilah Thai-Islam
dibuat pada 1940-an.
7.
Myanmar
Islam sampai ke Myanmar melalui banyak jalan.yaitu, para pedagang
arab muslim menetap di garis pantai selama abad pertama hijriyah (ke 7 M) atau
sesudahnya, mula mula di atas pantai Arakan, dan kemudian ke selatan. Kemudian
disusul oleh komunitas india dan malaysia (melayu) yang telah efektif dalam
menyebarkan agama islam. Akhirnya para pengungsi dari Yunnan di abad sembilan
belas menetap di bagian utara negeri itu. Suatu negara muslim pada saat itu
didirikan di Arakan ketika sultan bengal yang Muslim Nasiruddin Mahmud Shah
(1442-1459 M) membantu raja Sulaiman Naramitha membangun negara yang muslim.
Pemerintahan muslim berlangsung beberapa abad di Arakan dan meluas
ke selatan sejauh Moulmein selama pemerintahan Sultan salim Shah Razagri
91593-1612 M). Pada saat itu bahasa Persia merupakan bahasa negara bagu negara
muslim Arakan. Ibukotanya Myohaung. Pada 1784 myanmar yang pengikut budha
menaklukan negara muslim, diikuti antara 1824 dan 1826 oleh Inggris. Maka pada
saat Myanmar merdeka pada 1948, Arakan dimasukkan kedalam wilayah kekuasaan
negara Myamnar.
Tantangan
Muslim kedepan yang dihadapinnya dapat dilihat dari konflik-konflik yang telah
terjadi, yaitu diantaranya
usaha untuk menuntut mendapatkan otonomi dari pemerintah. Terfokus pada
Muslim Rohingya di Myanmar yang paling mendapatkan siksa dari orang Budhha/pemerintahan
di Myanmar. Sehingga masalah perekonomian atau perdagangan Muslim India
yang mungkin masih dikuasai Pemerintah Myanmar dimasa yang akan datang dapat
diselesaikan. Selain itu di bidang pendidikan, yaitu harapan akan adanya materi
pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah negeri/ pemerintahan/ kerajaan. Jadi
dapat disimpulkan bahwa dengan adanya organisasi seperti RNLF, KMNLF dan KNLA
diharapkan mampu mengatasi problem Muslim masa yang akan datang di Myanmar.
8.
Kamboja
Kamboja pernah mengalami suatu kejadian yang mengguncang panggung
sejarah umat Islam, baik menyangkut politik maupun ekonomi. Dominasi kaum
muslim dalam perdagangan dan upaya penyiaran islam yang amat gencar dilakukan
didaerah ini membantu mengfasilitasi naiknya pamor kelompok muslim di kerajaan
Kamboja. Di kamboja, peranan dan pengaruh kaum muslim lebih besar karena
beberapa abad sebelumnya di Champayang kemudian bergabung dengan kerajaan
kamboja, pernah terdapat kesultanan muslim.
Penduduk muslim Kamboja, sebagai mana kaum musim lain, bersifat
kosmopolitan. Mungkin karena faktor inilah yang kemudian menjadikan penguasa
Kamboja masuk Islam di awal abad ke 17.
Masuk islamnya penguasa kamboja ini lebih memperkuat posisi
dominasi masyarakat muslim di Kamboja, namun seperti pengalaman Ayutthaya,
ketidak stabilan hubungan internasional di wilayah ini mempengaruhi posisi
masyarakat muslim di Kamboja. Mereka tidak mampu mencapai posisi sebelumnya,
dan islam tidak bisa memasuki elit penguasa sebagaimana di kerajaan lain di
Asia Tenggara. Konspirasi dikalangan istana negara mengakhiri kekuasaan islam
yang singkat di Kamboja. Nasib kaum muslim yang berubah dengan cepat itu
merupakan akibat dari serangan gencar yang dilakukan Eropa yang kemudian
mengakhiri dominasi kaum muslim di Asia Tenggara.[11]
9.
Vietnam
Masuknya Islam ke Vietnam, sejarahwan sepakat bahwa Islam telah
sampai ke Vietnam ini pada adab ke 10 dan 11 Masehi melalui jamaah dari India,
Persia dan pedagang Arab, dan menyebar antara jamaah cham sejak adanya
perkembangan kerajaan mereka di daerah tengah Vietnam dan dikenal dengan nama
kerajaan Champa.
Islam masuk ke vitnam melalui
beberapa rute:
a)
melalui perdagangan – perdagangan
arab digaris pantai awal abad ke- 1 H atauabad ke-7 M. Kemudian kelaut arakan
dan keselatan.
b)
pedagang melayu dan india yang
aktif dalam penyebaran islam
c)
melalui pedagang yunan
pada abad ke- 19 yang menduduki bagian utara vitnam.
Islam telah disebarkan ke benua kecil india dan himalaya. Sehingga sampai
ke gobidan
seterusnya kenegara bagian cina oleh pedagang arab. Semua ini berlaku dalam
beberapa tahun semasa kebangkitan khalifah islam dinegara arab.
Walau bagaimana pun, hanya kurun ke -13 masehi, barulah pedagang
arab dan india berlayar ketimur dimana mereka
telah menyebarkan agama islam kepada orang melayu. Dan pada kurun ke- 14
masehi, pasai dan beberapa kerajaan islam disumatra menjadi menjadi pusat
penyebaran islam sehingga Melaka menjadi pusat islam yang terbesar dalam kurun
ke- 15 sebelum jatuh ketangan pihak Portugis pada tahun 1511.
10.
Laos
Agama Islam pertama kali masuk ke Laos melalui para pedagang Cina dari Yunnan.Para saudagar Cina ini
bukan hanya membawa dagangannya ke Laos, namun juga ke negara tetangganya
seperti Thailand dan Birma. Oleh masyarakat Laos dan Thailand, para
pedagang asal Cina ini dikenal dengan nama Chin Haw. Peninggalan kaum Chin Haw
yang ada hingga hari ini adalah: beberapa kelompok kecil komunitas Muslim
yang tingal di dataran tinggi dan perbukitan. Mereka menyuplai kebutuhan pokok
masyarakat perkotaan.Di sini, mereka memiliki masjid besar kebanggaan.Letaknya
di ruas jalan yang terletak di belakang pusat air mancur Nam Phui. Masjid ini
dibangun dengan gaya neo-Moghul dengan ciri khas berupa menara gaya Oriental.
Masjid ini juga dilengkapi pengeras suara untuk adzan. Ornamen lain adalah
tulisan-tulisan di dalam masjid ini ditulis dalam lima bahasa, yaitu Arab,
Tamil, Lao, Urdu, dan Inggris. Selain kelompok Muslim Chin Haw, ada lagi
kehadiran kelompok Muslim lainnya di Laos yaitu komunitas Tamil dari selatan
India. Muslim Tamil dikenal dengan nama Labai di Madras dan sebagai Chulia di
Malaysia dan Phuket. Mereka masuk Vientiane melalui Saigon yang masjidnya
memiliki kemiripan dengan masjid mereka di Tamil.Para jamaah Muslim India
Selatan inilah yang mendominasi masjid di Vientiane.Meski demikian, masjid ini
juga banyak dikunjungi jamaah Muslim dari berbagai negara.Jamaah tetap di
masjid ini termasuk para diplomat dari negara Muslim di Vientiane, termasuk
dari Malaysia, Indonesia, dan Palestina.Laos merupakan salah satu negara yang
kaya dengan keberagaman etnis. Setengah populasinya yang mencapai empat
setengah juta orang berasal dari etnis Laos atau yang dikenal masyarakat
lokalnya sebagai Lao Lum. Selain mendominasi dari segi jumlah penduduk, mereka
juga mendominasi pemerintahan dan komunitas masyarakatnya.Mereka yang berasal
dari etnis ini memiliki kedekatan kekerabatan dengan penduduk kawasan timur
laut Thailand.Mereka berasal dari dataran rendah Mekong yang hidup mendominasi
di Vientiane dan Luang Prabang.Secara tradisional, mereka juga mendominasi
pemerintahan dan masyarakat Laos.
11. Timor Leste
Timor Leste dahulu adalah salah satu
Provinsi di Indonesia, Timor Leste secara resmi merdeka pada tanggal 20 Mei
2002. Sebelumnya, negara ini bernama Timor Timur dan setelah menjadi anggota
PBB, mereka memutuskan untuk memakai nama Portugis yaitu Timor Leste sebagai
nama resmi negara mereka. Meski dari dulu di daerah ini umat Islam menjadi
minoritas, saat masih menjadi bagian Indonesia, banyak perhatian dan
peningkatan aktivitas dakwah di sana. Timor Leste, yang dahulunya bernama Timor
Timur, juga sebagian daerah Nusa Tenggara Timur lainnya mayoritas penduduknya
adalah Nasrani. Hal ini disebabkan karena daerah ini lama dikuasai
Portugis.Padahal, kedatangan Islam di daerah ini lebih dulu tiba.Namun
sayangnya Islam banyak terkikis oleh agama Nasrani yang dibawa Portugis dengan
semboyan Gospelnya, yaitu menyebarkan agama Nasrani di wilayah kolonialnya.
Islam masuk kewilayah Asia Tenggara melalui berbagai macam cara, terutama
melalui jalur perdagangan. Dimana islam masuk melalui pesisir sebagai basis
dari para niagawan untuk singgah dan melakukan transaksi disana. Tak ada
literatur ataupun sumber hidup yang pasti yang menyebutkan kapan Islam masuk ke
negara yang pernah menjadi bagian dari Indonesia ini. Akan tetapi, setidaknya
ada lima pendapat ahli yang menyatakan proses masuknya Islam ke Timor Leste,
diantaranya:
a. Pertama, dikatakan bahwa Islam memasuki Timor
Leste bersamaan dengan masuknya Islam di Indonesia. Pendapat ini didukung oleh
alur masuknya Islam dari kerajaan Samudra Pasai hingga ke Timur Indonesia dan
kemudian ke Timor Leste.
b.
Kedua, penduduk asli Timor Leste mengatakan bahwa Islam masuk lebih awal di
bandingkan dengan bangsa Eropa dan agama lain. Maksudnya adalah Islam masuk
sebagai agama pertama di Timor Leste dan dibawa oleh pendatang yang
kedatangannya jauh lebih awal daripada kedatangan bangsa Eropa ataupun penjajah
Portugis.
c.
Ketiga, pendapat lain mengatakan Islam masuk ke Timor Leste bertepatan dengan
masuknya Islam di Indonesia yang dibawa para pedagang Hadramaut. Namun, para
pedagang dari Hadramaut saat itu belum menetap, mereka mulai menetap di Dili
sejak awal abad ke-17 M. Sejumlah sumber memercayai bahwa pedagang dari
Hadramaut yang pertama kali menetap di Dili bernama Habib Umar Muhdhar.
d.
Keempat, sebagian orang mengatakan bahwa
Islam masuk di Timor Leste bersamaan dengan datangnya para pedagang Eropa,
seperti Portugal, Spanyol, dan Belanda. Ketika melakukan pelayaran ke Indonesia
dan Asia Pasifik, para pedagang Arab senantiasa berhubungan dengan
pedagang-pedagang Eropa.Mereka berlayar ke Timor Leste melaui Pulau Sumatra,
Jawa, Nusa Tenggara, dan Kepulauan Maluku.
e.
Kelima, keturunan Arab di Timor Leste
pernah mengatakan dari leluhur mereka bahwa para pedagang Arab itu datang di
tanah Timor Dili sejak awal abad permulaan Islam Jazirah Arab. Pada dasarnya
umat Islam di daerah Dili adalah bagian dari beberapa tokoh sejarah yang
berkembang persebaran Islam di daerah tersebut. Menurut informasi-informasi
masyarakat setempat dan juga kalangan keturunan Arab Hadramaut, sebelum bangsa
Portugis, Belanda, Jepang, Australia, dan Cina.
Dalam masa Integrasi dengan
Indonesia, Keberadaan Umat Islam Di Timor Leste amat naik secara signifikan,
dikarenakan banyak berdatangan dari wilayah Indonesia. Tercatat berdasarkan
Statistik Umat islam di Timor Leste yang di Keluarkan Cencistil (Centro de
Comunidade Islamica de Timor Leste). Keadaan jumlah penduduk muslim di Timor
Leste mengalami perkembangan yang signifikan, dikatakan bahwa jumlah Muslim
pada tahun 1990-an mencapai 31579 jiwa, dimana terdapat 13 Mesjid, 30 Mushala,
21 Madrasah, 20 Lembaga Islam dan 116 Ustazd. Namun perbedaan terjadi disaat
Timor Leste berpisah dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, jumlah Muslim
Mengalami penurunan yang amat drastis, dianataranya 5.011 Muslim, 3 Mesjid, 5
Mushala, 5 Madrasah, 7 Lembaga Islam dan 21 Ustadz.[3] Perkembangan umat Islam
di Timor Leste saat bergabungnya dengan Indonesia dapat di lihat dari
pembangunan istitusi Islam, Madrasah, maupun Mesjid yang ada di Timor Leste.
Salah satu Mesjid yang dibangun dan menjadi Icon dari Islam Timor Leste adalah
Masjid An'nur yang sempat hancur disaat terjadi serangan Jepang pada Perang
Dunia II dan di bangun kembali setelahnya. Sejak tahun 1977 sampai 1979,
Madrasah Diniyah An-Nur mulai menunjukan perkembangan karena hanya Madrasah
An-Nurlah satu-satunya Madrasah tempat menggodok generasi muda di timor Leste,
dengan demikian fasilitas dari umat Islam Dili selalu mengalir, anak didik
sering mendapatkan bantuan alat-alat tulis dari beberapa pihak, dalam tahap
perkembangan selanjutnya dari awal berdirinya madrasah ini pada tahun 1976,
kebanyakan pengurus-pengurus madrasah An-Nur ini adalah orang-orang dari
Sulawesi Utara, hal ini ada sedikit informasi mengenai beberapa tokoh dari
Sulawesi Utara yang pernah menjadi pejabat di madrasah ini, diantaranya: ·
Usman Huwole ( Kepala Madrasah An-nur) · Salman Maspeke ( Kepala Madrasah
An-Nur 1979) · Muhsin Kanon ( pernah menjadi Kepala Madrasah An-Nur) · Rustam
Timole ( Guru Madrasah An-Nur) · Piris Iko (Guru Madrasah An-Nur) · Gafar
Kioana (pernah menjadi Kepala Madrasah An-Nur) Semangat Keislaman tetap tumbuh
di Timor Leste, walaupun sudah tidak bergabung kedalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, Muslim Timor Leste tetap berusaha meraih hak-hak warga
negara di tengah kehidupan negara yang baru pada masa sebelum masa campur
tangan PBB. Melalui UNTAET Muslim Timor Leste telah mempersiapakan diri dengan
membentuk Lembaga Islam Timor Leste dengan nama CENCISTIL. CENCISTIL adalah
singkatan dari Centro da Comunidade Islâmica de Timor-Leste.Dalam bahasa
Indonesianya adalah Pusat Komunitas Islam Timor-Leste.[12]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
A.
Teori Masuknya Islam di Asia Tenggara
ada tiga teori
besar, yaitu:
1. Teori yang
menyatakan bahwa islam datang langsung dari Arab (Hadramaut)
2. Teori yang
menyatakan bahwa islam datang dari India, yakni Gujarat dan
Malabar
3. Teori yang
menyatakan bahwa islam datang dari Benggali (Bangladesh)
B.
Cara Masuknya
Islam di Asia Tenggara
Menurut Uka
Tjandra Sasmita, prorses masukya Islam ke Asia Tenggara yang berkembang ada
enam, yaitu: Saluran Perdagangan, Saluran Perkawinan, Saluran Tasawuf, Saluran
Pendidikan, Saluran Kesenian, dan Saluran Politik.
C.
Proses Masuknya
Islam di Asia Tenggara
Islam masuk ke
Asia Tenggara disebarluaskan melalui kegiatan kaum pedagang dan para sufi. Hal
ini berbeda dengan daerah Islam di Dunia lainnya yang disebarluaskan melalui
penaklukan Arab dan Turki.Islam masuk di Asia Tenggara dengan jalan damai,
terbuka dan tanpa pemaksaan sehingga Islam sangat mudah diterima masyarakat
Asia Tenggara.
D. Perkembangan
dan Peradaban Umat Islam Masa kKini di Asia Tenggara
Perkembangan dan peradaban Islam di
Asia Tenggara di setiap Negara ternyata berbeda, hal itu dikarenakan perbedaaan
kountur budaya, adat, pola pikir dan perekonomian masing-masing Negara.Kehidupan Umat beragama
di berbagai negara di Asia Tenggara berjalan secara toleransi dan antar sesama
umat islam saling hidup rukun.
[1]
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta: 2004, Hal 260
[2]Badri
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, PT Raja Grafindo, Jakarta: 2008, Hal
201-204
[3] Subaguk, Sejarah Peradan di Asia Tenggara, Gelora Aksara
Pratama, Jakarta: 2000, Hal 32
[4]
Hasan Muarif Ambary, Penemuan Peradaban, PT Logos Wacana Ilmu, Jakarta :
1998, Hal 35-44
[5]
Muhammad Syamsu, Ulama’ Pembawa Islam di Indonesia dan sekitarnya, PT
Lentera Basri Tama, Jakarta : 1996, Hal 136
[6]https://muhdahlan.wordpress.com/2010/11/20/perkembangan-islam-di-malaysia/
[8]Muhammad
Syamsu, Ulama’ Pembawa Islam di Indonesia dan sekitarnya, Hal 144
[12]http://wartasejarah.blogspot.com/2014/07/sejarah-islam-di-timor-leste.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar