BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Agama Islam berisi ajaran yang
menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai hamba Allah, individu,
anggota masyarakat maupun sebagai makhluk dunia. Termasuk di dalamnya masalah
kepemmpinan. Kepemimpinan dalam Islam pada dasarnya aktivitas menuntun,
memotivasi, membimbing, dan mengarahkan agar manusia beriman kepada Allah Swt,
dengan tidak hanya mengerjakan perbuatan atau bertingkah laku yang diridhai
Allah Swt. Islam sangat cermat dalam menetapkan pemimpin yang akan menjadi
teladan yaitu menyuburkan dan membangun kepribadian Muslim. Salah seorang
pemimpin yang memenuhi kualitas seperti itu, bagi seluruh umat Islam adalah
Nabi Muhammad Saw. Pengangkatan beliau sebagai Rasul Allah Swt itu selain untuk
memimpin umat manusia adalah juga untuk seluruh alam.
Kepribadian yang sempurna yang
dimiliki oleh Nabi Muhammad Saw sebagai Rasul Allah, sebagai kepribadian yang
terpuji dan sempurna, terkenal dengan sebutan sifat-sifat wajib bagi Rasul
Allah yang meliputi shidiq, amanah, tabligh, dan fathanah.Nabi
Muhammad Saw merupakan pintu utama bagi setiap hamba yang ingin membangun
kepribadian rabbani tersebut.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
sifat-sifat Nabi Muhammad Saw sebagai karakter Islam?
2.
Bagaimana
implementasi nilai-nilai sifat wajib Nabi Muhammad Saw sebagai karakter Islam ?
3.
Bagaimana
keutamaan mengikuti dan meniru Nabi Muhammad Saw ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sifat-sifat wajib Nabi Muhammad Saw sebagai karakter Islam
Dalam Islam, suri tauladan yang
paling sempurna terdapat pada diri Nabi Muhammad Saw, seorang yang mempunyai
sifat-sifat yang yang selalu terjaga dan dijaga oleh Rasulullah Saw.
Sifat-sifat yang ada pada diri Nabi Muhammad Saw juga terdapat pada diri rasul-rasul
lain sebagai penyeru umat. Sifat yang dimaksud dikenal dengan sebutan sifat
wajib Rasul.
Sifat wajib Rasul merupakan karakter
Nabi Muhmmad Saw dalam menjalankan tugasnya sebagi pemimpin umat. Secara rinci
sifat-sifat tersebut, yaitu :
1.
Shidiq
(Benar)
Shiddiq adalah hadirnya suatu kekuatan yang dapat melepaskan diri
dari sikap dusta atau tidak jujur terhadap Tuhannya, dirinya sendiri, maupun
orang lain.[1]
Nabi Muhammad Saw mempunyai banyak sifat yang membuatnya disukai
oleh setiap orang yang berhubungan dengannya dan yang membuatnya menjadi pujaan
para pengikutnya. Sewaktu muda, semua orang Quraisy menamakannya “shidiq” dan
“amin”. Beliau sangat dihargai dan dihormati oleh semua orang termasuk para
pemimpin Mekkah. Nabi memiliki kepribadian dan kekuatan bicara yang demikian
memikat dan menonjol sehingga siapa pun yang pergi kepadanya pasti akan kembali
dengan keyakinan, ketulusan dan kejujuran pesannya. Hal ini dikarenakan, Nabi
Muhammad Saw hanya mengikuti apa yang diwahyukan pada beliau. Dalam kepemimpinan
berarti semua keputusan, perintah dan larangan beliau, agar orang lain berbuat
atau meninggalkannya pasti benar karena Nabi bermaksud mewujudkan kebenaran
dari Allah Swt.
Peranannya sebagai seorang Rasul dan pemimpin telah diberikan oleh
Allah sebuah kitab sebagai penguat misinya itu. Nabi Muhammad Saw teladan umat
telah ditonjolkan oleh Allah sebagai manusia pilihan, oleh karena itu
sunnahnya, cara hidupnya menjadi satu-satunya perilaku yang sah bagi kaum
muslim. Sebagaimana sabda Nabi Saw
فمنْ اقْتدى بي فهو منّي ومنْ رغب عنْ سنّتي
فليْس منّي
“Siapa yang mengikuti jejakku maka ia termasuk
golonganku. Dan barangsiapa yang membenci sunnahku, maka ia tidak termasuk
golonganku.”[2] Sebab Nabi Muhammad Saw adalah benar-benar
sebagaimana dikatakan dalam Al-Quran, seorang uswatun hasanah (teladan
yang baik).
2.
Amanah
(Dapat dipercaya)
Yaitu segala sesuatu yang dipercayakan kepada manusia, baik yang
menyangkut dirinya, hak orang lain, maupun hak Allah SWT, atau sesuatu yang
diberikan kepada seseorang yang dinilai memiliki kemampuan untuk mengembannya.
Arti sesungguhnya dari penyerahan amanah kepada manusia adalah Allah SWT
percaya bahwa manusia mampu mengemban amanah tersebut sesuai dengan keinginan
Allah SWT.[3]
Karakter yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin sebagaimana
karakter yang dimiliki Rasul yaitu sifat dapat dipercaya. Beliau jauh sebelum
menjadi Rasul pun sudah dibeli gelar al-Amin (yang dapat dipercaya).
Sifat amanah inilah yang dapat mengangkat posisi Nabi di atas pemimpin yang
benar-benar bertanggung jawab pada amanah, tugas, dan kepercayaan yang
diberikan Allah Swt. Yang dimaksud amanah dalam hal ini adalah apapun yang
dipercayakan kepada Rasulullah Saw meliputi segala aspek kehidupan, baik
politik, ekonomi, maupun agama.
Firman Allah yang yang berbicara tentang amanah yang emban oleh
setiap manusia terdapat dalam surat Al-Ahzab ayat 72
$¯RÎ) $oYôÊttã sptR$tBF{$# n?tã ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ÉA$t6Éfø9$#ur ú÷üt/r'sù br& $pks]ù=ÏJøts z`ø)xÿô©r&ur $pk÷]ÏB $ygn=uHxqur ß`»|¡RM}$# (
¼çm¯RÎ) tb%x. $YBqè=sß Zwqßgy_ ÇÐËÈ
“Sesungguhnya
kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung, maka semuanya
enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya dan
dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan
bodoh”.
Berdasarkan ayat di atas menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai
amanah yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah Swt walau sekecil apapun.
Sifat amanah yang ada pada diri Nabi Muhammad Saw memberi bukti bahwa beliau
adalah orang yang dapat dipercaya, karena mampu memelihara kepercayaan dengan
merahasiakan sesuatu yang harus dirahasiakan dan sebaliknya selalu mampu
menyampaikan sesuatu yang harus disampaikan.
Sifat amanah yang ada pada diri Nabi Muhammad Saw begitu kuatnya,
hingga apapun yang dilakukannya hanyalah semata-mata berasal dari perintah
Allah untuk umatnya. Kemiskinan yang beliau alami adalah sebagai bukti bahwa
beliau benar-benar hanya memikirkan tugasnya untuk memimpin umatnya. Beliau
tidak pernah takut kemiskinan, karena semenjak menjadi Rasul keseluruhan
hidupnya hanya untuk menyebarkan syiar Islam yang telah menjadi amanahnya.
Nabi Muhammad Saw sang penyampai ajaran-ajaran Al-Quran merupakan
amanah bagi umatnya. Dari peristiwa ini dapat digaris bawahi bahwa Nabi
Muhammad Saw adalah seorang pemimpin yang bertugas membimbing dan mengarahkan
manusia ke jalan yang benar.
3.
Tabligh (Menyampaikan)
Dalam makna bahasa, tabligh berati menyampaikan sedangkan
dalam makna istilah adalah menyampaikan ajaran-ajaran Islam yang diterima dari
Allah Swt kepada umat manusia untuk dijadikan pedoman dan dilaksanakan agar
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Isi yang utama dan pokok aktivitas
tabligh adalah amar ma’ruf nahi munkar (perintah untuk mengerjakan yang
baik dan larangan untuk mengerjakan perbuatan yang keji) serta mengajak beriman
kepada Allah SWT.
Panggilan menjadi Rasul bagi Nabi Muhammad Saw ketika berusia 40
tahun adalah bukti bahwa beliau seorang penyampai risalah Tuhan. Kunjungan
Malaikat Jibril yang memerintahkan beliau membaca wahyu dari Allah, ternyata
juga merupakan pemberitahuan pengangkatan beliau menjadi seorang Rasul Allah.
Tidak ada surat keputusan atau simbol lain yang dapat beliau tunjukan, sebagai
bukti kerasulan. Wahyu pertama yang turun pada tanggal 17 Ramadhan, yakni surat
Al-Alaq 1-5 adalah sebagai buktinya. Sejak itulah beliau menjadi utusan beliau
menjadi utusan Allah, dengan tugas menyeru, mengajak dan memperingatkan manusia
agar hanya menyembah kepada Allah Swt.
Berkaitan dengan kerasulan dan tugas pokok beliau, dijelaskan dalam
firman Allah Swt surat Al-A’raf ayat 158
“Katankanlah hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah
kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, tidak ada
Tuhan selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada
Allah dan Rasul-Nya, yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada
kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitabnya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat
petunjuk.”
Satu istilah yang disanding Nabi Muhammad Saw pemberian Allah yaitu
mundhir (pemberi peringatan) (surat Al-Naaziat:45) diutusnya Nabi
Muhammad Saw sebagai orang yang memberi peringatan yakni untuk membimbing umat,
memperbaiki dan mempersiapkan manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
Predikat mundhir yang disandang menuntut beliau untuk dapat memimpin
umatnya serta bertugas untuk menyampaikan (tabligh) risalah kepada manusia.
Tiap-tiap orang yang beriman wajib meyakinkan bahwa Allah telah mengutus
beberapa Rasul dari golongan manusia untuk menyampaikan pelajaran kepada
umatnya dan apa saja yang diperintahkan kepadanya untuk menyampaikannya serta
menjelaskan hukum-hukum yang berkenaan dengan perbuatan-perbuatan yang mulia
dan sifat-sifat yang dituntut bagi mereka untuk mengerjakan.
Uraian di atas semakin jelas bahwa Nabi Muhammad Saw diutus dan
diangkat menjadi pemimpin manusia oleh Allah Swt. Melebihi pemimpin-pemimpin
yang telah ada seperti halnya Nabi-nabi yang terdahulu. Tugas menyampaikan
wahyu adalah karakteristik beliau yang memiliki sifat tabligh (menyampaikan).
Sunnah Rasulullah Saw bukanlah sesuatu yang dikarang-karang atau diadakan,
tetapi murni sebagai pancaran isi kandungan Al-Quran yang merupakan kepribadian
beliau. Oleh karenanya sunnah Rasulullah yang akhirnya terhimpun menjadi
hadits, dijadikan sandaran umat Islam yang kedua setelah Al-Quran. Begitulah
sifat tabligh Nabi Muhammad Saw yang berarti menyampaikan semua yang berasal
dari Allah Swt dalam wujud Al-Quran dan yang berasal dari dirinya sendiri yang
disebut hadits dalam menetapkan atau memecahkan setiap persoalan yang dihadapi.
4.
Fathonah (Cerdas)
Nabi Muhammad Saw yang mendapat karunia dari Allah dengan memiliki
kecakapan luar biasa (geniusgenius abqariyah) dan kepemimpinan yang
agung (genius leardership-qiyadah abqariyah) sebagai pahala berganda
sepanjang masa, dituduh oleh kaum musyrikin dan musuh-musuh lainnya dengan
tuduhan keji, yaitu beliau dikatakan gila.
Kesuksesan Nabi Muhammad Saw sebagai seorang pemimpin umat memang
telah dibekali kecerdasan oleh Allah Swt. Kecerdasan ini tidak saja diperlukan
untuk memahami dan menjelaskan wahyu Allah Swt. Kecerdasan dibekalkan juga
karena beliau mendapat kepercayaan Allah swt untuk memimpin umat, karena agama
Islam diturunkan untuk seluruh manusia dan sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Sesuai dengan kesaksian sejarah, bukti-bukti Al-quran dan berbagai
petunjuk yang diambil dari sejarah Islam beliau adalah seorang ummi tidak dapat
baca dan tulis, maka dapat dikatakan bahwa pikiran Rasulullah Saw sama sekali
tidak pernah tersentuh oleh ajaran manusia. Beliau hanya diajar pada sekolah
illahi dan menerima pengetahuan dari Allah sendiri. Oleh karenanya kecerdasan
beliau di luar batas manusia biasa bahkan melebihi nabi-nabi yang lain.
Kecerdasan beliau merupakan suatu hikmah yang dianugerahkan Allah kepada beliau
dengan sifat kearifan yang selalu ditampakkan.
B.
Implementasi nilai-nilai sifat wajib Nabi Muhammad Saw sebagai karakter
Islam
Kandungan akhlak mulia yang melekat
pada sifat-sifat para Nabi, khususnya Nabi Muhammad Saw hendaknya dapat menjadi
pedoman praktis bagi kaum muslimin dalam berkeyakinan, berfikir, bersikap,
berperilaku, berpenampilan, bertindak dan menjadi sumber inspirasi serta
refleksi sehingga kepribadian kita semakin kuat menghadapi tantangan di
tengah-tengah medan kehidupan. Hal ini baik diterapkan dalam kehidupan individu
dengan Tuhannya, individu dengan dirinya sendiri (nurani), individu dengan
lingkungan keluarga, individu dengan lingkungan kerja atau organisasi, individu
dengan lingkungan sosial atau masyarakat, dan individu dengan lingkungan
lingkungan alam semesta.
Dibawah ini bentuk implementasi dari
sifat-sifat Rasulullah Saw yaitu
1.
Sidhiq
Setiap
muslim hendaknya senantiasa melakukan hal-hal berikut :
a.
Meyakini
sepenuh hati bahwa setiap kebohongan, pemalsuan, penipuan merupakan bentuk
penghianatan dan kemunafikan yang dapat menjathkan martabat dirinya di hadapan
Allah dan merusak reputasinya di hadapan mahkluk-Nya.
b.
Melaksanakan
tugas-tugas atau tanggung jawabnya sebagai abdullah dan khalifatullah
dengan integritas yang tinggi, dan karenanya bersikap tidak mengenal kompromi
terhadap segala bentuk kebatilan.
c.
Berkeyakinan,
berpikir, bersikap, berperilaku, berpenampilan, dan bertindak berdasarkan
nilai-nilai kebenaran dan kejujuran.
d.
Berusaha
meningkatkan kualitas dirinya untuk menjadi yang terbaik, benar, jujur,
profesional, berakhlak mulia, dan bertanggung jawa di tengah-tengah lingkungan
agamanya, lingkungan keluarganya, lingkungan kerja/organisasinya, lingkungan
sosial/masyarakatnya, dan lingkungan alam semestanya.
2.
Amanah
Setiap
muslim hendaknya melakukan hal-hal berikut :
a.
Menyadari
sepenuh hati bahwa hidup itu amanah. Sehingga, dalam setiap aktivitasnya,
beribadah, belajar, dan bekerja, ia akan selalu berusaha untuk meningkatakan
kualitas pencapaiannya dengan penuh kesungguhan dan rasa tanggung jawab yang
tinggi.
b.
Bekerja
dengan sikap saling menghormati kapasitas orang lain, partisipatif, dan
kooperatif untuk mencapai hasil kerja kelompok yang optimal dan berkualitas.
c.
Tidak
pernah mengkomersialkan status atau potensi dirinya, pangkat atau jabatannya,
serta tidak memanipulasi dan memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi dengan
dengan cara KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), karea hal itu merupakan
penghianatan terhadap amanah Allah.
d.
Berteguh
hati dan penuh rasa tanggung jawab memelihara agama, kehormatan keluarga, harta
dan jiwa, serta kemaslahatan orang banyak yang merupakan amanah pada diri
setiap muslim.
3.
Tabligh
Setiap
muslim hendaknya senantiasa melakukan hal-hal berikut :
a.
Mempunyai
jiwa dan potensi kepemimpinan yang unggul, karismatik, dan menunjukkan
keteladanan (uswatun hasanah), sehinggga dirinya menjadi panutan, baik
di lingkungan keluarga, agama, kerja/organisasi, maupun dalam pergaulannnya di
masyarakat dan alam semesta.
b.
Menyadari
bahwa dirinya adalah khalifah Allah di permukaan bumi yang senantiasa harus
menunjukkan sikap, perilaku, dan tindakan yang sesuai dengan prinsip
kepribadian rabbani.
c.
Menjadikan
proses belajar dan mengajar sebagai upaya meningkatkan kualitas kerja dan
pelayanan. Melalui proses tersebut, dirinya terpanggil untuk senantiasa berbagi
ilmu pengetahuan, kiat-kiat sukses, dan pengalaman kepada keluarga, mitra kerja
atau organisasi, mitra usaha, dan mitra-mitra lainnya tanpa merasa takut
tersaingi.
d.
Mampu
menghargai pendapat orang lain dan sikap terbuka (open soul, open heart,
open minded, open management), menykapi perbedaan pendapat dengan lapang
dada, dan berkomunikasi dengan penuh empati, dengan dasar akhlak mulia dan
kasih sayang karena Allah Swt.
4.
Fathonah
Setiap
muslim hendaknya senantiasa melakukan hal-hal berikut :
a.
Melaksanakan
tugas-tugas dengan standar kualitas tinggi sesuai dengan visi dan misi iman,
Islam dan ihsan. Hendaknya ia selalu mawas diri dan penuh tanggung jawab.
b.
Menyadari
sepenuh hati bahwa berdisiplin tinggi dan memetuhi peratuan Allah dan Rasul-Nya
merupakan bagian dari sikap dan cara kerja islami. Hal ini akan membangkitkan
rasa pengabdian yang tinggi kepada Allah Swt.
c.
Berusaha
untuk menempatkan diri sebagai bagian dari khairunnas anfa’uhum linnas (sebaik-baik
manusia ialah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya), bekerja secara
kreatif dan inovatif untuk menemukan dan mengembangkan berbagai bentuk produk,
karya dan pelayanan (jasa) yang unggul.
d.
Meningkatkan
akhlakul karimah, kecerdasan, skill, dan kemampuannya secara
totalitas sebagai upaya untuk menempatkan diri sebagai seorang profesional di
bidangnya.
5.
Istiqomah
Setiap
muslim hendaknya senantiasa melakukan hal-hal berikut :
a.
Bekerja
dengan sikap atau pendirian yang teguh serta optimal, mempunyai daya juang, dan
pantang menyerah terhadap segala bentuk tekanan yang dapat memengaruhi
pelaksanaan tugas-tugasnya.
b.
Bersikap
dan bertindak bijaksana dalam mengambil keputusan serta dalam melayani
keluarga, mitra kerja, mitra usaha, dan bentuk hubungan lainnya. Ia senantiasa
memperhatikan kemaslahatan dan keselamatan bersama.
c.
Bekerja
dengan niat, iktikad, tujuan, dan maksud yang jelas. Ia berusaha dengan
konsisten dan konsekuen serta sungguh-sungguh mencapai target yang hakiki,
yakni ridha Allah, cinta Allah, dan perjumpaan dengan-Nya.
d.
Berteguh
hati untuk melaksanakan visi dan misi agama Islam dengan senantiasa
berorientasi pada prestasi kerja, amal dan ibadah.[4]
C. Keutamaan mengikuti
dan meniru Nabi Muhammad Saw
Telah menjadi ketentuan bahwa meniru dan
mengikuti jejak Rasulullah Saw termasuk perbuatan mulia nan agung, yang
menjadikan seorang muslim berhasrat mempraktekan perbuatan mulia tersebut,
dapat berharap akan kebaikan dunia dan akhirat. Beretika dengan Rasul Saw
merupakan hal yang diwajibkan oleh hukum syariat.[5]Di
antara keutamaan mengikuti dan meniru jejak Rasulullah Saw adalah sebagai
berikut
1. Mengikuti dan meniru jejak Rasulullah Saw
dapat menghantar kepada cinta dan ampunan Allah Swt. Allah berfirman dalam QS
Ali Imron ayat 31
ö@è% bÎ) óOçFZä. tbq7Åsè? ©!$# ÏRqãèÎ7¨?$$sù ãNä3ö7Î6ósã ª!$# öÏÿøótur ö/ä3s9 ö/ä3t/qçRè 3
ª!$#ur Öqàÿxî ÒOÏm§ ÇÌÊÈ
“Katankalah,
Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi
dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
2. Hal itu, dapat menghantarkan kepada rahmat
Allah Swt yang sangat luas. Allah Swt berfirman dalam QS Al-A’raaf ayat 156-157
”Dan
rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk
orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman
kepada ayat-ayat Kami. (Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya)
mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka.”
3. Maksud dari firman Allah Swt pada Al-Quran
surah Al-Fatihah ayat 7
xÞºuÅÀ tûïÏ%©!$# |MôJyè÷Rr& öNÎgøn=tã Îöxî ÅUqàÒøóyJø9$# óOÎgøn=tæ wur tûüÏj9!$Ò9$# ÇÐÈ
”(yaitu) jalan orang-orang yang
telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka;...” Adalah mereka yang
mengikuti sunnah.[6]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kedatangan para Nabi, khususnya Nabi Muhammad Saw adalah dalam
rangka mendidik, mengajar, membimbing, dan mengarahkan umat manusia agar
kembali ke kepada jalan Tuhannya. Jalan itu adalah jalan menuju revolusi dan
tranformasi kedirian dan kepribadian dari hewani ke insani, dan dari insani ke rabbani.
Membentuk kepribadian rabbani artinya memproses diri menyerap
nilai-nilai ketuhanan, kenabian dan selanjutnya mengimplementasikannya ke
seluruh aspek kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nabi
Muhammad Saw merupakan pintu utama bagi setiap hamba yang ingin membangun
kepribadian rabbani tersebut.
Meniru dan mengikuti jejak Rasulullah Saw
termasuk perbuatan mulia nan agung, yang menjadikan seorang muslim berhasrat
mempraktekan perbuatan mulia tersebut, dapat berharap akan kebaikan dunia dan akhirat.
Di antara manfaatnya yaitu dapat menghantar kepada cinta dan ampunan Allah Swt,
menghantarkan kepada rahmat Allah Swt yang sangat luas, menjamin diterimanya
amal perbuatan, menjamin hidayah dari Allah dan termasuk sunnah Nabi.
B.
Saran
Demikianlah
makalah yang dapat kami susun. Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaannya makalah kami . semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Aamiin
[1]Rachmat
Ramadhana al-Banjari, Prophetic Leadership, Jogjakarta, DIVA Press,
2008, hlm 154.
[2]Abdul Hayyie
al-Kattani dkk, Bagaimana Mencintai Rasulullah Saw, Jakarta, GEMA INSANI
PRESS, 2002, hlm 96-100.
[3]Rachmat
Ramadhana al-Banjari, Op cit., hlm 157
[4]Rachmat
Ramadhanaal-Banjari, Membaca Kepribadian Muslim seperti Membaca Al-Quran ,
Jogjakarta, DIVA Press, 2008, hlm 284-294.
[5]Bahrun Abubakar
Ihsan Zubaidi, Visualisasi Kepribadan Nabi Muhammad Saw, Bandung, Irsyad
Baitus Salam, 2006, hlm 245.
[6]Abdul Hayyie
al-Kattani dkk, Op cit., hlm 96-98.
Gabung sekarang di Situs Anapoker, Dan dapatkan bonus Chips Untuk setiap New member baru yang mendaftarkan Diri anda..
BalasHapusFREEBET DAN FREECHIP DARI Anapoker KHUSUS MEMBER BARU BONUS DEPOSIT SEBESAR 10%
Contact Anapoker Sekarang juga
Whatsapp : 0852 2255 5128
Line ID : agenS1288
Telegram : agenS128
Promo Bonus Untuk Member Baru AgenS128, Casino IDNLive :
Freebet Casino Online
sbobet alternatif
Freebet Casino Online Terbaru IDN Live
link sbobet
sabung ayam online
adu ayam
casino online
sabung ayam bangkok
ayam laga birma
poker deposit pulsa
deposit pulsa poker
deposit pulsa
deposit pulsa
deposit pulsa