PERBEDAAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah : Psikologi
Perkembangan
Dosen Pembimbing: Farida
Ulyani, M.Pd
Disusun Oleh
Kelompok 01
Siti Fitriana (1310110041)
Khoerul Anas (1310110055)
Innayatul Mustafidah (1310110059)
Annas Zakaria (1310110070)
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN
TARBIYAH/PAI
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam kehidupan anaka ada dua proses
hang beroperasi secara kontinu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak
orang yang menggunakan istilah “pertumbuhan “ dan “perkembangan” secara
bergantian. kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling
bergantungan satu sama lain. Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam
bentuk-bentuk ang secara terpisah bisa berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi
bisa dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya. Dalam hal ini
kedua proses tersebut memiliki tahapan-tahapan diantaranya tahap secara moral
dan spiritual. Karena pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dilihat dari
tahapan tersebut.
Studi tentang perkembangan dan
pertumbuhan manusia merupakan usaha yang terus berlangsung dan berkembang.
Seiring dengan perkembanganya studi tentang perkembanga dan pertumbuhan manusia
telah menjadi disiplin ilmu dengan tujuan untuk memahami lebih C dalam tentang
apa dan bagaimana proses perkembangan dan pertumbuhan manusia baik secara
kuantitatif dan secara kualitatif.
Sampai saat ini perkembangan dan
pertumbuhan manusia telah banyak menunjukkan manfaat yang signifikan. Dan salah
satu manfaat dari berkembangnya disiplin ilmu tentang perkembangan dan
pertumbuhan manusia adalah pendidikan. Dan jika berbicara tentang
pendidikan tentu unsur yang mutlak ada ialah manusia. Dalam hal ini
perkembangan dan pertumbuhan manusia sangat diperlukan oleh dunia
pendidikan
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian pertumbuhan yang berkaitan dengan perkembangan ?
2.
Bagaimana definisi
perkembangan serta implikasi dalam pendidikan ?
3.
Bagaimana
prinsip-prinsip perkembangan serta implikasi dalam pendidikan ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pertumbuhan yang berkaitan dengan
pertumbuhan
1. Pengertian Pertumbuhan (growth)
Pertumbuhan (growth) sebenarnya
merupakan sebuah istilah yang lazim dalam biologi, sehingga pengertiannya lebih
bersifat biologis. C.P. Chaplin mengartikan pertumbuhan sebagai: satu
pertambahan atau kenaikan dalam ukuran dari bagian-bagian tubuh atau dari
organisme sebagai suatu keseluruhan. Menurut A.E. Sinolungan, pertumbuhan
menunjuk pada perubahan kuantitatif, yaitu yang dapat dihitung atau diukur,
seperti panjang atau berat tubuh. Sedangkan Ahmad Thonthowi, mengartikaan
pertumbuhan sebagai perubahan jasad yang meningkat dalam ukuran (size)
sebagai akibat dari adanya perbanyakan (multiplication) sel-sel.
Dari beberapa pengertian
di atas dapat dipahami bahwa istilah pertumbuhan dalam konteks perkembangan
merujuk pada perubahan-perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu peningkatan
dalam ukuran dan struktur, seperti pertumbuhan badan, pertumbuhan kaki, kepala,
jantung, paru-paru, dan sebagainya.
Pertumbuhan fisik bersifat meningkat,
menetap dan kemudian mengalami kemunduran sejalan dengan bertambhanya usia. Ini
berarti pertumbuhan fisik ada puncaknya. Sesudah masa tertentu, fisik mulai
mengalami kemunduran dan berakhir pada keruntuhan di hari tua, di mana kekuatan
daan kesehatannya berkurang, pancaindera menjadi lemah atau lumpuh sama sekali.
Berbeda halnya dengan perkembangan aspek mental atau psikis yang relatif
berkelanjutan, sepanjang individu yang bersangkutan tetap memeliharanya.
Dengan demikian, istilah
“pertumbuhan” lebih cenderung menunjuk pada kemajuan fisik atau pertumbuhan
tubuh yang melaju sampai pada suatu titik optimum dan kemudian menurun menuju
keruntuhannya. Sedangkan istilah “perkembangan” lebih
menunjuk pada kemajuan mental atau perkembangan rohani yang melaju terus sampai
akhir hayat.[1]
Kemudian implikasiya dalam
pendidikan dapat kita lihat dari kemajuan dalam kaitannya dengan pendidikan atau
pertumbuhan pendidikannya yang melaju sampai pada suatu titik optimum pendidikan
yang sudah dititik beratkan dalam proses pembelajaran, serta menurun menuju
tingkat pertumbuhan pendidikan peserta didik yang kita lihat pada akhir
pembelajaran, apakah ditemukan penurunan ataukah peningkatan dalam tingkat
pendidikannya.
2. Pengertian Kematangan (maturation)
Istilah “kematangan”, yang dalam bahasa
Inggris disebut dengan maturation, sering dilawankan dengan immaturation,
yang artinya tidak matang. Chaplin mengartikan kematangan (maturation)
sebagai (1) perkembangan, proses mencapai kemasakan/usia masak, (2) proses
perkembangan, yang dianggap berasal dari keturunan, atau merupakan tingkah laku
khusus spesies (jenis, rumpun)
Sementara itu, Davidoff, menggunakan istilah kematangan (maturation)
untuk menunjuk pada munculnya pola perilaku tertentu yang tergantung pada
pertumbuhan jasmani dan kesiapan susunan saraf. Proses kematangan ini juga
sangat tergantung pada gen, karena pada saat terjadinya pembuahan, gen sudah
memprogramkan potensi-potensi tertentu untuk perkembangan makhluk tersebut di
kemudian hari. Banyak dari potensi-potensi tersebut yang sudah lengkap ketika
ia dilahirkan, dan ini dapat terlihat dari perjalanan perkembangan makhluk itu
secara perlahan-prlahan di kemudian hari.
Jadi, kematangan itu sebenarnya merupakan
suatu potensi yang dibawa individu sejak lahir, timbul dan bersatu dengan
pembawaannya serta turut mengatur pola perkembangan tingkah laku individu.
Meskipun demikian, kematangan tidak dapat dikategorikan sebagai faktor
keturunan atau pembawaan, karena kematangan ini merupakan suatu sifat
tersendiri yang umum dimiliki oleh setiap individu dalam bentuk dan masa
tertentu.
Kematangan mula-mula merupakan hasil dari
adanya perubahan-perubahan tertentu dan penyesuaian struktur pada diri
individu, seperti adanya kematangan jaringan-jaringan tubuh, saraf dan
kelenjar-kelenjar yang disebut dengan kematangan biologis. Kematangan terjadi
pula pada aspek-aspek psikis yang meliputi keadaan berpikir, rasa, kemauan, dan
lain-lain, serta kematangan pada aspek psikis ini diperlukan adanya
latihan-latihan tertentu. Misalnya, seorang anak yang baru berusia lima tahun
dianggap masih belum matang untuk menangkap masaalah-masalah yang bersifat
abstrak, karena itu anak yang bersangkutan belum bisa diberikan matematika dan
angka-angka. Pada usia sekitar empat bulan, seorang anak belum matang
didudukkan, karena berdasarkan penelitian bahwa kemampuan leher dan kepalanya
belum mapu untuk tegak. Usaha pemkasaan terhadap kecepatan tibanya masa
kematangan yang terlau awal akan mengakibatkan kerusakan atau kegagalan dalam
perkembangan tingkah laku individu yang bersangkutan.
3. Latihan (exercises)
Yang dimaksud dengan latihan
adalah perubahan perilaku yang lebih bersifat mekanistis dan lebih banyak
menyentuh aspek psikomotor organisme sebagai akibat pengalaman, disengaja,
bertujuan/terarah, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Growth, maturation, learning, exercise sama-sama menghasilkan
perubahan perilaku yang menyebabkan organisme mengalami proses perkembangan
(development). Perkembangan terjadi sejak masa konsepsi, yakni saat bertemunya
sperma dengan sel telur sampai akhir hayat.
Perkembangan adalah perubahan sepantang
hayat (changes over time) baik melalui proses pertumbuhan, kematangan, belajar,
maupun melalui proses latihan.
Kemudian implikasinya
dalam pendidikan dapat kita lihat ketika perubahan perilaku yang lebih bersifat
mekanistis dan lebih banyak menyentuh aspek psikomotor organisme sebagai akibat
pengalaman, disengaja, bertujuan/terarah, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif pada pendidikan.
4. Perubahan (change)
Perkembangan mengandung perubahan, tetapi
bukan berarti setiap perubahan bermakna perkembangan. Perubahan itu tidak pula
mempengaruhi proses perkembangan seseorang dengan cara yang sama.
Perubahan-perubahan dalam perkembangan bertujuan untuk memungkinkan orang
menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana ia hidup. Untuk mencapai tujuan ini,
maka realisasi diri atau yang biasanya disebut “aktualisasi diri” merupakan
faktor yang sangat penting. Tujuan ini dapat dianggap sebagai suatu dorongan
untuk melakukan sesuatu yang tepat, untuk menjadi manusia seperti yang
diinginkan, baik secara fisik maupun psikis.
Realisasi diri memainkan peranan penting
dalam kesehatan jiwa seseorang. Orang yang berhasil menyesuaikan diri dengan
baik secara pribadi dan sosial, akan mempunyai kesempatan untuk mengungkapkan
minat dan keinginannya dengan cara-cara yang memuaskan dirinya. Tetapi pada
saat yang sama, ia harus menyesuaikannya dengan standar-standar yang diakui
bersama. Kurangnya kesempatan untuk mengaktualisasikan diri, akan menimbulkan
kekecewaan dan sikap-sikap negatif terhadap orang lain, dan terhadap kehidupan pada
umumnya.
Secara garis besarnya perubahan-perubahan
yang terjadi dalam perkembangan itu dapat dibagi ke dalam empat bentuk, yaitu:
a.
Perubahan
dalam ukuran besarnya
Perubahan-perubahan dalam bentuk dan ukuran
ini terlihat dalam pertumbuhan jasmani dan perkembangan mental seseorang.
Setiap tahun seorang anak tumbuh menjadi dewasa, tinggi dan berat badannya
bertambah, kecuali jika keadaaan yang tidak normal mempengaruhinya, maka akan
terjadi penyimpangan dalam pertumbuhannya.
Perkembangan mental pun
akan menunjukkan kemajuan yang sama, seperti terlihat pada semakin meningkat
dan bertambahnya perbendaharaan kosa kata setiap tahunnya, kemampuan dalam
berpikir, mengingat, mengecap, dan menggunakan sesuatu yang berlangsung selama
masa perkembangannya dari tahun ke tahun.
b.
Perubahan-perubahan
dalam proporsi
Pertumbuhan fisik tidaklah terbatas pada
perubahan-perubahan ukuran, tetapi juga pada roporsi. Anak bukanlah manusia
dewasa dalam bentuk kecil, melainkan keseluruhan tubuhnya menunjukkan
proporsi-proporsi yang berbeda dengan orang dewasa. Hal ini terbukti apabila
tubuh seorang bayi dibandingkan tubuh orang dewasa. Kemudian ketika anak
mencapai usia pubertas, baru proporsi-proporsi tubuhnya mulai menyerupai orang
dewasa.
Perubahan-perubahan proporsi juga tampak dalam
perkembangan mental. Pada anak-anak imanjinasinya sangat bercorak atau diwarnai
fantastik, sangat jauh dari kenyataan. Secara berangsur-angsur dan bertahap,
unsur-unsur fantastik itu mulai menjurus ke arah yang lebih realistik.
Perubahan-perubahan juga terjadi pada minat-minat dalam diri anak. Mula-mula
minat itu tertuju pada dirinya sendiri dan kepada mainannya. Secar
berangsur-angsur minat anak itu mulai beralih ke anak lain atau teman-temannya
serta kepada aktivitas kelompok anak usia sebayanya. Kemudian dalam usia
adolesen, minat dan perhatiannya mulai tertuju kepada anggota kelompok anak
remaja yang berlainan jenis, kepada pakaian, dan sebagainya.
c.
Hilangnya
bentuk atau ciri-ciri lama
Jenis perubahan ketiga yang tejadi dalam
perkembangan individu adalah hilangnya bentuk dan ciri-ciri tertentu. Di antara
ciri-ciri fisik, terlihat secara berangsur hilangnya kelenjar kanak-kanak (thymus
gland) yang terletak di leher, kelenjar pineal pada otak, reflek-reflek
tertentu, rambut, gigi dengan hilangnya gigi anak-anak. Sementara itu,
ciri-ciri mental di antaranya terlihat dalam perkembangan bicaranya,
impuls-impuls yang kekanak-kanakan sebelum berpikir, bentuk-bentuk gerakan
bayi, seperti merangkak, merambat, perkembangan penglihatannya yang semakin
tajam atau penginderaan lainnya, terutama yang berkaitan dengan rasa dan bau
atau penciuman.
d.
Lahirnya bentuk atau ciri-ciri baru
Dengan menghilangnya
bentuk atau ciri-ciri lama yang tidak berguna lagi, maka timbullah ciri-ciri
dan bentuk perubahan-perubahan fisik dan mental yang baru. Beberapa perubahan itu terjadi antara
lain melalui belajar. Tetpi kebanyakan dari perubahan itu merupakan hasil
proses kematangan yang pada saat lahir belum sepenuhnya berkembang.
Di antara ciri dan bentuk pertumbuhan fisik
yang sanagt penting adalah tumbuhnya gigi pertama dan ke dua yang terlihat
jelas pada masa kanak-kanak memasuki masa remaja. Sedangkan ciri dan bentuk
perkembangan mental ialah tumbuhnya rasa ingin, khususnya yang berkenaan dengan
masalah-masalah seks, desakan atau dorongan seks, pengetahuan dan nilai-nilai
moral, keyakinan atau kepecayaan agama, bentuk-bentuk bahasa yang berbeda.[2]
B.
PENGERTIAN PERKEMBANGAN
Chaplin mengartikan perkembangan sebagai:
(1) perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari lahir
sampai mati, (2) pertumbuhan, (3) perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi
dari bagian-bagian fungsional, (4) kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi
dari tingkah laku yang tidak dipelajari.
Menurut Reni Akbar Hawadi, “perkembangan
secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang
dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang
baru. dalam istilah perkembangan juga tercakup konsep usia, yang diawali dari
saat pembuahan dan berakhir dengan kematian.”
Menurut F.J. Monks, dkk., pengertian
perkembangan menunjuk pada “suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak
dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap
dan tidak dapat diputar kembali.”[3]
Pengertian lain dari perkembangan adalah
“perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat
kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara
sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah)
maupun psikis (rohaniah).[4]
Kesimpulan umum yang dapat ditarik dari
beberapa definisi di atas adalah bahw perkembangan tidak terbatas pada
pengertian pertumbuhan yang semakin membesar, melainkan di dalamnya juga
terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus-menerus dan
bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu
menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan, pematangan, dan belajar.
Perkembangan menghasilkan bentuk-bentuk dan
ciri-ciri kemampuan baru yang berlangsung dari tahap aktivitas yang sederhana
ke tahap yang lebih tinggi. Perkembangan itu bergerak secara berangsur-angsur
tetapi pasti, melalui suatu tahap ke tahap berikutnya, yang kian hari kian
bertambah maju, mulai dari masa pembuahan dan berakhir dengan kematian.
Ini menunjukkan bahwa sejak masa konsepsi
sampai meninggal dunia, individu tidak pernah statis, melainkan senantiasa
mengalami perubahan-perubhan yang bersifat progresif dan berkesinambungan.
Selama masa kanak-kanak sampai menginjak remaja misalnya, ia mengalami
perkembangan dalam struktur fiik dan mental, jasmani dan rohani sebagai
ciri-ciri dalam memasuki jenjang kedewasaan. Demikian seterusnya,
perubahan-perubahan diri individu itu terus berlangsung tanpa henti, meskipun
pekembangannya semakin hari semakin pelan, setelah mencapai titik puncaknya.
Ini berarti dalam konsep perkembangan juga tercakup makna pembusukan (decay)
– seperti kematian.[5]
Kemudian
dalam Implikasinya pada perkembangan peserta didik terhadap pendidikan. Manusia pada umumnya berkembang sesuai dengan tahapan-tahapannya.
Perkembangan tersebut dimulai sejak masa konsepsi hingga akhir hayat. Ketika
individu memasuki usia sekolah, yakni antara tujuh sampai dengan dua belas
tahun, individu dimaksud sudah dapat disebut sebagai peserta didik yang akan
berhubungan dengan proses pembelajaran dalam suatu sistem pendidikan.
Cara pembelajaran yang diharapkan harus
sesuai dengan tahapan per-kembangan anak, yakni memiliki karakteristik sebagai
berikut: (1) programnya disusun secara fleksibel dan tidak kaku serta
memperhatikan perbedaan individual anak; (2) tidak dilakukan secara monoton,
tetapi disajikan secara variatif melalui banyak aktivitas; dan (3) melibatkan
penggunaan berbagai media dan sumber belajar sehingga memungkinkan anak
terlibat secara penuh dengan menggunakan berbagai proses perkembangannya.
C.
Prinsip-Pinsip Perkembangan
1.
Perkembangan
merupakan proses yang tidak pernah berhenti (never ending process)
Manusia
secara terus menerus berkembang atau berubah yang dipengaruhi oleh pengalaman atau
belajar sepanjang hidupnya. Perkembangan berlangsung secara terus menerus sejak
masa konsepsi sampai masa kematangan atau masa tua.
2.
Semua
aspek perkembangan saling mempengaruhi
Setiap
aspek perkembangan individu, baik fisik, emosi atau intelegensi maupun sosial,
satu sama lainnya saling mempengaruhi. Terdapat hubungan atau korelasi yang
positif di antara aspek tersebut. Apabila seorang anak dalam pertumbuhan
fisiknya mengalami gangguan (sering sakit0sakitan), maka dia akan
mengalamikemandegan dalam perkembangan aspek lainnya, seperti kecerdasannya,
kurang berkembang, dan mengalami kelabilan emosional.
3.
Perkembangan
itu meliputi pola atau arah tertentu
Perkembangan
terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap tahap
perkembangan merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya yang merupakan
prasyarat bagi perkembangan selanjutnya. Contohnya, untuk daat berjalan,
seorang anak harus dapat berdiri terlebih dahulu dan berjalan merupakan
prasyarat bagi perkembangan selanjutnya, yaitu berlari atau meloncat.
Sementara
itu, Yelon dan Weinsten mengemukakan tentang arah atau pola perkembangan itu
sebagai berikut.
a.
Cephalocaudal
& proximal-distal. Maksudnya perkembangan
manusia itu mulai dari kepala ke kaki (Cephalocaudal), dan dari tengah:
paru-paru, jantung dan sebagainya, ke pinggir: tangan (proximal-distal)
b.
Struktur mendahului
fungsi. Ini berarti bahwa anggota tubuh individu itu akan dapat berfungsi
setelh matang strukturnya. Seperti mata, akan dapat melihat setelah
otot-ototnya matang, atau kaki dapat difungsikan untuk berjalan apabila
otot-ototnya sudah matang.
c.
Perkembangan
itu berdiferensiasi. Maksudnya, perkembangan ini berlangsung dari umum ke
khusus (spesifik). Dalam semua aspek perkembangan, baik motorik (fisik) maupun
mental (psikis), respons anak pada mulanya bersifat umum.
d.
Perkembangan
itu berlangsung dari konkret ke abstrak. Maksudnya, perkembangan itu berproses
dari suatu kemampuan berpikir yang konkret (objeknya tampak) menuju ke abstrak
(objeknya tidak tampak)
e.
Perkembangan
itu berlangsung dari egosentrisme ke perspektivisme. Ini berarti pada mulanya
seorang anak hanya melihat atau memperhatikan dirinya sebagai pusat, dia
melihat bahwa lingkungan itu harus memenuhi kebutuhan dirinya. Melalui
pengalamannya dalam bergaul bergaul degan teman sebaya atau orang lain, lambat
laun sikap egosentris itu berubah menjadi prespektif.
f.
Perkembangan
itu berlangsung dari “outter contro to inner control”. Maksudnya, pada
awalnya anak sangat bergantung pada orang lain (terutama orangtuanya), baik
menyangkut pemenuhan kebutuhan fisik maupun psikis, sehingga dia dalam
menjalani hidunya masih didominasi oleh pengontriolan atau pengawasan dari luar
(out control). Seiring bertambahnya pengalaman atau belajar dari
pergaulan sosial tentang norma atau nilai-nilai, baik di lingkungan keluarga,
sekolah, teman seabaya, atau masyarakat. Anak dapat mengembangkan kemampuan
untuk mengontrol dirinya (inner control). Kemampuan inner control
ini seperti: dia dapat mengambil keputusan dan memecahkan masalah berdasarkan
pertimbangan senri dan bertanggung jawab terhadap
4.
Perkembangan
terjadi pada tempo yang berlainan
Perkembangan
fisikk dan mental mencapai kematangannya terjadi pada waktu dan tempo yang
berbeda. Umpamanya (a) otak mencapai bentuk ukurannya yang sempurna pada umur
6-8 tahun. (b) tangan, kaki, dan hidung mencapai perkembangan yang maksimum
pada masa remaja. Dan (c) imaji kreatif berkembang dengan cepat pada masa kanak-kanak dan mencapai puncaknya pada
masa remaja.
5.
Setiap
fase perkembangan mempunyai ciri khas
Prinsip
ini dapat dijelaskna dengan contoh sebagai berikut: (a) sampai usia dua tahun,
anak memusatkan utuk mengenal linkungannya, menguasai gerak-gerik fisik dan
belajar berbicara. (b) pada usia tiga sanpai enam tahun, perkembangan dipusatkan
untuk menjadi manusia sosial (belajar bergaul dengan oang lain)
6.
Setiap
individu yang normal akan mengalami tahapan atau fase perkembangan
Prinsip
ini berarti bahwa dalam menjalani hidupnya yang normal dan berusia panjang
individu akan mengalami fase-fase perkembangan : bayi, kanak-kanak, anak,
remaja, dewasa dan masa tua.[6]
Kemudian kaitannya dengan pendidikan,
implikasi dari prinsip-prinsip Perkembangan diantaranya sebagai berikut ;
1.
Dalam pendidikan, peserta didik secara terus
menerus berkembang atau berubah yang dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar
sepanjang hidupnya.
2.
Aspek perkembangan individu peserta didik dalam pendidikan, dipengaruhi dari segi
keadaan fisik, emosional atau intelegensi maupun keadaan sosial, yang intinya satu sama
lainnya saling mempengaruhi.
3.
Perkembangan
pendidikan terjadi
secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap tahap perkembangan
merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya yang merupakan prasyarat
bagi perkembangan selanjutnya. Sepertihalnya
diakhir pendidikan terdapat tes maupun ujian-ujian yang bersangkutan.
4.
Setiap
fase perkembangan mempunyai ciri khas yang bisa kita jadikan patokan untu membedakan tingkatan pendidikan bagi
para peserta didik, yang pada hal ini dapat dicontohkan dalam tingkat
pemdidikan peserta didik kelas satu hingga kelas yang jenjang yang lebih
tinggi.
5.
Kemudian dalam pendidikan, Setiap peserta didik yang normal
akan mengalami tahapan atau fase perkembangan, yang awalnya belum paham kemudian menjadi faham dan lebih faham lagi.
[1] AH.
Choiron, Psikologi Perkembangan, Nora Media Enterprise, Kudus, 2010; hlm
19-21
[2]
Desmita, Psikologi Perkembangan, PT Remaja Rosadakarya, Bandung; 2013,
hlm 6-10
[3]Desmita,
Psikologi Perkembangan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung; 2013, hlm 4
[4]
Syamsu Yusuf L.N., Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung; 2008, hlm 15
[5]Desmita,
Psikologi Perkembangan, hlm 5
[6]
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan, ROSDA KARYA, Bandung, 2008, hal
17-20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar