Pendidikan telah berlangsung sejak awal peradaban dan budaya manusia. Bentuk dan
cara pendidikan itu telah mengalami perubahan, sesuai dengan perubahan zaman
dan tuntutan kebutuhan. Pada awal peradaban, para orang tua bersama kelompoknya
bertanggung jawab dalam mendidik anak-anak mereka sehingga mencapai kedewasaan. Bila orang tuanya
hidup dengan bertani , maka anak-anaknya pun diajar bertani melalui pengalaman
langsung. Demikian juga jika orang tuanya berdagang, maka anaknya pun diajar
berdagang. Pada masa itu belum ada program pendidikan yang
dilaksanakan di luar lingkungan keluarga atau kelompok oleh orang-orang di luar
keluarga/kelompok, atau pendidikan yang terstruktur sampai pada dimana pendidikan
yang dilaksanakan telah berhasil mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan.
Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus tak terputus dari generasi ke
generasi di manapun di dunia ini. Upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan
itu diselenggarakan sesuai tujuan pendidikan dengan pandangan hidup dan
dalam latar sosial kebudayaan setiap masyarakat tertentu, termasuk di
Indonesia. Tujuan dapat tercapai dengan melakukan proses pendidikan, yaitu
kegiatan yang memobilisasi setiap komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan. Yang menjadi
tujuan utama pengelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan
pengalaman belajar yang optimal.
Pendidikan islam
mengajarkan setiap manusia umumnya dan umat islam khususnya untuk mencapai dan
mewujudkan sebuah tujuan yang sesungguhnya yaitu untuk selalu taat dan mengabdi
kepada Allah Swt. Tujuan ini merupakan dasar yang paling utama sebagai bentuk
pengabdian seorang hamba kepada Tuhannya. Pendidikan Islam adalah pendidikan
yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh
potensi manusia baik yang berbentuk jasmaniyah maupun rohaniyah, menumbuh suburkan
hubungan yang harmonis setiap pribadi manusia dengan Allah, manusia dan Alam
semesta.
Konsep Pendidikan Islam
bermuara dalam dasar, tujuan, aspek-aspek serta realisasi sebagai bukti atas
teori yang harus dibuktikan. Mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqwa
merupakan satu-satunya tujuan akhir yang dimaksudkan kepada seluruh manusia,
Karena pada hakikatnya seluruh alam yang diciptakan ini sebagai alat dan sarana
bagi manusia untuk membina dan membentuk diri menjadi manusia yang bertanggung
jawab atas amanah yang diberikan.
Keberadaan manusia di
atas permukaan bumi ini merupakan satu bukti kekuasaan Allah, oleh karenanya
pendidikan islam menuntun untuk menjadikan setiap insan manusia menjadi manusia
yang sesungguhnya yaitu manusia yang selalu beriman dan bertaqwa kepada Allah
dengan pencapaian kehidupan yang bahagia baik di dunia dan akhirat. Manusia
merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna daripada yang lainnya.
Tetapi di dalam kesempurnaannya itu ia harus berani melawan berbagai hal yang
akan di hadapinya baik itu tantangan yang ada di dunia maupun di akhirat nantinya.
Ia hidup di dunia dalah satunya di takdirkan untuk bersosialisasi dengan
makhluk ciptaan Allah SWT yang lainnya. Baik itu sesama manusia, hewan dan yang
lainnya meskipun itu banyak godaan dari makhlik tersebut. Karena dari makhluk
yang diciptakan itu mempunyai sifat yang berbeda-beda ada yang baik, buruk,
dll. Dari sifat maupun yang lainnya. Hal diatas merupakan maksud yang secara umum dan selanjutnya maksud yang
secara khususnya yaitu long education (pendidikan seumur hidup).
Pendidikan seumur hidup
yang secara operasional sering pula disebut "pendidikan sepanjang
raga" bukanlah sesuatu yang baru. Sebagai konsep yang lebih ilmiah
dan sekaligus sebagai gerakan global yang merambah ke berbagai negara.
Pada zaman Nabi Muhammad SAW 14 abad yang lampau, ide dan konsep itu telah
disiarkannya dalam bentuk suatu imbauan; Tuntutlah
Ilmu mulai sejak di buaian hingga ke liang lahat. Dalam kenyataan hidup sehari-hari
dari dahulu sudah dapat dilihat bahwa pada hakikatnya orang belajar
sepanjang hidup, meskipun dengan cara yang berbeda dan melalui proses yang
tidak sama. Pendeknya tidak ada batas usia yang menunjukkan tidak mungkinnya
dan tidak dapatnya orang belajar.
Jika
seorang petani tua berusaha mencari tahu mengenai cara-cara baru dalam
bercocok tanam, pemberantasan hama dan pemasaran hasil yang
lebih menguntungkan, itu adalah pertanda bahwa belajar itu
tidak dibatasi oleh usia. Hal yang semacam tidak terkecuali juga
berlaku pada pedagang, pengrajin, seniman, pendakwah dan lain-lain,
lebih-lebih guru. Dorongan belajar sepanjang hayat itu terjadi
karena dirasakan sebagai kebutuhan. Setiap orang merasa butuh untuk mempertahankan hidup, dan
kehidupannya dalam menghadapi dorongan-dorongan dari dalam dan
tantangan alam sekitar, yang selalu berubah. Sepanjang hidupnya manusia memang
tidak pernah berada di dalam suatu vakum. Mereka dituntut untuk mampu, menyesuaikan
diri secara aktif, dinamis, kreatif dan inovatif terhadap diri dan
kemajuan zaman.
Kegiatan mendidik diri
setiap saat sepanjang hidup itu selalu merupakan kebutuhan terlepas dari hasilnya.
Juga bukan semata-mata sebagai bekal untuk kehidupan dimasa yang akan datang. Dengan kata lain, pendidikan itu merupakan bagian dari
hidup itu sendiri. Prinsip pendidikan seperti itu mengandung makna bahwa
pendidikan itu lekat dengan diri manusia, meningkatkan rasa
penuh makna dan terarah. Dalam hubungan dengan lingkungan, mereka dapat
menyesuaikan diri dengan beradaptasi dengan lingkungannya dan berfikir kreatif
terhadap tantangan zaman. Dalam kehidupan yang nyata telah berlangsung secara
alamiah dan dalam kehidupan manusia perjalanan hidup akan menjadi pudar, hal
itu disebabkan oleh semakin kukuhnya kedudukan
sistem pendidikan persekolahan di tengah-tengah masyarakat.
Sistem
pendidikan di sekolah yang polanya telah terpola hingga membentuk
masyarakat mandiri dan memisahkan diri dari lingkungan masyarakat luas dengan
pagar pekarangan sekolah, mendindingi kelas, membatasi waktu belajarnya
sampai usia tertentu dan jangka waktu tertentu. Seolah-olah sekolah membentuk
masyarakat khusus yang mempersiapkan diri untuk kehidupan di hari depan, bukan
kehidupan sekarang ini, dengan membekali diri berbagai ilmu pengetahuan dan
keterampilan menurut peraturan yang telah ditetapkan dengan keyakinan
bahwa bekal tersebut pasti cocok dengan tuntutan zaman.
Kenyataan menunjukkan bahwa
masyarakat selalu berubah dengan membawa tuntutan-tuntutan baru. Maka dari itu
bekali hidup yang telah dipersiapkan secara baku pada saat seseorang di
sekolah tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dilapangan yang nantinya akan
diterjuni. Jika bertumpu pada keyakinan bahwa pendidikan itu tidak identik
dengan sekolah, melainkan suatu proses yang saling berhubungan dan berlangsung
sepanjang hidup. Hal tersebut bisa dilakukan dalam pendidikan formal (sekolah),
informal (keluarga), dan non formal (masyarakat).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar