TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN
Disusun Guna Memenuhi Tugas Pada
Mata kuliah : Psikologi Perkembangan
Dosen : Farida
Ulyani, M. Pd
Disusun oleh :
Kelompok 5
1. Shofiyatul Himami (1310110044)
2. Zahrotul Mustabsyiroh (1310110046)
3. Norudin (1310110048)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH/PAI
2015
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Pada umur-umur
tertentu seseorang dapat dengan lebih cepat dan mudah memperoleh kecekatan
dalam memperolek ketrampilan-ketrampilan tertentu dalam mempelajari pola pola
tingkah laku tertentu.
Dalam
keseluruhan proses hidupnya individu akan berusaha melakukan tugas perkembangan
agar dia menemukan kebahagiaan dalam kehidupan bermasyarakat. Tiap fase
pertumbuhan perkembangan memiliki tugas perkembangan sendiri. Tugas ini timbul
pada suatu periode tertentu dalam kehidupan individu. Keberhasilan dalam
mencapai tugas itu dapat membawa kebahagiaan dan berhasil dalam tugas
berikutnya.
Sedangkan
bila gagal dalam mencapai tugas itu akan membawa ketidak bahagiaan dan
kekecewaan dalam masyarakat serta menemui kesulitan dalam tugas berikutnya.
Tentu saja bentuk utama tugas perkembangan berakar pada pembentukan organ biologis
yang kelak berkembang karena pengaruh faktor biologis-psikologis-sosiologis.
Kekuatan dari dalam (biologis) dan kekuatan luar (psikologis-sosiologis)
menempatkan individu kepada serangkaian tugas perkembangan yang harus dipenuhi
agar menjadi manusia yang berhasil.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan tugas-tugas
perkembangan?
2. Apa saja yang menjadi sumber dari
tugas-tugas perkembangan?
3. Bagimana tugas perkembangan pada setiap
fase/periode perkembangan?
4. Bagaimana peran sekolah dalam
mengembangkan tugas-tugas perkembangan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tugas-tugas Perkembangan
Setiap
individu tumbuh dan berkembang selama perjalanan hidupnya melalui periode atau
fase-fase perkembangan. Setiap fase perkembangan mempunyai serangkaian tugas
perkembangan yang harus diselesaikan dengan baik oleh individu. Faktor
keberhasilan sangat penting bagi individu agar kebahagiaan atau kepuasan di
dalam hati diperoleh, apabila gagal dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan
pada fase tertentu maka akan berakibat tidak baik pada kehidupan fase
berikutnya. Kegagalan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada fase tertentu
berakibat yang menjalar pada perjalanan individu untuk kehidupan yang
selanjutnya, dan individu akan mengalami depresi yang hebat.
Robert
Havirghurst berpendapat bahwasannya tugas perkembangan adalah suatu tugas yang
muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila
tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan
dalam menuntaskan tugas berikutnya, dan apabila tugas yang dilakukan oleh
individu gagal maka akan menyebabkan kesengsaraan bagi individu yang
bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan akan mengakibatkan
kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya. Tugas-tugas
perkembangan ini berkaitan dengan sikap, perilaku, atau ketrampilan yang
seyogyanya dimiliki oleh individu, sesuai dengan usia atau fase
perkembangannya. Sedangkan menurut Hurlock tugas-tugas perkembangan ini sebagai
social expectations, yang artinya setiap kelompok budaya mengharapkan
anggotanya menguasai ketrampilan tertentu yang penting dan memperoleh perilaku
yang disetujui oleh berbagai usia sepanjang rentang kehidupan.
Jadi
tugas-tugas perkembangan adalah sebuah hal yang harus dilakukan oleh individu
yang mana menuntut keberhasilan dalam melaksanakan tugas tersebut agar tercapai
kata kebahagiaan atau kepuasan batin oleh individu, yang berkaitan dengan
sikap, perilaku, dan ketrampilan yang dimiliki oleh individu sesuai dengan
jenjang usia individu tersebut.
Tugas-tugas
perkembangan memiliki tiga tujuan, adalah sebagai berikut :
1. Sebagai
petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari
mereka pada usia-usia tertentu.
2. Memberikan
motivasi kepada setiap individu untuk melakukan apa yang diharapkan oleh
kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang kehidupannya.
3. Menunjukkan
kepada setiap individu tentang apa yang akan mereka hadapi dan tindakan apa
yang diharapkan dari mereka jika nantinya akan memasuki tingkat perkembangan
berikutnya.
Tugas-tugas
perkembangan adakalanya yang dapat diselesaikan dengan baik, ada juga yang
mengalami hambatan. Tidak dapat diselesaikannya dengan baik suatu tugas yang
dilakukan oleh individu dapat menjadi suatu bahaya potensial. Setidaknya ada
tiga macam bahaya potensial yang menjadi penghambat penyelesaian tugas
perkembangan, yaitu :
1. Harapan-harapan
kurang tepat, baik individu maupun lingkungan sosial mengharapkan perilaku di
luar kemampuan fisik maupun psikologis.
2. Melangkahi
tahap-tahap tertentu dalam perkembangan sebagai akibat kegagalan menguasai
tugas-tugas tertentu.
3. Adanya
krisis yang dialami individu karena melewati satu tingkatan ke tingkatan yang
lain.[1]
B. Sumber Tugas Perkembangan
Faktor-faktor
yang menyebabkan munculnya tugas-tugas perkembangan adalah sebagai berikut :
a. Kematangan
fisik, misalnya a). Belajar berjalan pada usia antara 9 sampai 15 bulan, pada
usia ini tulang kaki, otot, dan susunan syarafnya telah matang untuk belajar
berjalan. b). Belajar bertingkah laku, bergaul dengan teman lawan jenis pada
masa remaja karena kematangan organ-organ seksual, pada fase ini individu
belajar melakukan penyesuaian terhadap lingkungan dan situasi yang baru serta
teman-teman sebayanya.
b. Tuntutan
masyarakat secara kultural, misalnya a). Belajar membaca, b). Belajar menulis,
c). Belajar berhitung, d). Belajar berorganisasi. Pada fase ini individu berada
pada usia 6-12 tahun yang biasa disebut dengan masa sekolah karena pertumbuhan
jasmani dan perkembangan rohaninya sudah cukup matang untuk menerima
pengajaran. Untuk dapat hidup dalam masyarakat yang berbudaya, setidaknya anak
harus tamat dalam jenjang sekolah dasar (SD), karena dari sekolah dasar anak sudah
memperoleh ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung.
c. Tuntutan
dari dorongan dan cita-cita individu sendiri, misalnya a). Memilih pekerjaan,
b). Memiliki teman hidup.
d. Tuntutan
norma agama, misalnya a). Taat beribadah kepada Allah, b). Berbuat baik kepada
sesama manusia.[2]
C. Tugas-tugas Perkembangan Pada Setiap Fase
Perkembangan
1. Fase
bayi dan kanak-kanak (0,0-6,0 tahun)
a. Belajar
berjalan. Belajar berjalan terjadi pada usia antara 9-15 bulan, pada usia ini
tulang kaki, otot dan susunan syarafnya telah matang untuk belajar berjalan.
b. Belajar
makan makanan padat. Hal ini terjadi pada tahun ke-2 sistem alat-alat
pencernaan dan alat-alat pengunyah pada mulut telah matang untuk hal tersebut.
c. Belajar
berbicara, yaitu mengeluarkan suara yang berarti dan menyampaikannya kepada
orang lain dengan perantara suara itu.
d. Belajar
buang air kecil dan buang air besar. Tugas ini dilakukan pada tempat dan waktu
yang sesuai dengan norma masyarakat. Sebelum usia 4 tahun, anak pada umumnya
belum dapat mengatasi (menahan) ngompol karena perkembangan syaraf yang
mengatur pembuangan belum sempurna.
e. Belajar
mengenal perbedaan jenis kelamin. Melalui observasi (pengamatan) anak dapat
melihat tingkah laku, bentuk fisik, dan pakaian yang berbeda antara jenis
kelamin yang satu dengan yang lainnya. Dengan cara tersebut anak dapat mengenal
perbedaan anatomis pria dan wanita, anak menaruh perhatian besar terhadap alat
kelaminnya sendiri maupun orang lain. Agar pengenalan terhadap jenis kelamin
(sex) itu berjalan dengan normal, maka orang tua perlu memperlakukan anaknya,
baik dalam memberikan alat mainan, pakaian, maupun aspek lainnya sesuai dengan
jenis kelamin anak.
f. Mencapai
kestabilan jasmaniah fisiologis. Keadaan jasmani anak sangat labil apabila
dibandingkan dengan orang dewasa, anak cepat sekali merasakan perubahan suhu
sehingga temperatur badannya mudah berubah.
g. Membentuk
konsep-konsep (pengertian) sederhana kenyataan sosial, dan alam. Pada mulanya
dunia ini bagi anak merupakan suatu keadaan yang kompleks dan membingungkan.
Lama-kelamaan anak dapat mengamati benda-benda atau orang yang berada di
sekitarnya. Perkembangan lebih lanjut, anak menemukan keteraturan dan dapat
membentuk generalisasi dari berbagai benda yang pada umumnya mempunyai ciri
yang sama.
h. Belajar
mengadakan hubungan emosional dengan orang tua, saudara, dan orang lain. Anak
mengadakan hubungan dengan orang-orang yang ada di sekitarnya menggunakan
berbagai cara, yaitu isyarat, menirukan, dan menggunakan bahasa. Cara yang
diperoleh dalam belajar mengadakan hubungan emoisonal dengan orang lain,
sedikit banyaknya akan menentukan sikapnya di kemudian hari.
i. Belajar
mengadakan hubungan baik dan buruk, yang berarti mengembangkan kata hati. Anak
kecil dikuasai oleh hedonisme, naif, dimana kenikmatan dianggap baik, sedangkan
penderitaan dianggap buruk.
2. Tugas-tugas
Perkembangan Masa Sekolah Dasar (6,0-12,0 tahun)
a. Belajar
memperoleh ketrampilan fisik untuk melakukan permainan. Melalui pertumbuhan
fisik dan otak, anak belajar dan berlari semakin stabil, semakin mantap, dan
cepat.
b. Belajar
membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis.
Hakikat tugas ini adalah:
1. Mengembangkan
kebiasaan memelihara badan, meliputi kebersihan, keselamatan diri, dan
kesehatan.
2. Mengembangkan
sikap positif terhadap jenis kelaminnya (pria atau wanita) dan juga menerima
dirinya (baik rupa wajahnya maupun postur tubuhnya) secara positif.
c. Belajar
bergaul dengan teman sebaya. Yakni belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan
dan situasi yang baru serta teman-teman sebayanya.
d. Belajar
memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
e. Belajar
ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung. Salah satu sebab masa
usia 6-12 tahun disebut masa sekolah karena pertumbuhan jasmani dan
perkembangan rohaninya sudah cukup matang untuk menerima pengajaran.
f. Belajar
mengembangkan konsep-konsep sehari-hari. Tugas ini merupakan tugas sekolah,
yaitu menanamkan konsep-konsep yang jelas dan benar. Konsep-konsep itu meliputi
kaidah-kaidah atau ajaran agama (moral), ilmu pengetahuan, adat istiadat, dan
lain sebagainya.
g. Mengembangkan
kata hati. Hakikat tugas ini mengembangkan sikap dan perasaan yang berhubungan
dengan norma-norma agama. Hal ini menyangkut penerimaan dan penghargaan
terhadap peraturan agama (moral) disertai dengan perasaan senang untuk melakukan
atau tidak melakukannya. Tugas perkembangan ini berhubungan dengan masalah
benar-salah dan boleh-tidak boleh.
h. Belajar
memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi. Hakikat tugas ini adalah untuk
dapat menjadi orang yang berdiri sendiri, dalam arti dapat membuat rencana,
berbuat untuk masa sekarang dan masa yang akan datang bebas dari pengaruh orang
tua dan orang lain.
i. Mengembangkan
sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan lembaga-lembaga, hakikat tugas
ini adalah mengembangkan sikap sosial yang demokratis dan menghargai hak orang
lain.[3]
3. Tugas-Tugas Perkembangan Peserta Didik Usia Sekolah
Menengah (Remaja) (13-18 tahun)
Tugas-tugas perkembangan merupakan suatu proses yang
menggambarkan perilaku kehidupan sosio-psikologis manusia pada posisi yang harmonis
di dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas dan kompleks. Proses tersebut
merupakan tugas-tugas perkembangan fisik dan psikis yang harus dipelajari,
dijalani, dan dikuasai oleh setiap individu. Pada jenjang kehidupan usia
sekolah menengah (remaja) seseorang telah berada pada posisi yang kompleks
karena ia telah banyak menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya, seperti
proses mempelajari nilai dan norma pergaulan dengan teman sebaya, menyesuaikan
diri dengan ketentuan yang berlaku dan sebagainya.
Secara sadar pada akhir masa kanak-kanak, seorang
individu akan berupaya untuk bersikap dan berperilaku lebih dewasa dan intelek.
Hal ini merupakan “tugas” yang cukup berat bagi remaja untuk lebih menuntaskan
tugas-tugas perkembangannya, sehubungan dengan semakin luas dan kompleksnya
kondisi kehidupan yang harus dihadapi dan dijalaninya. Mereka tidak ingin
dijuluki sebagai anak-anak, melainkan ingin dihargai dan diakui sebagai anak
yang sudah dewasa. Mereka menjalani tugas mempersiapkan diri untuk dapat hidup
lebih dewasa, dalam arti mampu menghadapi dan memecahkan masalah, bertidak etis
serta bertanggung jawab moral. Oleh karena itu, tugas perkembangan pada masa
remaja dipusatkan pada upaya untuk menganggulangi sikap dan pola
kekanak-kanakan.
Tugas-tugas perkembangan oleh Havighurst dikaitkan
dengan fungsi belajar karena pada hakikatnya perkembangan kehidupan manusia
dipandang sebagai upaya mempelajari nilai dan norma kehidupan sosial budaya
agar mampu melakukan penyesuaian diri dalam kehidupan nyata di masyarakatnya.
Untuk memahami jenis tugas perkambangan remaja,
perlu dipahami hal-hal yang harus dilakukan oleh orang dewasa. Maka “dewasa”
dapat diartikan dari berbagai segi, sehingga dikenal istilah dewasa secara
fisik, dewasa secara mental, dewasa secara sosial, dewasa secara psikologis,
dewasa secara hukum dan sebagainya.
Pada umumnya orang yang telah berusia 17 tahun akan
dikatakan sebagai orang yang telah dewasa, baik dewasa secara fisik yang
berarti siap untuk melaksanakan tugas-tugas reproduksi, dewasa dari segi hukum
yang berarti sudah dapat dikenai sanksi hukum, atau dapat mempertanggung jawabkan
segala perbuatannya yang sesuai dengan hukum yang berlaku. Oleh, karena itu,
jenis tugas perkembanagn remaja itu mencakup segala persiapan diri untuk
memasuki jenjang waktu yang intinya
bertolak dari tugas perkembangan fisik dan tugas perkembangan
sosio-psikologis.
Havighurst mengemukakan 10 jenis tugas perkembangan
remaja, yaitu:
a. Mencapai
hubungan pertemanan dengan lawan jenis secara lebih matang
Hakikat tugas pada fase
ini mempelajari anak perempuan sebagai wanita dan anak laki-laki sebagai pria,
menjadi dewasa di antara orang dewasa, belajar memimpin tanpa menekan orang
lain.
b. Mencapai
perasaan seks yang diterima sosial
Hakikat tugasnya yaitu
remaja dapat menerima dan belajar peran sosial sesuai dengan jenis kelaminnya
pria atau wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
c. Menerima
keadaan badannya dan digunakan secara efektif
Hakikat tugas pada fase
ini adalah menanamkan rasa bangga (sekurang-kurangnya rasa toleran) terhadap
tubuh sendiri. Menjaga dan melindungi tubuh sendiri secara efektif.
d. Mencapai
kebebasan emosional dari orang dewasa
Hakikat tugas pada fase
ini adalah membebaskan sifat kekanak-kanakan yang selalu menggantungkan diri
pada orang tua, mengembangkan sikap perasaan tertentu kepada orang tua tanpa
menggantungkan diri padanya, dan mengembangkan sikap hormat kepada orang dewasa
tanpa menggantungkan diri padanya.
e. Mencapai
kebebasan ekonomi
Hakikat tugasnya adalah
merasakan kemampuan membangun kehidupan sendiri.
f. Memilih
dan menyiapkan suatu pekerjaan
Hakikat tugasnya adalah
memilih pekerjaan yang memerlukan kemampuan serta mempersiapkan pekerjaan.
g. Menyiapkan
perkawinan dan kehidupan berkeluarga
Hakikat tugasnya adalah
mengembangkan sikap yang positif terhadap kehidupan berkeluarga. Khususnya
untuk remaja putri termasuk di dalamnya kesiapan untuk memiliki anak.
h. Mengembangkan
ketrampilan dan konsep intelektual yang perlu bagi warga negara yang
berkompeten
Hakikat tugasnya adalah
mengembangkan konsep tentang hukum, politik, ekonomi dan kemasyarakatan.
Berkembangnya kemampuan kejiwaan yang cukup besar dan perbedaan individu dalam
perkembangan kejiwaan yang sangat erat hubungannya dengan perbedaan dalam
penguasaan bahasa, pemaknaan, perolehan konsep-konsep, minat, dan motivasi.
i. Menginginkan
dan mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara moral dan sosial
Hakikat tugasnya adalah
berpartisipasi sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab dalam kehidupan masyarakat
dan mampu menjunjung nilai-nilai masyarakat dalam bertingkah laku.
j. Memahami
suatu perangkat tata nilai yang digunakan sebagai pedoman tingkah laku.
Hakikat tugasnya adalah
membentuk suatu himpunan nilai-nilai sehingga memungkinkan remaja mengembangkan
dan merealisasikan nilai-nilai, mendefinisikan posisi individu dalam
hubungannya dengan individu lainnya, dan memegang suatu gambaran dunia dan
suatu nilai untuk kepentinagn hubungan dengan individu lain.[4]
Tugas-tugas perkembangan tersebut pada dasarnya
tidak dapat dipisahkan karena remaja adalah pribadi yang utuh secara individual
dan sosial. Namun demikian, banyak hal yang harus diselesaikan selama masa
perkembangan remaja yang singkat ini. Pada tugas perkembangan fisik, upaya
untuk mengatasi permasalahan pertumbuhan yang “serba tak harmonis” amatlah
berat bagi para remaja. Hal itu dapat bertambah sulit bagi remaja yang sejak
masa anak-anak telah memiliki konsep yang mengangungkan penampilan diri pada
waktu dewasa nanti. Oleh karena itu, tidak sedikit remaja bertingkah kurang
tepat (tidak sesuai). Di lain pihak remaja telah mengantisipasi tugas-tugas
perkembangan dalam kehidupan sosial.[5]
4. Tugas tugas perkembangan pada masa
dewasa awal (20-40 tahun)
a. Memilih calon suami atau istri
b. Belajar hidup bersama suami atau
istri
c. Memulai hidup bersama keluarga
d. Mengasuh anak anak
e. Menyelanggarakan rumah tangga
f. Mulai berkerja
g. Mulai bertanggung jawab sebagai
seorang warga negara
h. Mendapat kan kelompok sosial yang
sesuai baginya
5. Tugas tugas perkembangan pada masa
setengah baya (40-60 tahun)
a. Mendapatkan tanggung jawab sebagai
orang dewasa yang menjadi warga negara dan hidup bermasyarakat
b. Menentukan dan hidup sesuai standart
hidup yang berhubungan dengan ekonomi
c. Membantu anak anak remaja menjadi
orang dewasa yang bertanggung jawab dan berbahagia
d. Memperkembangkan keaktifan-keaktifan
dalam masa senggang yang sesuai bagi oran dewasa
e. Menerima dan menyesuaikan diri
kepada perubahan perubahan pisikologi pada masa setengah umur
f. Menyesuaikan diri dengan orang tua
yang sudah usia lanjut
6. Tugas tugas perkembangan pada masa
tua (60-meninggal dunia)
a. Menyesuaikan diri ada berkurangnya kekuatan
fisik dan kesehatan
b. Menyesuaikan diri pada masa pensiun
dan penghasilan yang berkurang
c. Menyesuaikan diri pada meninggalnya
suami atau istri
d. Mengadakan hubungan yang erat pada
orang-orang yang seumur
e. Memenuhi kewajiban sebagai warga
negara dan dalam hidup bermasyarakat
f. Mengatur keadaan hidup yang
memuaskan dari segi psikis.
D. Peranan Sekolah dalam Mengembangkan Tugas-tugas Perkembangan
1.
Peran
Sekolah Terhadap Tugas-Tugas Perkembangan
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang
secara sistematik melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam
rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut
aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial.
Mengenai peranan sekolah dalam mengembangkan
kepribadian anak, Hurlock berpendapat bahwa sekolah merupakan faktor penentu
bagi perkembangan kepribadian anak (siswa), baik dalam cara berpikir, bersikap,
maupun cara berperilaku. Sekolah berperan sebagai substansi keluarga dan guru
substansi orang tua. Ada beberapa alasan mengapa sekolah memainkan peranan yang
berarti bagi perkembangan kepribadian anak, yaitu :
1. Siswa
harus hadir di sekolah.
2. Sekolah
memberikan pengaruh kepada anak secara dini seiring dengan masa perkembangan
“konsep dirinya”.
3. Anak-anak
banyak menghabiskan waktunya di sekolah daripada di tempat lain di luar rumah.
4. Sekolah
memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih sukses.
5. Sekolah
memberikan kesempatan pertama kepada anak untuk menilai dirinya dan
kemampuannya secara realistik.
Menurut Havighurst sekolah mempunyai peranan atau
taggung jawab penting dalam membantu para siswa mencapai tugas perkembangannya.
Sehubungan dengan hal ini, sekolah seyogyanya berupaya untuk menciptakan iklim
yang kondusif atau kondisi yang dapat memfasilitasi siswa (yang berusia remaja)
untuk mencapai perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan remaja itu menyangkut
aspek-aspek kematangan dalam berinteraksi sosial, kematangan personal,
kematangan dalam mencapai filsafat hidup, dan kematangan dalam beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Implikasi Tugas-Tugas Perkembangan Terhadap
Penyelenggara Pendidikan
Karena banyak faktor kehidupan yang mempengaruhi
remaja, pemikiran tentang penyelenggaraan pendidikan juga harus benar-benar
memperhatikan faktor-faktor tersebut, sekalipun dalam penyelenggaraan
pendidikan diakui bahwa tidak mungkin memenuhi semua tuntutan dan harapan
tersebut.
Pendidikan yang berlaku di Indonesia, baik
pendidikan yang diselenggarakan di dalam sekolah maupun di luar sekolah,
umumnya diselenggarakan dalam bentuk klasikal. Penyelenggaraan pendidikan
klasikal ini berarti memberlakuakn pola dan sistem yang sama semua tindakan
pendidikan kepada semua siswa di dalam kelas, walaupun mereka bereda-beda.
Pengakuan terhadap kemampuan individu yang beraneka ragam itu menjadi
berkurang. Oleh karena itu, yang harus mendapatkan perhatian di dalam
penyelenggaraan pendidikan klasikal adalah sifat-sifat dan kebutuhan umum
remaja.
Beberapa usaha yang perlu dilakukan dalam
penyelenggaraan pendidikan, sehubungan dengan minat dan kemampuan remaja yang
dikaitkan dengan cita-cita kehidupannya adalah sebagai berikut:
a. Bimbingan
karier atau bimbingan konseling dalam upaya membimbing dan mengarahkan siswa
dalam menentukan pilihan jenis pendidikan dan pekerjaan sesuai dengan minat, bakat
dan kemampuannya.
b. Memberikan
latihan-latihan praktis yang berorientasi pada kondisi dan kebutuhan
lingkungan.
c. Penyusunan
kurikulum yang komprehensif dengan menyertakan kurikulum muatan lokal.
Keberhasilan dalam memilih pasangan hidup untuk
membentuk keluarga ditentukan oleh pengalaman dan penyelesaian tugas-tugas
perkembangan pada masa-masa sebelumnya. Untuk mengembangkan model keluarga yang
ideal, perlu dilakukan hal-hal berikut ini :
a.
Bimbingan
tentang tata cara bergaul dan mengajarkan etika pergaulan melalui pendidikan
budi pekerti
b.
Bimbingan pada
siswa untuk memahami nilai dan norma sosial yang berlaku, baik dalam keluarga,
sekolah maupaun masyarakat.
c.
Perlu dilakukan
pendidikan praktis melalui organisasi pemuda, pertemuan orang tua secara
periodik, dan pemantapan pendidikan agama, baik di dalam maupun di luar
sekolah.[6]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tugas-tugas
perkembangan merupakan suatu proses yang harus dilakukan oleh individu yang
mana menuntut keberhasilan dalam melaksanakan tugas tersebut agar tercapai kata
kebahagiaan atau kepuasan batin oleh individu, yang berkaitan dengan sikap,
perilaku, dan ketrampilan yang dimiliki oleh individu sesuai dengan jenjang
usia individu tersebut.
2. Faktor-faktor
yang menyebabkan munculnya tugas-tugas perkembangan adalah sebagai berikut : Kematangan
fisik, tuntutan masyarakat secara kultural, tuntutan dari dorongan dan
cita-cita individu sendiri, tuntutan norma agama.
3. Tugas-tugas
perkambangan pada setiap fase
a. Tugas-tugas
perkembangan fase bayi dan kanak-kanak (0,0-6,0 tahun)
Tugas–tugas
perkembangannya diantaranya yaitu: Belajar berjalan, belajar makan makanan
padat, belajar berbicara, belajar buang air kecil dan buang air besar, belajar
mengenal perbedaan jenis kelamin, mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis.
b. Tugas-tugas
Perkembangan Masa Sekolah Dasar (6,0-12,0 tahun)
Tugas-tugas
perkembangannya meliputi : Belajar memperoleh ketrampilan fisik untuk melakukan
permainan, belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai
makhluk biologis, mengembangkan kebiasaan memelihara badan, mengembangkan sikap
positif terhadap jenis kelaminnya dan juga menerima dirinya secara positif, belajar bergaul dengan teman sebaya,
belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya, belajar ketrampilan
dasar.
c. Tugas-Tugas Perkembangan Peserta Didik Usia Sekolah
Menengah (Remaja) (13-18 tahun)
Tugas-tugas
perkembangannya meliputi: Mencapai hubungan pertemanan dengan lawan jenis
secara lebih matang, mencapai perasaan seks yang diterima sosial, menerima
keadaan badannya dan digunakan secara efektif, mencapai kebebasan emosional
dari orang dewasa, mencapai kebebasan
ekonomi, memilih dan menyiapkan suatu pekerjaan, menyiapkan perkawinan dan
kehidupan berkeluarga.
d. Tugas-tugas perkembangan pada masa
dewasa awal (20-40 tahun)
Tugas-tugas perkembangannya meliputi: Memilih calon suami
atau istri, belajar
hidup bersama suami atau istri, memulai hidup bersama keluarga, mengasuh anak-anak.
e. Tugas-tugas perkembangan pada masa
setengah baya (40-60 tahun)
Tugas-tugas perkembangannya diantaranya yaitu: Mendapatkan
tanggung jawab sebagai orang dewasa yang menjadi warga negara dan hidup
bermasyarakat, menentukan dan hidup sesuai standart hidup yang berhubungan
dengan ekonomi.
f. Tugas tugas perkembangan pada masa
tua (60-meninggal dunia)
Tugas-tugas perkembangannya diantaranya yaitu: Menyesuaikan
diri ada berkurangnya kekuatan fisik dan kesehatan,
menyesuaikan diri pada masa pensiun
dan penghasilan yang berkurang.
4. Peranan Sekolah dalam Mengembangkan
Tugas-tugas Perkembangan
Peran
sekolah dalam mengembangkan tugas-tugas perkembangan ialah untuk mengembangkan
kepribadian anak, baik dalam cara berfikir, bersikap maupun berperilaku. Secara
sistematik sekolah sebagai lembaga pendidikan formal melaksanakan program
bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu
mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral-spiritual,
intelektual, emosional, maupun sosial.
B. Penutup
Demikian makalah yang
dapat kami susun. Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan, oleh
sebab itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
[1] Mohammad Ali, Mohammad Asrori, Psikologi
Remaja Perkembangan Peserta Didik, Bumi Aksara, Jakarta, 2005, hlm 164-165
[2] Syamsu Yusuf LN, Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hlm 65-66
[3] Ibid, Syamsu Yusuf LN, hlm 66-71
[5] Enung Fatimah, Psikologi
Perkembangan (perkembangan peserta didik), Pustaka Setia, Bandung, 2006,
hlm 159-161
Daftar Pustaka
Enung Fatimah, Psikologi
Perkembangan (perkembangan peserta didik), Pustaka Setia, Bandung, 2006
Mohammad Ali,
Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, Bumi
Aksara, Jakarta, 2005
Syamsu Yusuf LN,
Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000
Zulkifli L, Psikologi
Perkembangan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar