BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ilmu merupakan suatu istilah yang berasal dari bahasa arab, yaitu alima
yang terdiri dari huruf ayn, lam, dan mim.
Dalam pandangan Al-Qur’an, ilmu itu dapat membentuk sikap atau
sifat-sifat manusia. Atau dengan kata lain, sikap atau karakter seseorang
merupakan gambaran pengetahuan yang dimilikinya. Maka perbedaan sikap dan pola
pikir antara seseorang dengan lainnya dilatarbelakangi oleh perbedaan
pengetahuan mereka.Itulah sebabnya pola pikir
atau sikap seorang yang ahli dalam bidang sains dan teknologi, misalnya, berbeda
dengan orang yang ahli dalam bidang ilmu-ilmu sosial.Bahkan
ilmu pengetahuan tidak hanya membentuk
pola pikir,
sifat dan karakter seseorang tetapi juga dapat membentuk perilaku.
Dengan demikian, belajar pada hakikatnya tidak hanya semata-mata
pencarian ilmu. Atau dengan kata lain, penguasaan ilmu bukanlah tujuan utama
suatu pembelajaran, penguasaan ilmu hanya
sebagai jembatan atau alat yang dapat mengantarkan manusia kepada kesadaran,
keyakinan dan perasaan atau sikap positif terhadap fenomena alam dan kehidupan
suatu sistem
ilahiah.
B.
Rumusan Masalah
a.
Apa Ayat dan terjemah yang
berkaitan dengan ilmu dan keutamaannya dalam Al-Qur’an?
b.
Apa Mufrodat atau kosakata ayat tentang ilmu dan keutamaannya dalam
Al-Qur’an?
c.
Bagaimana kandungan ayat tentang ilmu dan keutamaannya dalam
Al-Qur’an?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Ayat dan Terjemah
$pkr'¯»t
tûïÏ%©!$#
(#þqãZtB#uä
#sÎ)
@Ï%
öNä3s9
(#qßs¡¡xÿs?
Îû
ħÎ=»yfyJø9$#
(#qßs|¡øù$$sù
Ëx|¡øÿt
ª!$#
öNä3s9
(
#sÎ)ur
@Ï%
(#râà±S$#
(#râà±S$$sù
Æìsùöt
ª!$#
tûïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
öNä3ZÏB
tûïÏ%©!$#ur
(#qè?ré&
zOù=Ïèø9$#
;M»y_uy
4
ª!$#ur
$yJÎ/
tbqè=yJ÷ès?
×Î7yz
ÇÊÊÈ
Artinya: “Hai orang-orang beriman
apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis",
Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS. Al-Mujadalah, 11)[1]
B. Mufrodat Ayat
(#qßs¡¡xÿs? :saling meluaskan dan mempersilahkan
öNä3s9ª!$#öËx|¡øÿt: Allah akan melapangkan
rahmat dan riziki bagi mereka
#râà±S$# : saling merendahkan hati untuk memberi kesempatan kepada setiap
orang yang datang
t#qãZtB#uäûïÏ%©!$#ª!$#ìsùöt: Allah akan mengangkat derajat mereka yang telah memuliakan dan
memiliki ilmu.
C.
Kandungan
Ayat
Kandungan
ayat dari surat al-Mujadalah ayat 11 yaitu, mendatangkan sikap kebahagiaan
dan memberikan kelapangan kepada setiap orang islam.
;M»y_uytOù=Ïèø9$#(#qè?ré&tûïÏ%©!$#uröNä3ZÏB#qãZtB#uäûïÏ%©!$#Æƪ!$#tìsùöt
Artinya adalah orang-orang mukmin yang melaksanakan segala perintah-Nya
dan perintah rasul-Nya akan diangkat Allah dengan diberikan kedudukan yang
khusus, baik dari segi pahala maupun keridlaan-Nya.Mengapa orang yang beriman dan berilmu pengetahuan akan diangkat
derajatnya? Orang yang beriman dan memiliki ilmu pengetahuan luas akan
dihormati oleh orang lain, diberi kepercayaan untuk mengendalikan atau
mengelola apa saja yang terjadi dalam kehidupan ini. Ini artinya tingkatan
orang yang beriman dan berilmu lebih tinggi dibanding orang yang tidak berilmu.
Akan tetapi, perlu diingat bahwa orang yang beriman, tetapi tidak berilmu, dia
akan lemah. Oleh karena itu, keimanan seseorang yang tidak didasari oleh ilmu
pengetahuan tidak akan kuat. Begitu juga sebaliknya, orang yang berilmu, tapi
tidak beriman, ia akan tersesat. Karena ilmu yang dimiliki bisa jadi tidak untuk
kebaikan sesama.[2]
Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai pengamalan dari surah
al-Mujadalah ayat 11 adalah:
a)
Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan berusaha untuk mendapatkan
pengetahuan tersebut.
b)
Bersikap sopan saat belajar dan selalu menghargai dan menghormati
guru.
c)
Senang medatangi guru untuk meminta penjelasan tentang ilmu
pengetahuan.
d)
Selalu menyeimbangkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dengan
keyakinan terhadap kekuasaan Allah SWT
Etika dalam mencari ilmu:
a.
Mencintai ilmu yang sedang dipelajari.
b.
Menghormati orang yang membrikan ilmu (Guru).
c.
Tidak memotong pembicaraan saat guru sedang menjelaskan.
d.
Mendengarkan penjelasan guru dengan serius.
D.
Pengembangan
Secara harfiah ilmu dapat diartikan mengetahui atau tahu, secara
istilah ilmu berarti memahami hakikat sesuatu atau memahami hukum yang berlaku
atas sesuatu.[3]
Ayat lain yang
menerangkan tentang ilmu;
ôô`¨Br&
uqèd
ìMÏZ»s%
uä!$tR#uä
È@ø©9$#
#YÉ`$y
$VJͬ!$s%ur
âxøts
notÅzFy$#
(#qã_ötur
spuH÷qu
¾ÏmÎn/u
3
ö@è%
ö@yd
ÈqtGó¡o
tûïÏ%©!$#
tbqçHs>ôèt
tûïÏ%©!$#ur
w
tbqßJn=ôèt
3
$yJ¯RÎ)
ã©.xtGt
(#qä9'ré&
É=»t7ø9F{$#
ÇÒÈ
Artinya:“(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih
beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan
berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat
Tuhannya? Katakanlah:
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.(QS.
Az-Zumar: 9)
Pada ayat tersebut terdapat hubungan antara orang yang berilmu
dengan melakukan ibadah di malam hari, takut terhadap siksaan Allah diakhirat
serta mengharapkan rahmat dari Allah, dan juga ayat diatas merupakan salah satu
ciri sikap ulul albab, yaitu orang yang menggunakan pikiran, akal dan
nalar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, dan menggunakan hati untuk
mengarahkan ilmu pengetahuan pada tujuan peningkatan akidah, ketekunan
beribadah dan ketinggian dengan dia.[4]
*
$tBur
c%x.
tbqãZÏB÷sßJø9$#
(#rãÏÿYuÏ9
Zp©ù!$2
4
wöqn=sù
txÿtR
`ÏB
Èe@ä.
7ps%öÏù
öNåk÷]ÏiB
×pxÿͬ!$sÛ
(#qßg¤)xÿtGuÏj9
Îû
Ç`Ïe$!$#
(#râÉYãÏ9ur
óOßgtBöqs%
#sÎ)
(#þqãèy_u
öNÍkös9Î)
óOßg¯=yès9
crâxøts
ÇÊËËÈ
Artinya: “tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi
semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di
antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama
dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At-Taubah: 122)
Al-Maraghi berpendapat ayat tersebut memberi isyarat
tentang kewajiban memperdalam ilmu agama (wujub al-tafaqqub fi al-din)
serta menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk mempelajarinya didalam
suatu negeri yang telah didirikan serta mengajarkannya kepada manusia
berdasarkan kadar yang diperkirakan dapat memberikan kemaslahatan bagi mereka
sehingga tidak membiarkan mereka tidak mengetahui hukum-hukum agama yang pada
umumnya harus diketahui oleh orang-orang beriman.[5]
Selain ayat di atas terdapat juga hadis yang berkaitan dengan hal
yang besar yang akan didapatkan oleh penuntut ilmu diantaranya:
Dari Abud
Darda` radhiyallahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْسَلَكَطَرِيْقًايَطْلُبُفِيْهِعِلْمًا،سَلَكَاللهُبِهِطَرِيْقًامِنْطُرُقِالْجَنَّةِ،وَإِنَّالْمَلاَئِكَةَلَتَضَعُأَجْنِحَتَهَالِطَالِبِالْعِلْمِ،وَإِنَّالْعَالِمَلَيَسْتَغْفِرُلَهُمَنْفِيالسَّمَوَاتِوَمَنْفِيالأَرْضِ،وَالْحِيْتَانُفِيجَوْفِالْمَاءِ،وَإِنَّفَضْلَالْعَالِمِعَلَىالْعَابِدِكَفَضْلِالْقَمَرِلَيْلَةَالْبَدْرِعَلَىسَائِرِالْكَوَاكِبِ،وَإِنَّالْعُلَمَاءَوَرَثَةُالأَنْبِيَاءِ،وَإِنَّالأَنْبِيَاءَلَمْيُوَرِّثُوْادِيْنَارًاوَلاَدِرْهَمًا،إِنَّمَاوَرَّثُواالْعِلْمَ،فَمَنْأَخَذَهُأَخَذَبِحَظٍّوَافِرٍ
Artinya: "Barangsiapa menempuh suatu jalan yang padanya dia mencari ilmu,
maka Allah akan mudahkan dia menempuh jalan dari jalan-jalan (menuju) jannah,
dan sesungguhnya para malaikat benar-benar akan meletakkan sayap-sayapnya untuk
penuntut ilmu, dan sesungguhnya seorang penuntut ilmu akan dimintakan ampun
untuknya oleh makhluk-makhluk Allah yang di langit dan yang di bumi, sampai
ikan yang ada di tengah lautan pun memintakan ampun untuknya. Dan sesungguhnya
keutamaan seorang yang berilmu atas seorang yang ahli ibadah adalah seperti
keutamaan bulan pada malam purnama atas seluruh bintang, dan sesungguhnya ulama
adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidaklah mewariskan dinar ataupun
dirham, akan tetapi mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang
mengambilnya maka sungguh dia telah mengambil bagian yang sangat banyak." (HR. Abu Dawud
no.3641, At-Tirmidziy no.2683, dan isnadnya hasan, lihat Jaami'ul Ushuul 8/6)
Di dalam hadits ini terdapat keterangan tentang pemuliaan yang besar yang akan
didapatkan oleh penuntut ilmu, di mana para malaikat meletakkan sayap-sayapnya
untuknya sebagai sikap tawadhu' dan penghormatan kepadanya, demikian juga
makhluk-makhluk yang banyak baik yang di langit, di bumi maupun di lautan dan
makhluk lainnya yang tidak ada yang mengetahui jumlahnya kecuali Allah SWT,
semua makhluk tadi memintakan ampun kepada Allah untuk penuntut ilmu dan
mendo'akan kebaikan untuknya.
Cukuplah bagi seorang penuntut ilmu sebagai kebanggaan bahwasanya dia adalah orang yang sedang berusaha untuk mendapatkan warisannya para Nabi, dan dia meninggalkan ahli dunia terhadap dunianya yang telah dikumpulkan di atas hidangannya oleh para pecintanya di mana mereka sibuk dengan perhiasannya dan berebutan kepadanya.[6]
Cukuplah bagi seorang penuntut ilmu sebagai kebanggaan bahwasanya dia adalah orang yang sedang berusaha untuk mendapatkan warisannya para Nabi, dan dia meninggalkan ahli dunia terhadap dunianya yang telah dikumpulkan di atas hidangannya oleh para pecintanya di mana mereka sibuk dengan perhiasannya dan berebutan kepadanya.[6]
Dalam surat al-Baqarah ayat
159 juga disebutkan larangan untuk menyembunyikan ilmu, yaitu:
¨bÎ)
tûïÏ%©!$#
tbqßJçFõ3t
!$tB
$uZø9tRr&
z`ÏB
ÏM»uZÉit7ø9$#
3yçlù;$#ur
.`ÏB
Ï÷èt/
$tB
çm»¨Y¨t/
Ĩ$¨Z=Ï9
Îû
É=»tGÅ3ø9$#
y7Í´¯»s9'ré&
ãNåkß]yèù=t
ª!$#
ãNåkß]yèù=tur
cqãZÏ軯=9$#
ÇÊÎÒÈ
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang
Menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang
jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Kitab
al-Qur’an, mereka itulah yang dilaknat Allah dan dilaknat (pula) oleh mereka yang
melaknat.”
Ayat tentang penyembunyian apa yang diturunkan Allah
SWTtersebut berkenaan dengan para pendeta Yahudi dan Nasrani yang menyembunyikan
ciri-ciri Nabi Muhammad SAW dan juga menyembunyikan hukum rajam atas pezina
yang muhshan. Jadi yang dimaksud adalah orang yang menyembunyikan
kebenaran yang meliputi semua orang yang menutupi hukum syar’i, ilmu yang
bermanfaat atau pendapat yang benar yang bermanfaat bagi umat.[7]
Banyak ayat-ayat al-Qur’an yang mendorong manusia untuk mencari dan
memiliki ilmu pengetahuan, semisal al-Qur’an menyuruh manusia mengamati serta
memelihara alam semesta, bertafakkur dan sebagainya. Penghargaan al-Qur’an terhadap ilmu
diantaranya sebagai berikut:
Ø Pengangkatan
manusia menjadi seorang khalifah, serta dibedakannya seorang manusia dari
makhluk yang lain disebabkan karena ilmu yang dimilikinya.
zN¯=tæurtPy#uäuä!$oÿôF{$#$yg¯=ä.§NèOöNåkyÎztän?tãÏps3Í´¯»n=yJø9$#tA$s)sùÎTqä«Î6/Rr&Ïä!$yJór'Î/ÏäIwàs¯»ydbÎ)öNçFZä.tûüÏ%Ï»|¹ÇÌÊÈ(#qä9$s%y7oY»ysö6ßwzNù=Ïæ!$uZs9wÎ)$tB!$oYtFôJ¯=tã(y7¨RÎ)|MRr&ãLìÎ=yèø9$#ÞOÅ3ptø:$#ÇÌËÈ
Artinya: Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar
orang-orang yang benar!" Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak
ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami;
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana[35]."
(QS. Al-Baqarah: 31-32)
Ø Karena hakekat
manusia tidak bisa dipisahkan dari kemampuan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan, maka ilmu yang disertai iman adalah ukuran derajat seorang
manusia. Sehingga manusia yang ideal adalah manusia yang mencapai ketinggian
iman, ilmu dan amal.
Æìsùöt....ª!$#tûïÏ%©!$#(#qãZtB#uäöNä3ZÏBtûïÏ%©!$#ur(#qè?ré&zOù=Ïèø9$#;M»y_uy4....
Artinya: “.... Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat....”
(QS. Al-Mujadilah: 11)
Ø Al-Quran diturunkan
dengan ilmu Allah. Sehingga al-Qur’an hanya dapat direnungkan oleh orang-orang yang mempunyai ilmu, dan
untuk memperoleh petunjuk al-Qur’an bukan saja diperlukan ketaqwaan dan
keimanan, melainkan juga ilmu pengetahuan.
Ø Al-Qur’an memberikan isyarat bahwa yang berhak
memimpin umat adalah yang memiliki ilmu pengetahuan, sebagaimana Thalutdipilih
sebagai Raja Israil juga karena kelebihan pengetahuannya.
Ø Allah melarang
manusia untuk mengikuti sesuatu yang tidak ada ilmu tentangnya sebagaimana Dia menegur
Nabi Nuh ketika ia memohon sesuatu yang tidak ia ketahui.
wurß#ø)s?$tB}§øs9y7s9¾ÏmÎ/íOù=Ïæ4¨bÎ)yìôJ¡¡9$#u|Çt7ø9$#ury#xsàÿø9$#ur@ä.y7Í´¯»s9'ré&tb%x.çm÷YtãZwqä«ó¡tBÇÌÏÈ
Artinya: “Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra’: 36)
Ø Allah
memberikan contoh bagaimana orang awam tertarik dengan kemewahan dunia seperti
Qarun, karena hanya orang yang beilmu yang tahu bahwa kemewahan dunia bukanlah
sesuatu yang bernilai abadi dan segala-galanya.
tA$s%urúïÏ%©!$#(#qè?ré&zNù=Ïèø9$#öNà6n=÷urÜ>#uqrO«!$#×öyzô`yJÏj9ÆtB#uä@ÏJtãur$[sÎ=»|¹wur!$yg9¤)n=ãwÎ)crçÉ9»¢Á9$#ÇÑÉÈ
Artinya: “Berkatalah
orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu,
pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh,
dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang sabar". (QS.
Al-Qashash: 80).[8]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sikap dan
perilaku yang dapat diterapkan sebagai pengamalan dari surah al-Mujadalah:
11 adalah:
a)
Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan berusaha untuk mendapatkan
pengetahuan tersebut.
b)
Bersikap sopan saat belajar dan selalu menghargai dan menghormati
guru.
c)
Senang medatangi guru untuk meminta penjelasan tentang ilmu
pengetahuan.
d)
Selalu menyeimbangkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dengan
keyakinan terhadap kekuasaan Allah SWT.
Etika dalam mencari ilmu:
a.
Mencintai ilmu yang sedang dipelajari.
b.
Menghormati orang yang membrikan ilmu (Guru).
c.
Tidak memotong pembicaraan saat guru sedang menjelaskan.
d.
Mendengarkan penjelasan guru dengan serius.
B.
Saran
Semoga dengan
dibuatnya makalah Tafsir Tarbawi dengan tema “Ilmu
dan keutamaannya dalam Al-Qur’an” dapat membantu proses perkuliahan.
[1]Depag,
Al Qur’an dan terjemah hal 543.
[2]
Abuddinnata,Tafsir ayat-ayat pendidikan(Tafsir al ayat al tarbawi),PT
Rajagravindo Persada,Jakarta,2012, hal 154.
[3]
Kadar Muhammad Yusuf, Tafsir Tarbawi, Zanafa Publishing, Pekanbaru Riau, 2001,
hal 23.
[6] Al
Wala` Wal Bara` Keutamaan Menuntut Ilmu
dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah.htm
[7]
Wahbah As Zuhaii, Tafsir Al Munir jilid 1, Darul Fikr, Damaskus, 2005,
hal 312.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar