TEORI
– TEORI PSIKOLOGI
PERKEMBANGAN
MAKALAH
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
kuliah : Psikologi Perkembangan
Dosen
: Farida Ulyani, M.Pd
DisusunOleh :
Kelompok 3
1. Azis Nor Fahrudin (1311101)
2. Isyroh Liya Rizqi (1310110051)
3. Mukayyisi Shofialana (1310110056)
4. Edy Rofi’i (1310110064)
5. Hidayatul Mustafid (1310110074)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH/PAI/B2
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam kehidupan ini dari waktu ke
waktu, manusia (makhluk hidup) pasti mengalami suatu perkembangan baik
perkembangan fisik maupun psikologinya. Dimana perkembangan fisik lebih dikenal
dengan sebutan pertumbuhan sedangkan pada yang lain lainnya (non fisik)
dinamakan perkembangan psikologinya. Perkembangan psikologi dapat diartikan
sebagai perubahan – perubahan tertentu yang muncul pada diri manusia, binatang,
diantara konsepsi (pembuahan) dan mati. Psikologi pekembangan memegang
peranan penting dalam membahas psikolologi kriminil. Ilmu pengetahuan ini merupakan
salah satu ilmu pembantu utama dari lingkungan psikologi sehubungan dengan
pembahasan psikologi kriminil.
Selain itu dalam disiplin ilmu,
psikologi perkembangan tentunya memiliki suatu teori-teori yang membangunnya,
sehingga menjadi disiplin ilmu yang baik. Teori adalah pernyataan – pernyataan
tentang sebuah konsep yang tersusun secara integratif yang berfungsi sebagai
acuan saat harus menyebutkan atau mendeskripsikan, membuat prediksi dan
menjelaskan sebuah fenomena atau prilaku yang muncul. Teori sangatlah penting,
karena dengan teori kita dapat memberikan dasar dan alasan ketika kita akan
melakukan intervensi dan tindakan nyata, selain itu dengan teori juga dapat
mengetahui apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
memberikan perlakuan yang lebih baik. Dan teori pada psikologi perkembangan ini
ada berbagai macam.
Sehingga pada makalah ini akan kita bahas mengenai macam-macam
teori yang ada pada psikologi perkembangan.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian teori Psikodinamik, Kognitif, Kontekstual, Behavioral, dan Sosial
Belajar?
2.
Bagaimana
bentuk – bentuk dari teori Psikodinamik, Kognitif, Kontekstual, Behavioral, dan
Sosial Belajar?
BAB I
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Teori Psikodinamik, Kognitif, Kontekstual, Behavioral,
dan Sosial Belajar
Menurut pengertian yang paling umum, teori merupakan
lawan dari fakta. Chaplin (2002) mendefinisikan teori sebagai "satu
prinsip umum yang dirumuskan untuk menjelaskan sekelompok gejala yang
berkaitan. Menurut Santrock (1998), teori adalah hipotesis yang belum terbukti
atau spekulasi tentang kenyataan yang belum diketahui akurasinya.
Menurut Miller (1993), setidak-tidaknya ada dua
peranan penting dari teori perkembangan, yaitu:
1. Mengorganisir
dan memberi makna terhadap fakta-fakta gejala-gejala perkembangan.
2. Memberikan
pedoman dalam melakukan penelitian dan menghasilkan informasi baru.
Dalam pembahasan tentang perkembangan manusia,
terdapat banyak teori, mulai dari yang sederhana dan sistematis sampai pada
yang rumit dan bertele-tele. Berikut ini akan diuraikan secara singkat beberapa
teori perkembangan yang umum dibahas dalam literature psikologi perkembangan,
diantaranya: psikodinamik, kognitif, konstektual, behavior dan belajar social.[1]
a. Teori Psikodinamik
Teori Psikodinamik adalah teori yang berupaya
menjelaskan hakikat dan perkembangan kepribadian. Unsur-unsur utama dalam teori
ini ialah motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini
mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari
aspek-aspek psikologis tersebut, yang umumnya terjadi selama masa kanak-kanak
dini.
Teori ini memiliki kesamaan dengan teori belajar,
yakni dalam hal pendangan akan pentingnya pengaruh lingkungan, termasuk
lingkungan (miliu) primer, terhadap perkembangan.[2]
b. Teori Kognitif
Teori kognitif didasarkan pada asumsi bahwa
kemampuan kognitif merupakan sesuatu yang fundamental dan yang membimbing
tingkah laku anak. Dengan kemampuan kognitif maka anak dipandang sebagai
individu yang secara aktif membangun sendiri pengetahuan mereka tentang dunia
melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan.
c. Teori Konstektual
Dalam psikologi, istilah digunakan untuk menunjukkan
kondisi yang mengelilingi suatu proses mental, dan kemudian mempengaruhi makna
atau signifikansinya (Chaplin, 2002). Teori konstektual memandang perkembangan
sebagai prose yang terbentuk dari transaksi timbal-balik anatara anak dan
knsteks perkembangan system fisik, social, kultural dan historis dimana
interaksi tersebut terjadi.
d. Teori Behavior dan Belajar Sosial
Behavior (perilaku) adalah kegiatan organisme yang
dapat diamati dan yang bersifat umum mengenai otot-otot dan kelenjar-kelenjar
sekresi eksternal sebagaimana terwujud pada gerakan bagian-bagian tubuh atau
pada pengeluaran air mata, keringat. Teori perilaku dalam psikologi menegaskan
bahwa dalam mempelajari individu, yang seharusnya dilakukan oleh para ahli
psikologi adalah menguji dan mengamati perilakunya dan bukan mengamati kegiatan
bagian dalam tubuh.[3]
B. Bentuk – bentuk dari teori Psikodinamik, Kognitif, Kontekstual, Behavioral, dan
Sosial Belajar
a. Bentuk
dari teori Psikodinamik yaitu:
Bahwa teori
Psikodinamik dalam psikologi perkembangan banyak dipengaruhi oleh bentuk teori
lain yaitu:
a) Teori
Psikoseksual Freud
Sigmund
Freud (1856-1939) merupakan pelopor teori psikodinamik. Teori ini berfokus pada
masalah alam bawah sadar, sebagai salah satu aspek kepribadian seseorang. Freud
yakin bahwa kepribadian manusia memiliki tiga struktur penting, yaitu id,
ego dan super ego. Id merupakan struktur kepribadian yang asli, yang berisi
segala sesuatu yang secara psikologis telah ada sejak lahir, termasuk
insting-insting. Id merupakan severvoir energy psikis dan meyediakan
seluruh daya untuk menggerakkan kedua struktur kepribadian lainnya.
Ego
adalah struktur kepribadian yang berurusan dengan tuntutan realitas. Ego di
sebut sebagai "executive branch" (badan pelaksana) kepribadian
karena ego membuat keputusan-keputusan rasional dan memiliki fungsi tertentu.
Superego adalah struktur kepribadian yang merupakan badan moral kepribadian.
Perhatian utamanya adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah,
sehingga ia dapat bertindak sesuai dengan norma-norma moral yang diakui oleh
masyarakat.
Dengan
demikian dapat dipahami bahwa id, ego dan superego adalah suatu konsep untuk
menjelaskan komponen-komponen perkembangan biologis (id), psikologis (ego) dan
social (superego).
b) Teori
Psikoseksual Freud
Sigmund
Freud (1856-1939) merupakan pelopor teori psikodinamik. Teori ini berfokus pada
masalah alam bawah sadar, sebagai salah satu aspek kepribadian seseorang. Freud
yakin bahwa kepribadian manusia memiliki tiga struktur penting, yaitu id,
ego dan super ego. Id merupakan struktur kepribadian yang asli, yang berisi
segala sesuatu yang secara psikologis telah ada sejak lahir, termasuk
insting-insting. Id merupakan severvoir energy psikis dan meyediakan
seluruh daya untuk menggerakkan kedua struktur kepribadian lainnya.
Ego
adalah struktur kepribadian yang berurusan dengan tuntutan realitas. Ego di
sebut sebagai "executive branch" (badan pelaksana) kepribadian
karena ego membuat keputusan-keputusan rasional dan memiliki fungsi tertentu.
Superego adalah struktur kepribadian yang merupakan badan moral kepribadian.
Perhatian utamanya adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah,
sehingga ia dapat bertindak sesuai dengan norma-norma moral yang diakui oleh
masyarakat.
Dengan
demikian dapat dipahami bahwa id, ego dan superego adalah suatu konsep untuk
menjelaskan komponen-komponen perkembangan biologis (id), psikologis (ego) dan
social (superego).
c) Teori
Psikososial Erikson
Erik
Erikson (1902-1994) adalah salah seorang teoritis ternama bidang perkembangan
rentang-hidup. Erikson mengatakan bahwa individu berkembang dalam tahap-tahap
psikososial, yang berbeda dengan tahap-tahap psikoseksual.
Menurut
teori psikosoaial Erikson, kepribadian terbentuk ketika seseorang melewati
tahap psikososial sepanjang hidupnya. Perkembangan manusia dibedakan
berdasarkan kualitas ego dalam delapan tahap perkembangan. Empat tahap pertama
terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak, tahap kelima pada masa adolesan,
dan tiga thap terakhir pada masa dewasa dan usia tua. Dari delapan tahap
perkembangan tersebut, Erikson lebih memberikan penekanan pada masa adolesen.
Walau
begitu, cara pendekatan yang bersifat normopsikologis ditinjau dari pendekatan
psikologi sepanjang hidup cukup relevan untuk ditinjau sejenak. Erikson membagi
hidup manusia menjadi beberapa fase atas dasar proses – proses tertentu beserta
akibat – akibatnya. Proses- proses tadi dapat berakhir baik atau tidak baik.
Bila berakhir baik dapat memperlancar perkembangan, bila tidak baik maka akan
menghambatnya. Dari segi pandangan psikologi perkembangan, maka pada setiap
fase seseorang mempunyai “tugas” yang harus diselesaikan dengan baik.[4]
b. Bentuk
dari teori Kognitif
Dalam hal ini studi tentang
perkembangan kognitif didominasi oleh dua bentuk teori, yaitu teori
perkembangan kognitif Piaget dan teori pemrosesan informasi.
a) Teori
Kognitif Piaget
Teori
perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana
anak beradaptasi dengan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian di
sekitarnya. Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif di dalam menyusun
pengetahuannya mengenai realitas dengan kemampuan berupa tindakan yang
termotivasi secara sendirinya terhadap lingkungan.[5] Piaget
percaya bahwa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahap-tahap atau periode
yang terus bertambah kompleks.
Untuk
menunjukkan struktur kognitif yang mendasari pola-pola tingkah laku yang
terorganisir, piaget menggunakan istilah skema dan adaptasi. Skema adalah
proses atau cara mengorganisir dan merespons berbagai pengalaman dengan kata
lain skema adalah suatu pola sistematis dari tindakan, perilaku, pikiran dan
strategi pemecahan masalah yang memberikan suatu kerangka pemikiran dalam menghadapi
berbagai tantangan dan jenis situasi. Adaptasi adalah sebuah istilah yang digunakan
Piaget untuk menunjukkan pentingnya pola hubungan individu dengan lingkungannya
dalam proses perkembangan kognitif.
Menurut
Piaget adaptasi terdiri dari dua proses yang saling melengkapi, yaitu asimilasi
dari sudut biologi adalah intregasi Antara elemen-elemen eksternal terhadap
struktur yang sudah lengkap pada organisme. Akomodasi adalah menciptakan
langkah baru atau memperbarui istilah lama untuk menghadapi tantangan baru.
Jadi, kalau pada asimilasi terjadi perubahan pada objeknya, sehingga ia dapat
menyesuaikan diri dengan objek yang ada di luar dirinya.
b) Teori
Pemrosesan Informasi
Teori
pemrosesan informasi merupakan teori alternative terhadap teori kognitif Piaget.
Teori pemrosesan informasi ini didasari atas tiga asumsi umum, pertama, pemikiran
dipandang sebagai suatu system penyimpanan dan pengembalian informasi. Kedua,
individu-individu memproses informasi dari lingkungan, dan ketiga, terdapat
keterbatasan pada kapasitas untuk memproses informasi dari seorang individu
(Zigler & Stevenson, 1993).
c. Bentuk
dari teori kontekstual
Dalam teori kontekstual
ini ada beberapa bentuk teori yang mempengaruhi, yaitu:
a) Teori
Etologis
Etologi
merupakan studi tentang perkembangan perilaku evolusi spesies dalam lingkungan
alamiahnya. Teori etologi mengenai perkembangan menekankan bahwa perilaku
sangat dipengaruhi oleh biologi, terkait dengan evolusi dan ditandai oleh
periode-periode kritis atau sensitive. Dengan demikian, pendekatan etologi
difokuskan pada asal-usul evolusi dari tingkah laku dan menekankan tingkah laku
yang terjadi dalam lingkungan alamiah.
Pendekatan
etologis menetapkan metode-metode observasi yang dapat meningkatkan kualitas
studi tentang perekmbangan manusia.
b) Teori
Ekologis
Teori
Ekologis lebih menekankan pada system lingkungan menurut Urie Brofenbrenner
terhadap perkembangan mengajukan bahwa konstek di mana berlangsung perkembangan
individu, baik kognitif, sosioemosional, kapsitas dan karakteristik motivasional,
maupun partisipasi aktifnya, merupakan unsur-unsur penting bagi perubahan
perkembangan. Dalam teori ekologisnya, Brofenbrenner menggambarkan empat
kondisi lingkungan di mana perkembangan terjadi, yaitu mikrosistem, mesosistem,
ekosistem dan makrosistem.
d. Bentuk
dari teori Behavioral, dan Sosial Belajar
Dalam teori Behavioral
ada tiga versi tradisi behavioral, yaitu Pavlov dan kondisioning klasik, B.F.
Skinner dan kondisioning operant, serta Bandura dan teori belajar sosial.
a.) Pavlov
dan Kondisioning Klasik
Paradigma
kondisioning klasik merupakan karya besar Ivan P. Pavlov (1849 –1936) ilmuan
Rusia yang mulai mengembangkan teori melalui percobaannya tentang anjing dan
air liurnya. Proses yang ditemukan oleh Pavlov adalah perangsang yang asli dan
netral atau rangsangan biasanya secara berulang – ulang dipasangkan dengan
unsur penguat, akan menyebabkan suatu reaksi. Perangsang netral tadi disebut
perangsang bersyarat atau US (unconditioned stimulus). Reaksi alami
(biasa) atau reaksi ynag tidak dipelajari disebut reaksi bersyarat atau CR
(conditioned response). Pavlov mengaplikasikan istilah – istilah tersebut
sebagai berikut: suatu penguat ialah setiap agen, seperti makanan yang biasa
mengurangi sebagian dari suatu kebutuhan.
b.) B.F. Skinner dan Kondisioning Operant
B.F.
Skinner adalah seorang psikolog dari Harvard yang telah berjasa mengembangkan
teori perilaku dari Watson. Pandangannnya tentang kepribadian disebut dengan “behaviorisme radikal”.
Behaviorisme menekankan studi ilmiah tentang respons perilaku yang dapat
diamati dan determinan lingkungan. Dalam behaviorisme Skinner, pikiran, sadar
atau tidak sadar, maka tidak akan diperlukan untuk menjelaskan perilaku dan
perkembangan. Bagi Skinner perkembangan adalah perilaku. Oleh karena itu para
behavioris yakin bahwa perkembangan dipelajari dan sering berubah sesuai dengan
pengalaman – pengalaman lingkungan.
c.) Bandura
dan Teori Belajar Sosial
Untuk
menjelaskan bagaimana perilaku sosial belajar anak, Bandura menggunakan prinsip
– prinsip pengkondisian klasik dan pengkondisian operan. Bandura yakin bahwa
anak belajar tidak hanya melalui pengalamannya tetapi juga melalui pengamatan,
yakni mengamati apa yang dilakukan oleh orang lain. Melalui belajar mengamati,
yang disebut juga “modeling” atau “imitasi”, individu secara kognitif
menampilkan tingkah laku orang lain dan kemudian barangkali mengadopsi tingkah
laku tersebut dalam dirinya sendiri.
Model belajar terbaru yang dikembangkan
Bandura meliputi tingkah laku, pribadi dan lingkungan. Hubungan timbal balik
antara perilaku, pengaruh lingkungan dan kognisi adalah faktor kunci dalam
memahami bagaimana individu belajar. Faktor – faktor perilaku, kognitif dan
perilaku lainnya, serta pengaruh lingkungan, bekerja secara interaktif.
Perilaku dapat mempengaruhi kognisi dan sebaliknya kegiatan kognitif seseorang
dapat mempengaruhi lingkungan, pengaruh lingkungan dapat mengubah proses
pemikiran seseorang dan seterusnya.[6]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa dalam pembahasan
psikologi perkembangan manusia terdapat banyak teori,
mulai dari yang sederhana dan sistematis sampai pada yang rumit dan
bertele-tele. Beberapa teori perkembangan yang umum dibahas dalam literature
psikologi perkembangan, diantaranya: psikodinamik, kognitif, konstektual,
behavior dan belajar social.
Selain itu ada beberapa bentuk dari masing-masing
teori perkembangan tersebut, yakni meliputi: Teori Psikoseksual Freud, Teori
Psikoseksual Freud, Teori Psikososial Erikson, Teori Kognitif Piaget, Teori Pemrosesan Informasi, Teori
Etologis, Teori Ekologis, Pavlov dan Kondisioning Klasik, B.F. Skinner dan
Kondisioning Operant, Bandura dan Teori Belajar Sosial.
B.
Saran
Demikian makalah yang kami susun,
semoga dapat memberikan manaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca
umumnya. Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
kami
[1] Desmita, Psikologi
Perkembangan, PT Remaja Rosadakarya, Bandung; 2013, hlm 37 – 38
[2] Wiji Hidayati
dan Sri Purnami, Psikologi Perkembangan, Teras, Yogyakarta; 2008, hlm 34
[3] Desmita, Psikologi
Perkembangan, hlm 45 – 54
[4] Haditono dan
Siti Rahayu, Psikologi Perkembangan, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta; 2002, hlm 16
[5] Yudrik Jahya, Psikologi
Perkembangan, Kencana Prenada Media Group, Jakarata; 2012, hlm 115
[6] Desmita, Psikologi
Perkembangan, hlm 55 – 57
Tidak ada komentar:
Posting Komentar