PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebelum laboratorium psikologi
didirikan oleh Wilhelm Wundt, psikologi masih dianggap sebagai bagian dari
filsafat atau ilmu faal (perbuatan).
Pada era itu banyak filosof Yunani, seperti Thales, Anaximander, Anaximenes,
Empedocles, Hipocrates, dan Democritus, yang memikirkan gejala-gejala kejiwaan
melalui mitologi dan dengan pendekatan naturalistik. Mereka menganggap jiwa
bersatu dengan badan. Jiwa dan badan berasal dari unsur-unsur yang sama dan
tunduk pada hukum-hukum yang sama : monoisme.
Di Indonesia
sendiri, psikologi, sebagai disiplin keilmuan, diperkenalkan pertama kali pada
tahu 1952. Namun, saat itu psikologi masih dikenal sebagai bagian dari ilmu
kedokteran dan psikotes. Dan seiring perkembangan zaman, psikologi kemudian
berkembang dan merambat hingga menjadi hajat masyarakat banyak dalam berbagai
sektor, mulai dari politik, industri, agama, olahraga, ekonomi, sosial, hingga
pendidikan.
Pesatnya
perkembangan psikologi tersebut tidak lain disebabkan oleh keniscayaan
psikologi yang menempatkan manusia pada dua posisi sekaligus : sebagai subjek
dan objek. Sebagai subjek, manusia menjadi pelaku aktif pembelajaran. Sementara
sebagai objek, manusia dan segala aspek yang meliputinya menjadi objek yang
dipelajari oleh manusia itu sendiri dalam rangka menguak misteri yang
dilingkupi kehidupan manusia, baik fisik maupun psikis, sepanjang kehidupan
manusia.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan psikologi pendidikan?
2.
Bagaimana
sejarah psikologi pendidikan di Indonesia?
3.
Bagaimana
ruang lingkup psikologi pendidikan?
4.
Apa
manfaat yang diperoleh dari mempelajari psikologi pendidikan?
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Psikologi
Secara
etimologis, kata psikologi terdiri dari dua kata, yaitu psyche, yang berarti jiwa atau ruh, dan logos yang berarti ilmu
atau ilmu pengetahuan, dengan demikian, psikologi berarti ilmu pengetahuan
tentang jiwa. Atau dalam bahasa sederhana disebut dengan ilmu jiwa. Psikologi
secara umum diartikan sbagai ilmu jiwa atau ilmu tentang jiwa. Namun, dalam
pemaknaan psikologi secara terminologis (ta’rifiyah) terdapat perbedaan.
Hal ini disebabkan oleh perbedaan orientasi dan latar belakang masing-masing
pakar. Karena itu tidak heran jika banyak pakar yang memberikan definisi
psikologi dengan berbagai sudut pandangnya yang khusus.[1]
a.
Al
Ghazali, MA menurutnya, psikologi adalah olmu pengetahuan yang mempelajari
penghayatan dan tingkah laku manusia (Al Ghazali, 1970:6).
b.
Drs.
Bimo Walgito. Menurutnya pskologi merupakan suatu ilmu yang menyelidiki dan
mempelajari tingkah laku dan aktivitas manusia yang menjadi manifestasi hidup
kejiwaannya (Bimo Walgito, 1983:13).
c.
Verbeek.
Menurut Verbeek, psikologi adalah lmu yang menyelidiki penghayatan dan
perbuatan manusia ditinjau fungsinya bagi subjek (Dakir, 1973:2).
Dari beberapa
ungkapan para ahli psikologi di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pokok
dalam psikologi adalah memahami seluk-beluk kehidupan ruhaniah manusia yang
merupakan kekuatan penggerak bagi segala kegiatan hidup lahiriah dalam
lingkungan alam sekitar. Dengan demkian, psikologi adalah ilmu pengetahuan yang
membahas dan mempelajari secara ilmiah segala aktivitas kejiwaan manusia dalam
hubungannya dengan alam sekitar dan proses adaptasi terhadapnya.[2]
2.
Pengertian Pendidikan
Pendidikan
berasal dari kata “didik”, lalu kata ini mendapat awalan me- sehingga
“mendidik”, artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan
memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan, mengenai
akhlaq dan kecerdasan pikiran. Selanjutnya, pengertian “pendidikan” menurut
KBBI (kamus besar bahasa indonesia) ialah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan penelitian.
Dalam pengertian
yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan
metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan
cara bertingkah-laku yang sesuai dengan kebutuhan. Dalam pengertian yang luas
dan representatif (mewakili atau mencerminkan segala segi), pendidikan ialah the
total process of developing human ability and behaviour, drawing on almost all
life’s experiences (Tardif, 1987 dalam Muhibbin Syah, 1999).
Dari bebrapa
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu proses
perbuatan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan sehingga tercapai kedewasaan
dan mampu bertangggung jawab dalam kehidupannya.
3.
Pengertian Psikologi Pendidikan
Menurut seorang
guru besar psikologi pada Brooklyn College, University of New York City,
University of British Columbia Canada, dan juga pada University of Innsbruck
Austria. Dalam pandangannya, pskologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu
psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguana
dala hal-hal sebagai berikut :
a.
Penerapan
prinsip-prinsip belajar dalam kelas.
b.
Pengembangan
dan pembaruan kurikulum.
c.
Ujian
dan evaluasi bakat dan kemampuan.
d.
Sosialisasi
proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah
kognitif.
e.
Penyelenggaraan
pendidikan keguruan.
Secara lebih
sederhana dan praktis, Barlow 1985 (Muhibbin Syah, 1999) mendefinisikan
psikologi pendidikan sebagai . . . a body of knowledge grounded in
psychological research which provides a repertoire of resources to aid you in
functioning more effectively in teaching learning process. . . psikologi
pendidkan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan
serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan tugas sebagai
seorang guru dalam proses belajar mengajar secara lebih efektif. Tekanan
definisi ini secara lahiriah hanya berkisar sekitar proses interaksi
antarguru-siswa dalam kelas.
Selanjutnya,
menurut Muhibbinsyah (1999) bahwa disiplin psikologi penddikan pada dasarnya
mencurahkan perhatiannya pada perbuatannya atau tindak-tanduk orang-orang yang
belajar dan mengajar. Oleh karenanya, psikologi pendidikan mempunyai dua objek
riset dan kajian :
1.
Siswa,
yaitu orang-orang yang sedang belajar, termasuk pendekatan, strategi, faktor
yang mempengaruhi, dan prestasi yang dicapai.
2.
Guru,
yaitu orang-orang yang berkewajiban atau bertugas menajar, termasuk metode,
model, strategi dan lain-lain yang berhubungan dengan aktivitas penyajian
materi pelajaran.
4.
Sejarah Psikologi Pendidkan
Sejarah khusus
yang mengungkapkan secara cermat dan luas tentang psikologi pendidikan, hingga
kini sesungguhnya masih perlu dicari. Hal ini terbukti karena kebanyakan karya
tulis yang mengungkapkan “riwayat hidup” psikologi pendidikan masih sangat
langka. Karya tulis yang membahas riwayat psikologi yang dicampur aduk menjadi
satu, sehingga menyulitkan identifikasi terhadap jenis psikologi tertentu yang
ingin kita ketahui secara spesifik. Sebenarnya sejarah psikologi pendidikan
sudah berlangsung sejak lama, dan ini pernah dilakukan secara alakadarnya oleh
beberapa orang ahli seperti Boring & Murphy pada tahun 1929 dan Burt pada
tahun 1957, akantetapi terbatas untuk psikologi pendidikan yang berkembang di
wilayah Inggris.
Kenyataan yang
tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan psikologi dalam dunia pendidikan sudah
berlangsung sejak zaman dahulu meskipun istilah psikologi pendidikan sendiri
pada masa awal pemanfaatannya belum dikenal orang. Namun, seiring dengan
perkembangan sains dan teknologi, akhirnya lahir dan berkembanglah secara resmi
sebuah cabang khusus psikologi yang disebut psikologi pendidikan itu. Kemudian
pada umumnya para ahli memandang bahwa Johan Friedrich Herbart adalah bapak
psikologi pendidikan yang konon menurut sebagian ahli masih merupakan disiplin
sempalan psikologi lainnya itu.
Herbart adalah
seorang filofof dan pengarang kenamaan yang lahir di Oldenburg, Jerman, pada
tanggal 4 Mei 1776. Pada usia 29 tahun ia menjadi seorang dosen filsafat di
Gottingen dan mencapai puncak kariernya pada tahun 1809 ketika dia diangkat
menjadi ketua jurusan filsafat di Konisberg sampai tahun 1833. Ia meninggal di
Gottingen pada tanggal 14 Agustus 1841. Nama Herbart kemudian diabadikan
sebagai nama sebuah aliran psikologi yang disebut Herbartianisme pada tahun
1820-an. Konsep utama pemikiran Herbartianisme ialah apperceptive mass, sebuah istilah yang khusus diperuntukkan bagi
pengetahuan yang telah dimiliki oleh individu. Dalam pandangan Herbart, proses
belajar atau memahami sesuatu bergantung pada pengenalan individu terhadap
hubungan-hubungan antara ide-ide baru dengan pengetahuan yang telah dia miliki.
Konsep ini sampai sekarang masih digunakan secara luas dalam dunia pengajaran,
yakni apa yang kita kenal dengan istilah apersepsi sebagai salah satu dalam kegiatan
belajar-mengajar.
Sebagai catatan
pelengkap mengenai ilmuwan besar yang berpengaruh tersebut, penyusun kutipkan
sebagian pandangannya yang berhubungan dengan pendidikan yaitu,: . . . regards history the most potent to study in
developing child character, next to it the classes nature studies, and lastly
he places formal studies such as reading, writing, aritmetic. David 1972
(Muhibbin syah, 1999), Dalam pandangan Herbart, mata pelajaran yang paling jitu
untuk mrngrmbangkan watak anak adalah sejarah. Kemudian untuk pengajaran
selanjutnya adalah ilmu-ilmu alam, dan sebagai pelajaran akhir yang perlu
diberikan kepada anak adalah bidang-bidang sturi formal seperti membaca,
menulis, dan berhitung.
Sekarang,
semakin dewasa usia psikologi pendidikan semakin banyak pakar psikologi dan
pakar pendidikan yang berminat mengembangkannya. Hal ini terbukti dengan
semakin banyaknya fakultas psikologi dan fakultas pendidikan di berbagai
perguruan tinggi terkenal di dunia yang membuka jurusan atau spesialisasi
keahlian psikologi pendidikan dengan fasilitas belajar yang lengkap dan modern.
Di negara kitapun jurusan psikoloi pendidikan yang biasanya digabung dengan
bimbingan dan penyuluhan (BP) masih diselenggarakan pada banyak fakultas
keguruan baik negeri maupun swasta.
Kenyataan lain
yang menunjukkan kepesatan perkembangan psikologi pendidikan adalah semakin
banyaknya ragam cabang psikologi dan aliran pemikiran psikologi yang turut
berkiprah dalam riset-riset psikologi pendidikan cabang dan aliran psikologi
yang datang silih berganti menanamkan pengaruhnya terhadap psikologi
pendidikan, diantaranya yang paling menonjol adalah :
1.
Aliran
humanisme dengan tokoh-tokoh utama J.J Rousseau, Abraham Maslow, C. Rogers.
2.
Aliran
behaviorisme dengan tokoh-tokoh utama J.B Watson, E.L. Thorndike, dan B.F.
Skinner.
3.
Aliran
psikologi kognitif dengan tokoh-tokoh utama J. Piagget, J. Bruner, dan Ausubel.
5.
Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan
psikologi
pendidikan pada dasarnya adalah sebuh disiplin psikologi yang secara khusus
mempelajari , meneliti, dan membahas seluruh perilaku manusia yang terlibat
dalam proses pendidikan melalui tingkah laku belajar (oleh siswa), tingkah laku
mengajar (oleh guru), dan tingkah laku belaar mengajar (oleh guru dan siswa
yang saling berinteraksi).
Sementara itu
Samuel Smith yang dikutip oleh Suryabrata 1984 , menetapkan 16 topik bahasan
yang rinciannya sebagai berikut :
1)
Pengetahuan
tentang psikologi pendidikan (the science
of educational psychology)
2)
Hereditas
dan karakteristik pembawaan sejak lahir (heredity)
3)
Lingkungan
yang bersifat fisik (physical structure)
4)
Perkembangan
siswa (growth)
5)
Proses-proses
tingkah laku (behavior processes)
6)
Hakikat
dan ruang lingkup belajar (nature and
scope of learning)
7)
Faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar (factors that
condition learning)
8)
Hukum-hukum
dan teori belajar (law and theories of
learning)
9)
Pengukuran,
yakni prinsip-psinsip dasar dan batasan-batasan pengukuran atau evaluasi (measurement : basic principles and
definitions)
10)
Transfer
belajar (transfer of training: subject
matter)
11)
Sudut-sudut
praktis mengenai pengukuran (practical
aspect of measurement)
12)
Ilmu
statistika dasar (element of statistics)
13)
Kesehatan
rohani (mental hygiens)
14)
Pendidikan
membentuk watak (character education)
15)
Pengetahuan
psikologi tentang pelajaran sekolah menengah(psychology
of secondaryschool subject)
16)
Pengetahuan
psikologi tentang pelajaran sekolah dasar(psychology
of elementary school subject)[3]
Jadi secara
umum, banyak ahli membatasi pokok-pokok bahasan psikologi pendidikan menjadi
tiga macam :
1.
Pokok
bahasan mengenai “belajar”, yakni meliputi teori-teori, prinsip-prinsip, dan
ciri-ciri khas perilaku belajar siswa dan sebagainya.
2.
Pokok
bahasan mengenai “proses belajar”, yaitu tahapan perbuatan dan peristiwa yang
terjadi dalam kegiatan belajar siswa.
3.
Pokok
bahasan mengenai “situasi belajar”, yaitu mengenai suasana dan keadaan
lingkungan baik yang bersifat fisik maupun nonfisik yang berhubungan dengan kegiatan
belajar siswa.[4]
6.
Manfaat Psikologi Pendidikan
Dahulu, sebelum psikologi memasuki lembaga yang menghasilkan tenaga
berpendidikan telah berkembang beberapa anggapan bahwa pengetahuan dan
penguasan akan bahan pelajaran (subjek-matter)
secara otomatisakan memberikan kemampuan atau kompetisi untuk
mengajarkannya. Anggapan lainnya, jika kemampuan dan keterampilan mengajar
terpisah dari pengetahuan tentang subjek-matter
yang ada, maka kemampuan dan keterampilan tersebut merupakan pembawaannya.
Dengan kata lain, anggapan yang terakhir, melahirkan pertanyaan “
[1] Ivan
taniputera, psikologi kepribadian, jogjakarta, ar-ruzz media, 2005: hal 17
[2] Baharuddin,
psikologi pendidikan, jogjakarta, Arruzmedia, 2010, hal 13
[3]Rachman abror,
psikologi pendidikan, yogyakarta, tiara wacana, 1993: hal 11
[4] Muzdalifah,
psikologi pendidikan, kudus, STAIN KUDUS, 2008: hal 10-11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar